Page 24 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 24


                                    24 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS24 BERITAINDONESIA, 2 November 2006Substansi Peristiwa Diampelaku sejarah Sulastomo.Mengutip pernyataan Asvi, KoranTempo menulis dasar kurikulum pendidikan nasional 2006 menutupi sejarahperistiwa Gerakan 30 September 1965adalah Peraturan Menteri PendidikanNasional, yang melarang adanya berbagaiversi kisah 30 September itu. “Itu membuat masyarakat kebingungan dan tidakobjektif lagi,” kata Asvi. “Nantinya adausaha pengarahan sejarah yang belumtentu benar.”Menurut Asvi, satu versi kisah akan sulitmenggambarkan sejarah yang sebenarnya. Jika hanya pihak tertentu yangberbicara, validitas sejarah belum bisadipertanggungjawabkan. Ia mencontohkan, pada era Orde Baru, PKI sangatdipojokkan oleh kisah sejarah yangdisusun rejim jaman itu. “Banyaknya versitidak menyudutkan pihak tertentu, danada bantahan oleh saksi yang lain,” tulisKoran Tempo mengutip pernyataan Asvi.Pada hari yang sama (Senin, 2/10) Koran Tempo menulis berita peristiwa HariKesaktian Pancasila berjudul “KeluargaPahlawan Revolusi Kecewa terhadapPresiden”.Keluarga yang dimaksud adalah Chaterine Panjaitan, anak Pahlawan RevolusiMayor Jenderal Anumerta Donald IsacPanjaitan yang merasa kecewa lantaranPresiden Susilo Bambang Yudhoyonoselaku inspektur upacara tidak meninjaukompleks monumen usai upacara. Dalamtulisan ini Koran Tempo tak sekalipunpernah menyebutkan nama Partai Komunis Indonesia (PKI). Koran ini hanyamenuliskan peristiwa G-30-S (tanpa PKI).Indo.Pos, sebuah koran angggota Kelompok Jawa Pos pada edisi Minggu (1/10) sudah menurunkan berita pada halaman dua di rubrik Politika. Judulnya,“Ingatkan Bahaya Komunisme”. Meskipendek, Indo.Pos melukiskan suasanaperistiwa Gerakan 30 September begituterasa di ibukota. Seperti, bendera setengah tiang berkibar di sejumlah perkantoran.Aksi demonstrasi yang dilakukan puluhan mahasiswa yang tergabung dalamGerakan Antikomunis turut mewarnaiperingatan hari kelam yang terjadi pada1965. Terpampang dengan jelas fotomassa demonstran dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan BEM UniversitasTrisakti, yang mengingatkan bangsa iniatas bahayanya gerakan komunis.Esoknya, Senin (2/10), Indo.Pos hanyamemunculkan surat pembaca “Mengenang Tragedi 30 September 1965” dariKiswoyo Gunawan (kiswoyo_gunawan@yahoo.com), disertai ilustrasi kalenderdinding berwarna dasar putih di ruangyang hitam gelap. Kalender ini menunjukkan penanggalan 30 September1965 yang penuh bercak warna merah.Bangun Rekonsiliasi yang AdilKompas, harian terbesar di tanah airyang pengaruhnya masih terkuat dalammenentukan opini publik, pada hari Sabtu(30/9) sudah menuliskan berita berjudul“Peristiwa 30 September Masih TerusMenjadi Kontroversi”. Berita ini hasilliputan seminar “Re-Examining 30 September 1965 as an Historical Event”,diselenggarakan oleh CSIS dan Grasindosehari sebelumnya (Jumat, 29/9) diJakarta.Tiga buku mengenai peristiwa G30Sdibedah dalam seminar, yakni “Pembantaian yang Ditutup-tutupi” ditulis olehLambert J Giebels, “Soekarno File” ditulisAntonio CA Dake, dan buku “Di BalikTragedi 1965” ditulis oleh Sulastomo.Pembahasnya sejarahwan Taufik Abdullah dan Asvi Warman Adam.Sulastomo menyebutkan lima teorimengenai peristiwa G30S. Yaitu, (1).Konflik internal di tubuh Angkatan darat;(2) Kudeta yang dilakukan Soehartokepada Bung Karno; (3). Peran intelijenasing (dalam hal ini CIA); (4) RekayasaBelakangan ini muncul kecenderungan mengambangkan substansipersoalan yang sesungguhnya yangterjadi di seputar 30 September 1965.Dari semula pemahaman tunggal,bahwa peristiwa merupakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI,sehingga disebut G30S/PKI, atau sempat ada pemahaman kedua yang diberikan oleh Presiden Soekarno bahwaperistiwa merupakan persoalan internalTNI Angkatan Darat yang mengarahkepada kudeta, sehingga disebut Gestok.TNI secara institusi memang takpernah melakukan kudeta. Akan tetapinyata sekali di setiap pergantian kepemimpinan nasional posisi TNI selalumenentukan arah peralihan kekuasaan.Contoh yang paling anyar adalah bagaimana TNI tak mendukung dekrit pembubaran DPR/MPR yang dilakukan olehPresiden Abdurrahman Wahid, sehinggaGus Dur harus rela diturunkan olehMPR dalam sebuah Sidang Istimewapada tahun 2001.Kini, substansi persoalan Gerakan 30September 1965 mulai diperluas denganmemunculkan berbagai kemungkinanskenario.Harian Media Indonesia saat membedah editorial Minggu 1/10, yang terbitesoknya (Senin 2/10) menyebut empatkemungkinan yang terjadi di seputar 30September 1965, sebagaimana diutarakan oleh Asvi Warman Adam seorangAhli Peneliti Utama (APU) LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) disebuah diskusi buku.Pertama, peristiwa benar-benar didalangi oleh PKI. Argumentasinya, komunisme punya tradisi merebut kekuasaan,terlebih waktu itu PKI amat kuat hinggamampu menyelusup mempengaruhitentara.Kedua, merupakan kudeta halus PakHarto kepada Bung Karno. Untuk melegitimasi kudetanya Soekarno dimintamengalihkan kekuasaan kepada Soeharto lewat Surat Perintah 11 Maret(Supersemar).Ketiga, merupakan rekayasa Soekarno yang waktu itu tidak suka kepadapara jenderal, terutama jenderal TNIAngkatan Darat. Keempat, keterlibatanlembaga intelijen asing khususnya CIAdari Amerika Serikat. Amerika inginSoekarno jatuh sebab dinilai amat dekatdengan poros komunis.Sulastomo menyebutkan lima teori mengenai peris
                                
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28