Page 6 - Majalah Berita Indonesia Edisi 28
P. 6
6 BERITAINDONESIA, 04 Januari 2007SURATKOMENTAR http://www.beritaindonesia.co.id/surat_pembaca/rintahan saat ini. Dari ratusan demo berapa banyakyang dapat memuaskan keinginan kita? Dari ribuandemo berapa yang dapat menyelesaikan masalah? Dariratusan demonstran berapayang mengerti apa maksuddemonya?Hans Wirya Halim,msn-hz-msn@hotmail.comHentikan DiskriminasiTerhadap Sepeda MotorDiberitakan media, mulaitanggal 4 Desember ada peraturan baru bagi pengendarasepeda motor di Jakarta yaituharus melaju di jalur palingkiri dan harus menyalakanlampu. Satu perlakuan diskriminatif lagi terhadap sepeda motor. Sepertinya semua masalah lalulintas disebabkan oleh sepeda motor.Saya sering mengambil lajurbukan pada lajur paling kiri.Tapi itu beralasan karena lajur paling kiri sering digunakan angkutan bus-bus yangberhenti, mengetem seenakhati, tanpa ada yang mengatur. Lalu kami sebagai pengendara motor mau tidakmau harus mengambil jaluryang lain. Belum lagi mobilmobil yang tidak mengikutilajur yang sudah ada sehingga tidak rapi. Mau tak mauharus ahli salip menyalipkalau mau naik motor di Jakarta. Kalau tidak, mau sampai kapan sampai ke tempattujuan. Hentikan diskriminasi terhadap sepeda motor.Tidak semua pengendaramotor itu sembarangan. Tidak bisa semua kesemrawutan lalulintas ditimpakankepada sepeda motor. Pengendara motor yang sembarangan pun itu juga diakibatkan pengemudi kendaraanlain yang juga sembarangan.Saya tidak tahu apakah aturan ini bisa dilaksanakandengan baik atau tidak, jikahanya motor saja yang “disalahkan”. Semoga saja aturan baru dapat disertai dengan pengaturan kendaraanlain sehingga pengendaramotor tidak mendapat perlakuan diskriminatif lagi ditengah banyak sekali perilaku diskriminatif lain terhadap pengendara sepedamotor, seperti parkir yang seadanya, parkir yang tidaknyaman, pelayanan yang berbeda antara pengendara motor dan mobil.Agus Santosa,santosaagus@yahoo.comNasib Dokter PTTdi KalbarKepada Ibu Menteri Kesehatan (Menkes) RepublikIndonesia yang terhormat,kami dokter dan dokter gigiPTT (pegawai tidak tetap) diKalimantan Barat, Kabupaten Landak, daerah terpencil, mohon diperhatikan.Jangan kami hanya dijadikanobyek kebanggaan pada saatseminar, simposium atauapalah namanya saat Menkesmelepas dokter ke daerahterpencil. Kami sudah limabulan belum dapat gaji apalagi insentif yang katanyasebesar Rp 5 juta per bulanyang selalu Ibu janjikan disetiap wawancara denganwartawan. Bukannya kamimata duitan tapi kami jugamanusia biasa yang butuhmakan dan minum. Kamitahu harus ada masa baktiuntuk kami setelah lulusmenjadi dokter, tapi bukankerja bakti apalagi kerja rodi.dr/drg ptt di kalbar,kokomoroto@yahoo.comKesulitan Merujuk PasienGawatSaya bekerja sebagai dokter umum yang ditempatkandi kepulauan seribu, tepatnyadi Pulau Sebira yang merupakan pulau paling utaradari gugusan kepulauan seribu. Saat ini Pulau Sebiradihuni sekitar 600 penduduk. Mata pencaharian utama masyarakat di sana adalah nelayan. Pendapatanpenduduk pulau ini terbilangcukup karena berlimpahnyahasil laut di daerah ini. Namun, sungguh ironis, meskipulau ini masih merupakanwilayah pemerintahan Provinsi DKI Jakarta layananseluler baik GSM atau CDMAbelum menjamah wilayah ini.Tidak ada jaringan dari operator manapun yang sampaike pulau ini karena tidak adatower (BTS) di pulau atau disekitar pulau Sebira. Tentusaja sangat menyedihkanmelihat kenyataan masih adabagian dari Provinsi DKIJakarta yang tidak terjamahkemajuan teknologi komunikasi seperti telepon seluler.Padahal, secara finansialmasyarakat di sana mampuuntuk membeli telepon seluler. Sebagai seorang dokteryang bertugas di pulau inisaya kadang mengalami kesulitan jika harus melakukanrujukan ke darat apabila adapasien yang gawat. Mohonperhatian semua terkait untuk mempertimbangkan masalah ini. Ada kerinduanmasyarakat agar pulau initidak menjadi pulau yangterisolasi di tengah kemajuandunia komunikasi.dr. Robert H. Naibaho,elshadai_robert@yahoo.comBatas Usia untuk Nontondi BioskopHari Minggu 3 Desember2006, saya dengan istri menonton Casino Royal di Senayan XXI. Saya melihat beberapa orang tua membawaanak-anak yang usianya belum mencapai 17 tahun. Saatini kita sedang membicarakan masalah kekerasan dilingkungan kita, tentang tayangan Smack Down yangditiru oleh anak-anak kita.Menjadi pertanyaan buatkami berdua, mengapa paraorang tua tega-teganya mengajak anak-anak merekamenonton film yang bukanuntuk konsumsi anak-anak.Juga kepada pihak bioskop,mengapa batas usia tidak lagidipermasalahkan. Untuk apaLembaga Sensor Film menentukan batas usia tetapiakhirnya tetap dilanggar jugabaik oleh pembeli karcismaupun pihak pengusahabioskop. Akankah ini terusberlanjut? Mau dibawa kemana anak-anak kita? Bagipara orang tua yang tegamembawa anak-anaknyaikut menonton, apakah mereka tidak malu atas adeganintim yang ada di film tersebut? Juga adegan-adegan kekerasan yang ada. Saya rasakita sebagai orang tua jugaharus berani berkorban untuk tega tidak mengajakanak-anak menonton filmyang tidak seharusnya mereka tonton. Masih banyakfilm-film yang berbobot untuk mereka.Troy Parwata,atpw@dnet.net.idPEMASANGAN IKLAN:Telp. (021) 8293113, 70930474, 83701736Fax.(021) 8293113, 9101871