Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 5
BERITAINDONESIA, 06 September 2007 5V ISIBERITAGas untuk Rakyat Miskinaksud baik tidak selalu mudah dilaksanakan.Apalagi bila pelaksana dan pelaksanaannyatidak baik dan tidak konsisten. Seperti halnyakebijakan pemerintah mengonversi minyak tanah ke elpiji, bertujuan baik mengurangi subsidi minyaktanah untuk keperluan rumah tangga yang nilainya sekitarRp 30 triliun. Tapi tampaknya, dalam pelaksanaan telahmenimbulkan beberapa masalah yang justru memberatkanrakyat.Salah satu masalah adalah tiba-tiba menghilangnya minyaktanah di daerah-daerah yang menjadi target konversi. Kalaupun ada harganya sangat mahal. Akibatnya banyak rakyat miskin mengalami kesusahan dan terpaksa ngantri minyak tanah.Sebab rakyat miskin masih membutuhkan minyak tanahwalaupun kompor dan tabung gas berisi tiga kilogram elpijisudah diberikan gratis. Pasalnya, bagi mereka masih sangatmemberatkan bila harus membeli tiga kilogram gas sekaligus.Di samping kalaupun ingin membeli gas, ternyata tidak mudahmenemukan tempat pasokan gas elpiji tiga kilogram.Kondisi rakyat miskin ini memang sangat memprihatinkan.Kondisi yang sangat membutuhkan kepekaan semua pihak,terutama pihak penentu kebijakan (pemerintah). Sebab, ternyata bagi rakyatkecil itu untuk membeli bahan bakar Rp15 ribu sangat memberatkan. Maklum,penghasilan mereka tiap hari belumcukup untuk makan sehari. Sehinggauntuk membeli gas seharga Rp 15.000sekaligus, sangat sulit. Berbeda denganminyak tanah yang bisa dibeli satu atausetengah liter, seharga Rp 1.500.Masalah serupa pernah terjadi ketikapemerintah melaksanakan kebijakanberas untuk rakyat miskin (Raskin).Kendati dijual dengan harga sangatmurah, ternyata banyak rakyat miskintidak mampu membeli jatah 10 kilogramsekaligus.Dalam hal kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji,kiranya pemerintah harus lebih peka dan bijak. Untuksementara, dalam kurun waktu tertentu, berilah kesempatankepada rakyat kecil untuk bisa memilih menggunakan minyaktanah atau elpiji, yang kedua-duanya disubsidi. Sementaraitu, sosialisasi penggunaan elpiji terus diintensifkan. Sebabmasih banyak masyarakat yang belum terbiasa menggunakankompor gas elpiji. Masih banyak yang takut menggunakannyakarena takut akan meledak, menimbulkan kebakaran.Apalagi sudah ada dua-tiga kejadian, seperti diberitakanberbagai media akhir-akhir ini, terjadi kebakaran yangdiakibatkan meledaknya tabung gas yang dibagikan gratis itu.Hal ini terjadi, bukan hanya lantaran rakyat salah memakainya, melainkan akibat kualitas tabung gas yang dibagikan itutidak memenuhi syarat.Sebagaimana diakui oleh pemerintah bahwa sekitar 11persen kompor dan tabung gas yang dibagikan gratis itu tidakberkualitas. Sehingga Wakil Presiden Jusuf Kalla minta agarmasalah tidak berkualitasnya 11 persen tabung dan komporgas yang khusus diproduksi untuk program konversi minyaktanah ke gas dikontrol dan diperbaiki. Tentang hal ini,pemerintah sejak awal seharusnya lebih cermat melakukankontrol. Tidak perlu membiarkan ada korban lebih dulu barubertindak melakukan kontrol. Sementara mengontrol tabunggas yang sudah dibagikan kepada masyarakat, tentu tidakmudah lagi.Sudah ada beberapa kebijakan pemerintah yang harusdijadikan pelajaran yang dibayar mahal. Di antaranya bantuanlangsung tunai yang ternyata tidak efektif menanggulangikemiskinan. Sebuah kebijakan amat mahal yang tidakmendorong semangat juang, semangat kerja dan kemandirianserta martabat rakyat. Begitu pula Askeskin (asuransikesehatan rakyat miskin), ternyata menimbulkan masalahdalam pelaksanaannya. Belum lagi kebijakan yang rada lucu,seperti pelarangan siaran televisi setelah pukul 24.00 danmematikan lampu penerangan jalan beberapa waktu laluuntuk penghematan enerji. Kebijakan ini sempat menimbulkan efek meningkatnya kejahatan malam.Di samping itu, kita juga mencatat kekurangkonsistenanpemerintah dalam hal kebijakan enerji, termasuk konversiminyak tanah. Pemerintah sempat mengampanyekankonversi minyak tanah ke batu bara. Berbagai elemenmasyarakat sudah mulai bersiap-siap mengganti minyaktanah ke batu bara. Begitu pula para peneliti dan perajintungku batu bara telah berhasil membuattungku batu bara modern, yang bisamengatur nyala api dan menghematpemakaian batu bara. Tapi, entah kenapatiba-tiba tidak diteruskan lagi.Alangkah baik jika kebijakan konversiminyak tanah ke batu bara ini juga dilanjutkan. Sehingga masyarakat diberi kesempatan memilih. Apalagi kebijakan konversi minyak tanah ke batu bara ini akanlebih mendorong kemandirian masyarakatdalam memenuhi kebutuhan energinya.Kita tidak berprasangka buruk atas kebijakan pemerintah yang tiba-tiba mengalihkan kebijakan dari batu bara menjadike elpiji. Misalanya, kemungkinan terjadinya kolusi dalam hal pengadaan tabungdan kompor gas yang dibagikan gratis tersebut dalam jumlahbesar. Dalam hal pengadaan ini, pemerintah telah menetapkan 11 perusahaan pembuat tabung dengan kapasitas 17 jutatabung, dan 11 perusahaan pembuat kompor gas dengankapasitas 13 juta kompor.Dilaporkan, hingga akhir Juli 2007, telah disalurkan430.454 tabung dan kompor gas ke rumah tangga dan 32.716tabung dan kompor gas ke usaha kecil dan menengah. Padaakhir program konversi minyak tanah ke elpiji tahun 2009,pemerintah menargetkan sudah bisa mendistribusikan 40 jutatabung dan kompor gas ukuran 3 kilogram. Konon programini akan menhabiskan dana sekitar Rp15 triliun Tentu hal inisangat menarik bagi pengusaha.Kita juga sangat memahami bahwa tidak ada sedikitpunniat pemerintah merugikan pihak tertentu dalam menjalankan program konversi minyak tanah ke elpiji ini. Pastilahpemerintah bermaksud lebih menyejahterakan masyarakat.Mudah-mudahan pengurangan konsumsi sekaligus subsidiminyak tanah yang saat ini mencapai Rp 40 triliun bisamenambah anggaran untuk pendidikan, kesehatan dankesejahteraan rakyat lainnya. Janganlah kesempatan inidigunakan untuk korupsi, yang diindikasikan dari rendahnyakualitas tabung gas! „Milustrasi: dendy