#KaburAjaDulu: Mau Cabe Murah? Tanam Sendiri

 
0
85
#KaburAjaDulu
#KaburAjaDulu: Mau Cabe Murah? Tanam Sendiri.
Lama Membaca: 3 menit

Akhir-akhir ini, media sosial ramai dengan tagar #KaburAjaDulu. Kalau dulu istilah “kabur” lebih identik dengan maling ayam yang ketahuan warga atau anak kecil yang malas sekolah, sekarang artinya sudah naik kelas: simbol keresahan nasional.

Yang tadinya cuma dipakai untuk ajakan traveling mendadak, sekarang berubah jadi kode buat mereka yang ingin “mencari keadilan sosial bagi seluruh rakyat… negara lain.” Bahkan makin ke sini, maknanya makin dalam – bukan cuma kabur ke kota sebelah, tapi kabur ke negara sebelah.

Tagar ini semakin menggema sejak awal 2025, tepat saat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memasuki 100 hari pertama. Biasanya, di masa 100 hari pertama, rakyat masih honeymoon sama presiden baru. Tapi kali ini? Banyak yang justru honeymoon sama Google dengan keyword: “Cara pindah ke negara lain tanpa ribet.”

Di Tengah Tren #KaburAjaDulu, Mana Pilihanmu?
VoteResults

Banyak yang mulai browsing, “negara yang bisa didatangi tanpa visa,” “syarat jadi warga negara Kanada,” sampai “apakah Jepang menerima warga negara yang jago rebahan?” Bahkan ada yang tiba-tiba belajar bahasa Jerman karena tahu gaji buruh di sana lebih besar daripada gaji manajer di sini. Sementara di Indonesia, harga telur naik lebih cepat daripada gaji, tapi kalau rakyat ngeluh, malah dibilang kurang bersyukur.

Pemerintah tentu tidak tinggal diam. Mereka langsung menanggapi fenomena ini dengan berbagai macam reaksi. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, misalnya, mencoba bersikap bijak dengan mengatakan bahwa merantau ke luar negeri itu bagus, asal punya skill. Terjemahannya? “Silakan pergi, asal jangan cuma modal niat dan pas foto.” Atau, kalau skill kamu cuma scrolling TikTok dan main Mobile Legends, ya mending diem aja.

Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, justru melihat ini sebagai tantangan bagi pemerintah. Menurutnya, kalau anak muda banyak yang ingin pindah ke luar negeri, berarti ada yang salah dengan lapangan kerja di dalam negeri. Wah, akhirnya ada yang menyadari! Mungkin setelah ini kita bisa berharap ada kebijakan “UMR naik 300%,” meskipun lebih besar kemungkinan UMR malah jadi singkatan baru: “Usaha Makin Rumit.”

Namun, tak semua pejabat pemerintah mencoba memahami. Menteri Agraria dan Tata Ruang, Nusron Wahid, justru menyebut tren ini sebagai kurangnya rasa cinta Tanah Air. Ia berpendapat bahwa kalau ada masalah, sebaiknya diselesaikan bersama, bukan malah kabur. Sebuah saran yang tentu saja bijaksana, jika saja harga sewa kos-kosan bisa diselesaikan dengan semangat gotong royong atau harga sembako bisa turun hanya dengan cinta Tanah Air.

Tapi yang paling epik datang dari Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, yang dengan santai berkata, “Kalau mau kabur, ya silakan saja.” Sebuah pernyataan yang sukses bikin banyak orang berpikir, “Lah, ini pejabat atau petugas imigrasi negara lain?” Seketika banyak orang yang awalnya cuma bercanda soal pindah negara, langsung serius browsing harga tiket one-way ke Eropa.

Sebenarnya, kalau kita pikir-pikir, tagar #KaburAjaDulu bukan hanya soal pergi meninggalkan negara, tapi lebih ke bentuk ekspresi masyarakat yang merasa semakin sulit hidup di Indonesia. Harga naik, gaji tetap, dan solusi pemerintah sering kali terasa lebih filosofis ketimbang praktis. Mau makan murah? Masak sendiri. Mau cabe murah? Tanam sendiri. Mau rumah murah? Hidup di desa. Mau kerja dengan gaji tinggi? Ya, pindah ke luar negeri.

Advertisement

Jadi, apakah #KaburAjaDulu hanya sekadar tren, atau benar-benar akan jadi event nasional dengan tingkat partisipasi lebih tinggi dari Pemilu? Kalau pemerintah masih lebih sibuk kasih ceramah nasionalisme daripada kasih solusi, siap-siap aja lihat antrean imigrasi lebih panjang dari antrean minyak goreng pas harga promo.

Tapi tenang, setidaknya humor dan sarkasme masih belum kena pajak… untuk sekarang. (Atur Lorielcide/TokohIndonesia.com)

 


Tabel 1: Alasan Generasi Muda Indonesia Ingin #KaburAjaDulu

No Alasan Utama Persentase (%)
1 Mencari pendapatan lebih tinggi 45%
2 Biaya hidup di Indonesia makin mahal 30%
3 Minimnya peluang kerja berkualitas 15%
4 Ingin pendidikan dan pengalaman baru 7%
5 Kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah 3%

 


Tabel 2: Perbandingan Gaji Minimum Indonesia vs Negara Populer Tujuan Migrasi (2025)

Negara Gaji Minimum per Bulan (USD) Setara dalam Rupiah
Indonesia (UMR Jakarta) 280 USD Rp 4.400.000
Australia 2.780 USD Rp 43.600.000
Kanada 2.150 USD Rp 33.700.000
Jepang 1.550 USD Rp 24.300.000
Jerman 2.000 USD Rp 31.400.000

 


Tabel 3: Tren Pencarian Online Terkait Migrasi dari Indonesia (2023–2025)

Kata Kunci Pencarian Kenaikan Volume (%)
Cara pindah ke Australia +130%
Beasiswa kuliah luar negeri +95%
Lowongan kerja di Kanada untuk WNI +160%
Visa kerja Jepang 2025 +120%
Cara menjadi Permanent Resident (PR) +200%

Pusat Data Tokoh Indonesia, Maret 2025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini