Page 6 - Majalah Berita Indonesia Edisi 22
P. 6
6 BERITAINDONESIA, 5 Oktober 2006SURATKOMENTAR http://www.beritaindonesia.co.id/surat_pembaca/PEMASANGAN IKLAN:Telp. (021) 8293113, 70930474, 83701736 Fax.(021) 8293113, 9101871terjaring membuat sedikitlega karena memang merekasangat-sangat meresahkanmasyarakat. Baguslah, tindakan nyata dari pihak kepolisian yang langsung menyentuh masyarakat akhirnyaterwujud. Saya hanya mengusulkan, bagaimana bila preman-preman yang ada dipanti sosial dan di tempatpembinaan selain diberi pengarahan juga dalam menjalankan hukuman disuruhbekerja sosial. Seperti membersihkan selokan dari sampah, membuat tempat sampah untuk keperluan perkotaan, membantu membuatjalan, dan lain-lain. Jadi tenaga mereka bisa disalurkanke hal-hal positif. Dan hasilnya akan jauh lebih baik daripada hanya disuruh tandatangan surat pernyataan untuk tidak jadi preman yangbiasanya tidak akan dituruti,karena mereka tidak takut lagi pada hukum. Semua bentuk kerja sosial itu tentu harus melibatkan penjaga ataupolisi dan badan-badan yangterkait di DKI. Contohnya,pembersihan selokan, mulailah dikoordinir, daerah manadulu yang akan dibersihkan.Siapkan karung-karung dansekop juga truk pengangkutkarung jadi kotoran jugatidak berceceran ke manamana. Dengan demikian,tenaga mereka tersalurkan.Daripada mereka nganggurnganggur di tempat pembinaan, lebih baik dipekerjakanyang merupakan bagian darihukuman mereka. Selain itujuga mendidik mereka untukbekerja, tidak malas. Menjadipreman adalah pekerjaan malas, tidak mau bekerja (keluartenaga) tapi nadah tangan sajauntuk mendapatkan uang.Mudah-mudahan dari hal-halkecil seperti ini dapat berjalan.Karena lebih baik memulaiterlambat daripada tidak sama sekali.Destina Dewi,dest@yahoo.comPrihatin dengan KejarPaket CAneh memang. Di tengahtengah maraknya siswa yanggagal mengikuti Ujian Nasional (UN) beberapa bulan lalu,Kejar Paket B dan C diharapkan menjadi solusi arifdalam upaya meningkatkanpendidikan Indonesia. Nyatanya, malah membuat masalah baru. Tak berhentisampai di sini saja, pola pendidikan pun ditentukan olehsistem UN yang berjalanselama beberapa hari. Sudahtentu, mengabaikan kompetensi anak didik. Pendekkata, model pendidikan berbasis kompetensi pun takberbanding lurus dengangaya UN. Seakan-akan mensyaratkan perbedaan antarapenentuan kelulusan dengankurikulumnya. Lebih parahlagi, pelaksaan ujian Paket Cpun kian memprihatinkanpeserta didik. Pasalnya, meskipun mereka lulus dari ujiantersebut, tetap saja merekatak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.Terutama ke PerguruanTinggi Negeri karena lembaga pendidikan itu, telahmenutup masa penerimaanmahasiswa baru. Malahantelah digelar acara OrientasiPengenalan Kampus (Ospek). Artinya mereka harusrela menanggalkan terlebihdahulu cita-citanya. Kalaupun bisa, paling mereka melanjutkan ke Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Tentunya,dengan biaya yang relatif lebih mahal. Dengan demikian,diselenggarakanya Ujian Paket C atau tidak, kedua-duanya malah menjadi buah simalakama bagi pertumbuhan lajunya pendidikan. Sungguh ironis. Semuanya telahterjadi bak nasi sudah menjadi bubur. Kini, tinggal bagaimana cara pemerintahatau kita mampu mengoptimalkan potensi Sumber DayaManusia (SDM) yang ada.Ibn Ghifarie,ibn_ghifarie@yahoo.comBahasa IndonesiaCampur-CampurMeski saya pun tidak dapatberbahasa Indonesia secarabaik dan benar, namun rasanya kita sebagai bangsa Indonesia sudah sangat sering‘memperkosa’ bahasa nasional kita. Kalau kita mau jujur,kita sering kali malu untukberbicara dengan bahasa Indonesia. Mungkin karenaingin terlihat ke-bule-bulean,kita sering sekali mencampuraduk bahasa yang kita gunakan dengan bahasa asing.Ingat, bahasa Indonesia adalah pemersatu kita. Jika bukan kita yang menjunjungnya, lalu siapa lagi?Yacob Palyama,cob_yopie@yahoo.comKebakaran HutanSebenarnya kebakaran hutan tidak sepenuhnya kesalahan pengusaha HTI. Tolongsurvei ke lapangan dan carisolusi apa yang tepat untukperistiwa langganan di setiapmusim kemarau. Pemerintahjangan diam saja dan mengontrol kegiatan dari ataskursi empuk. Lihat aktivitasapa yang sedang terjadi diwilayah kebakaran terutamaKalbar. Sebenarnya ada kebiasaan apa yang masih dilakukan masyarakat desa dilokasi kejadian.Iphe Kusdoro,virga@yahoo.com