Page 74 - Majalah Berita Indonesia Edisi Khusus ASSA
P. 74
74 BERITAINDONESIA, Edisi KhususASSA II - 201774Banyuwangi yaitu “banyu” yang berarti air dan “wangi” yang berarti harum, air (banyu) yang wangi.Bupati Banyuwangi H. Abdullah Azwar Anas dalam kata sambutannya, memaparkan perkembangan Banyuwangi di bawah kepemimpinannya. Banyuwangi sudah mendapatkan penghargaan sebagai daerah yang mampu menumbuhkan ekonomi dari perkapita Rp.14 juta menjadi 41 juta per tahun.“Sudah tujuh tahun ini kami menolak ijin Alfamart, karena dalam pandangan kami, keberadaan pasar modern berupa supermarket dan minimarket akan menggerus habis warung-warung kecil berbasis UMKM,” kata dia.“Warung-warung Mpok Yun, Yunah dan Yutun tidak akan diminati oleh masyarakat jika di sini kami ijinkan Supermarket dan Minimarket berdiri. Saya sering dicibir oleh teman-teman bupati di daerah lain. Bupati model koyo ngene ora io maju (bupati model begitu tidak akan maju), karena mela wan arus globalisasi. Menurut mereka globalisasi adalah sebuah keniscayaan. Namun, saya terus maju dan komitmen untuk tidak memberikan ijin kepada mall, supermarket dan minimarket. Alhasil, kami berhasil menurunkan kemis kinan di Banyuwangi,” katanya penuh bangga. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan Kabupaten Banyuwangi turun menjadi 8,79 persen dari 9,17 persen tahun 2016.Bupati Anas mengatakan kini publik terperangah kaget saat Amerika yang notabene negara adidaya, memproteksi ekonominya dari ekonomi global. “Lalu kita sebagai negara berkembang, meng apa tidak memprotek UMKM kita? Meng apa harus takut, padahal ketika kita memprotek ekonomi rakyat, berarti kita telah menyelamatkan Mpok Yun, Yunah dan Yu Tun,” katanya lagi.Bupati Banyuwangi Azwar Anas juga menceritakan tentang Banyuwangi yang sudah tumbuh sebagai kota wisata. Banyuwangi kini memiliki Green Airport, bandara ‘alami’ yang menjadi The First Green Airport di Indonesia. Bandara ini tidak memiliki AC dan mengan dalkan suhu dari kolam dan sirkulasi alami serta pencahayaan alami. Ruang jung atas kesetiaannya kepada Sang Patih. Namun ketika Patih Sidopekso pulang, Sang Prabu menyebar fi tnah menuduh Sri Tanjung jatuh cinta padanya dan berani merayunya. Terbakar cemburu, Patih Sidopekso marah dan mengancam membunuh istrinya Sri Tanjung. Sri Tanjung me ngatakan bahwa apa yang didengar dan dituduhkan suaminya adalah fi tnah. Sri Tanjung bersumpah bahwa dia tetap setia dan mencintai suaminya. Untuk membuktikan kesuciannya, Sri Tanjung rela mati dibunuh atau bunuh diri. Sebelum dibu nuh atau bunuh diri, ia berkata, “Jika nanti darah yang mengalir dari tubuhku bangir atau bau busuk maka aku benar telah berbuat keji atau selingkuh, namun jika darah yang mengalir di tubuhku ini wangi maka sesungguhnya aku tidak pernah melakukan apa yang engkau tuduhkan.” Ternyata setelah Sri Tanjung menghujamkan keris ke tubuhnya (sebagian lagi menyebut ketika suaminya menghujamkan keris ke tubuh Sri Tanjung), keluarlah darah dari tubuhnya yang berbau harum semerbak. Peristiwa bunuh diri (pembunuhan) tersebut terjadi di sumber mata air dan ketika jasad Sri Tanjung masuk ke dalam air, semerbak bau wangi keluar dari sumber mata air tersebut sehingga lokasi tersebut dikenal dengan nama Gapura Pendopo Bupati BanyuwangiMenuju Rumah Osing, Rumah Adat Banyuwangi