Page 6 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 6
6 BERITAINDONESIA, 2 November 2006SURATKOMENTAR http://www.beritaindonesia.co.id/surat_pembaca/menjadi pemimpin bangsaini. Bravo majalah BI, semogasemakin diterima oleh seluruhlapisan masyarakat. Wassalam.Taufik Huda,taufiq_huda@gala.netRuwetnya Jalan-Jalan diJakartaYth Bapak Gubernur DKI.Asalamualaikum. Di antaracara mengurangi kemacetandi kota Jakarta adalah membuka sarana infrastrukturjalan raya baru yang memadai, melakukan return-offkendaraan di bawah produktertentu atau di atas 30 tahundilarang melintas, kecualikendaraan yang mempunyainilai historis atau sejarah,dan merelokasi PKL dengancara yang lebih manusiawi.Kami menyaksikan setiappulang kerja dari sekitarwilayah Jl. Kramat Raya-Senen selalu timbul kemacetan,antrean mikrolet, angkutanumum, kendaraan pribadi,munculnya para ibu-ibu penjaja kue di sekitar trotoar.Terasa tidak ada celah bagipejalan kaki sehingga harusekstra hati-hati. Terkadangdari arah berlawanan datangsepeda motor zigzag dengankecepatan tinggi. Ada petugas PM, polisi bekerja keras, tetapi tidak berdaya,karena jalan semakin sempit.Imbauan kami, jangan ditunda, jalankan regulasi bagikendaraan yang tua agarsegera dikandangkan. Infoyang lain, banyak pot-pottanaman pecah rusak tidakterawat.Hartono,hartoprawiro@yahoo.comAnarkisme BerkedokAgamaKekerasan massa yang terorganisir dengan kedok penegakan syariah agama sudah pada tingkat yang “liar”membabi-buta, mengkaburkan tujuan suci yang selalumenjadi slogan tujuan tindakan massal tersebut. Dari liputan media TV bisa kita saksikan seorang buruh panggulyang diseret oleh massa karena kedapatan sedang minum (dari bungkus plastik) disudut tersembunyi di bawahkade pelabuhan Pontianak.Bahkan di kota Solo danJogya, gerakan massa inisudah menjadi ritual rutinpada bulan Ramadhan yangditenggarai merupakan ladang subur oknum organisasimassa tersebut untuk “mengumpulkan parcel lebaran”.Karena menyusul gerakansweeping tersebut, oknumtertentu akan menghubungipara pengusaha yang menjadi sasaran (umumnya pengusaha jasa pariwisata)untuk minta upeti khususbagi yang akan membukakembali usahanya sepertisediakala pada beberapa harikemudian. Apakah fenomenaini masih saja “diabaikan”para pemuka agama, khususnya para Dai, Uztad, Kyai“selebriti” yang sudah mengalami “panen-raya” padabulan Ramadhan ini dari pemunculannya di mayoritasjam tayang media TV? Apakah para Beliau pemuka agama, tidak hendak mengutuksikap-perilaku anarkis tersebut? Apakah dengan kelakuan liar massa yang atasnama agama ini, telah dapatmeningkatkan moral keimanan manusia Indonesia? Saya khawatir justrusebaliknya yang telah terjadi. Gerakan massa inimembuktikan “rendah”-nyamental dan keimanan Islammereka yang melakukan tindakan brutal dan anarkis ini.Yang jelas, perilaku tersebutsudah mencoreng nama besar Islam yang tidak perlupembelaan!Sunarto Soedono,sunarto45@yahoo.comStop Kekerasan di PaluSungguh memprihatinkanperistiwa penembakan diPoso terhadap Pdt. Iriantobeberapa waktu lalu. Kejadian ini menambah daftar\ terhadap daerahtersebut. Kami tidak tahusiapa pelakunya, hanya sajakami masih punya harapankepada pemerintah baik pusat dan daerah untuk menyelesaikannya. Hanya saja, harapan kami ini janganlahmenjadi pepesan kosongyang tidak ada buktinya daripemerintah pusat atau daerah. Kami pun bingung ternyata pelaku \\ canggih\aparat keamanan, sehinggapemerintah \mengungkapkannya. Stopkekerasan di Palu, Janganmau dijadikan \num tertentu, karena kalautujuan mereka tercapai, rakyat kecil tetaplah rakyat kecil.Has Ari,ari_susila@yahoo.comBayi Pengemis di LampuMerahMenjelang hari raya IdulFitri ini banyak sekali saya temui pengemis di setiap perempatan lampu merah di Jakarta ini. Ada hal yang membuat hati saya miris melihatpara pengemis yang menggendong bayi sekitar usia 4bulan s/d 2 tahun di jalan-jalan panas dan berdebu tanpadilindungi topi atau kain penutup. Hanya berbekal 1 botolsusu isi air putih. Saya yakinbayi-bayi tersebut bukanlahanak kandung dari para pengemis tersebut. Saya perhatikan bayi-bayi tersebut sehatsehat dan berkulit bersih, danbeberapa hari kemudian bayibayi tersebut akan nampak hitam dan menjadi kurus. Adakah dari pihak pemerintahatau pihak terkait lainnyamemperhatikan hal ini?, melindungi bayi-bayi tersebutdari exploitasi para pengemisyang tidak bertanggung jawabtersebut? Sampai kapankahkita harus melihat pemandangan seperti itu di jalan-jalanJakarta yang terus meningkatkan pembangunan ini?Noviana Permadi,noviana_a@telkom.netIndonesia Kaya AsapTidak habis mengerti sayaterhadap negaraku Indonesia.Dari tahun ke tahun selalu mengirim asap ke Malaysia danSingapura secara gratis. Tidakada usaha nyata untuk menghentikan polusi ini. Mungkinkalo pemerintah Indonesia dipindahkan ke Putrajaya selama Malaysia dipenuhi asap dari Indonesia, baru pemerintahIndonesia melakukan sesuatuuntuk menghentikan kebakaran hutan di Sumatra dan diKalimantan. Karena paru-parumereka sudah penuh denganasap. Bebal sekali memang Indonesiaku. Tidak toleransisama sekali. Berapa banyakdan berapa kali media di Indonesia menayangkan/menulistentang polusi udara yangsebegitu besar. Sedikit. Berapabanyak gerombolan yang sukamendemo soal asap. Sedikit.Acong,htb@yahoo.comPEMASANGAN IKLAN:Telp. (021) 8293113, 70930474, 83701736Fax.(021) 8293113, 9101871