Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 64
P. 5
BERITAINDONESIA, Februari 2009 5V ISIBERITAkarikatur: dendyAmerika Mau Mendengarudul ini kita petik dari pernyataan Presiden AmerikaSerikat Barack Husein Obama.Obama menjanjikan Amerikabaru kepada dunia, Amerika yangmendengarkan suara dunia. “Apa yangakan Anda saksikan adalah seseorangyang mau mendengarkan,” kata Obama, sebagaimana dirilis dalam siaranpers Kedubes, AS, di Jakarta Kamis 29/1/09, mengutip wawancara denganjaringan televisi satelit Al-Arabiyayang berbasis di Dubai, Uni EmiratArab (Senin 26/1/09).Obama juga mengungkapkan pesannya kepada utusan khususnya keTimur Tengah, George Mitchell, untukmulai dengan mendengarkan, karenadi masa lalu sering kali Amerika Serikatmulai dengan mendikte. “Terlalu seringAS memulai dengan mendikte di masalalu pada sejumlah isu,” kata Obama.“Jadi, kami akan mendengarkan. Dia(Mitchell) akan bicara dengan semuapartai yang terlibat. Dari sana kami akan menyusun responsspesifik,” tegas Obama seperti dikutip Washington Post,Selasa (27/1/2009).Pernyataan Presiden Obama ini sangat tegas mencerminkan perubahan pola pendekatan Gedung Putih dalammenjalin kerjasama antarnegara. Sekaligus memancarkanharapan akan terbukanya corak kemitraan antarnegara yanglebih baik dalam harmoni kesetaraan. Obama telah mengumandangkan kepada dunia bahwa Amerika sudah sedangberubah.Berubah dari kesombongan sebagai negara adikuasa satusatunya, yang dalam beberapa tahun terakhir memosisikandiri sebagai polisi dunia, dan seringkali bertindak ataskehendak dan kepentingan negerinya sendiri tanpa menghormati kepentingan negara lain. Negara adikuasa yangsangat terkesan hanya ingin didengar (mendikte) tanpa maumendengar. Jika tidak didengar atau merasa kepentingannyaterganggu, tidak sungkan memaksa untuk didengar denganberbagai cara: perang (serbu), boikot dan veto. PresidenGeorge W Bush, pendahulu Barack Obama, sangat menonjolmempraktekkan hal ini.Amerika punya kuping tapi tidak mendengar. Contoh paling buruk adalah keangkuhan membombardir dan menginvasi Irak, dengan alasan bahwa Irak memproduk danmenyimpan senjata kimia pemusnah massal. Sudah punpemerintah Irak (Saddam Husein) menjelaskan bahwatuduhan itu tidak benar, tapi pemerintahan Bush tak maumendengar. Bush bersikukuh menginvasi Irak dan SaddamHusein pun dihukum gantung. Dan, ternyata apa yangdituduhkan (senjata kimia) tidak pernah terbukti.‘Ketulian’ Amerika itu telah menimbulkan disharmonipersahabatan, peradaban dan perdamaian dunia. Diperburukoleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang tadinyadiharapkan bisa menjadi lembagapenjaga harmoni persahabatan antarbangsa, ternyata juga telah terdistorsidengan keharusan mendengar kehendak dan kepentingan AS.Obama, yang terpilih menjadi Presiden AS dengan slogan Change WeCan Believe In, tampaknya melihat halini sebagai sebuah kesalahan. Obamamengakui bahwa kadang-kadang pihaknya (AS) membuat kesalahan.“Kami kerap membuat kesalahan,kami tidaklah sempurna,” ujar Obama.Presiden AS ke-44, Presiden ASberkulit hitam pertama, yang dilantikSelasa (20/1/09) pukul 12.00 waktusetempat atau Rabu tengah malamWIB, itu dalam pidato pelantikanselama 20 menit, mengemukakan bagisemua orang dan pemerintahan yangmenyaksikan pelantikan itu, ketahuilah bahwa Amerika adalahsahabat setiap negara dan sahabatsetiap lelaki, setiap perempuan, dansetiap anak yang menghendaki masa depan yang damai danbermartabat.Obama menjanjikan Amerika baru kepada dunia, Amerikayang mendengarkan suara dunia. Amerika hendak kembalimau mendengar. Obama ingin memulihkan rasa hormat dankemitraan yang Amerika miliki terhadap dunia, terutamadunia muslim sekitar 20 atau 30 tahun lalu.Ketidakmauan mendengar telah menjadi penyakit Amerika,terutama sejak tumbangnya Uni Soviet, saat dimana ASmenjadi satu-satunya negara adikuasa. Ketidakmauanmendengar itu adalah tabiat manusia yang tidak rendah hati.Umumnya, ketidakmauan mendengar, atau keinginan hanyadidengar (mendikte) itu cenderung dimiliki orang-orang kuatatau kaya materi. Walaupun orang bodoh dan miskin, banyakjuga yang tak mau mendengar, memaksakan kehendak,karena kebodohannya.Amerika mungkin tidak satu-satunya negeri yang tidak maumendengar. Namun, karena Amerika telah menjadi suatunegeri terkuat dan terkaya (adikuasa), maka pengaruhnyasangat menusuk sendi kehidupan dan hubungan antarnegara.Maka ketika Obama menyatakan bahwa Gedung Putih akanmulai kembali mendengar, patut kita sambut, dukung dansyukuri.Sambutan atau dukungan nyata dari semua pihak untukjuga berkata jujur dan mau mendengar. Janganlah kita,sebagai pribadi, atau warga suatu bangsa, atau pemerintahsebuah negara, malah berubah atau tetap tak mau mendengar, selalu memaksakan kehendak. Tatkala Amerikahendak kembali mau (belajar) mendengar, semua negara pun,kiranya mau (belajar) mendengar. Mendengar, memangadalah milik orang bijak dan rendah hati. Dengan demikian,dunia yang lebih damai tenteram pun akan ternikmati.RedaksiJ