Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 52
P. 5


                                    BERITAINDONESIA, 27 Desember 2007 5V ISIBERITAPesan dari Balindonesia menjadi tuan rumahperhelatan internasional yangmenarik perhatian dunia. Hampir 10.000 peserta dari 189 negara dan 330 lembaga swadaya masyarakat hadir di Nusa Dua, Bali, 3-14 Desember 2007, untuk mengikuti konferensiyang membahas problem yang amatmengancam kehidupan manusia dimuka bumi, yaitu perubahan iklim danpemanasan global.Konferensi Perserikatan BangsaBangsa untuk Perubahan Iklim(UNFCCC) dan Konferensi Para Pihak(CoP)-13 Protokol Kyoto itu merupakanwujud kesadaran dunia bahwa suhudunia yang sekarang lebih panas dariseabad lalu bukan isapan jempol belaka.Selama ini, isu pemanasan global dikaitkan dengan agenda politik sejumlahnegara tertentu. Namun, kenyataannya,ancaman pemanasan global memang didukung oleh faktafakta empiris. Sebuah panel antarnegara yang bernaung dibawah PBB sejak awal 1990-an secara terus-menerusmelakukan penelitian yang membenarkan bahwa duniatengah mengalami krisis ekologi besar yang membahayakan.Pemanasan global dalam arti sederhana adalah meningkatnya suhu udara bumi sebagai dampak atas terperangkapnyapanas Matahari oleh kepungan berbagai gas rumah kaca di dalam atmosfer Bumi. Terutama karbon dioksida (CO2) yang berasal dari gas buangan kendaraan bermotor dan industri yangmenggunakan energi dari fosil seperti BBM dan batu bara.Penyumbang lainnya adalah deforestasi, baik dalam bentukkebakaran hutan maupun penebangan liar (illegal logging).Dampak dari pemanasan global terlihat jelas pada proses mencairnya lapisan es kutub. Proses pencairan itu meningkat tajamdalam empat tahun terakhir, menciutkan Kutub Utara hinggaukuran terkecil dalam seabad terakhir. Jika proses pencairan eskutub terus berlanjut, sebelum berakhirnya abad ke-21, KutubUtara akan mengalami musim panas tanpa lapisan es samasekali. Tumpukan es di Kutub Utara saat ini dilaporkan palingsedikit selama 100 tahun terakhir. Luas area es di Laut Artikmenciut menjadi 5,31 juta kilometer persegi dari tujuh juta kilometer persegi tahun 1978-2000. Penciutan itu telah mengurangiwilayah perburuan suku Inuit (Eskimo) dan mengancamkelestarian beruang kutub, anjing laut, dan satwa liar lainnya.Dampak dalam skala global lebih memprihatinkan dengannaiknya permukaan air laut yang menggenangi kota-kota dipesisir pantai dan menenggelamkan pulau-pulau kecil diseluruh dunia. Bahkan pada tahun 2010, diperkirakansedikitnya 50 juta orang tidak memiliki tempat tinggal karenabencana lingkungan, deforestasi, dan perubahan lahanmenjadi gurun. Perebutan air, energi, dan pangan bisamengarah pada perseteruan etnis dan konflik regional.Konflik pun bisa meluas dan tak terkirakan.Kesadaran tentang bahaya pemanasan global sebelumnyasudah diikat dalam Protokol Kyoto. Dalam protokol tahun1997 itu disepakati pengurangan gas buangan industri secarabertahap. Langkah pertama dari protokol itu adalah berupayamengurangi emisi CO2 hingga 15 persen pada 2012 mendatang, kemudian dikurangi lagi, begitu seterusnya. Sayang,hingga kini, negara adikuasa Amerika Serikat (AS)- salah satupemakai bahan bakar fosil terbesar -menjadi satu-satunya negara maju yangmenolak meratifikasi protokol tersebut.Penolakan ini dikarenakan AS ingin agarCina dan India, dua negara penghasilemisi besar ikut melakukan pemotongangas rumah kaca. Dalam Protokol Kyoto,keduanya tidak diwajibkan mengurangiemisi karena, meskipun jumlah totalemisinya beasr, namun per kapitanyakecil. Australia yang tadinya ‘sepakat’dengan Amerika, awal Desember 2007akhirnya ikut meratifikasi protokoltersebut setelah terjadi pergantianpimpinan di negara tersebut.Sikap keras kepala AS ini sangat menonjol dalam konferensi di Bali. Sebabdalam perundingan yang alot itu, AS menentang masuknya angka pemotonganemisi 25-40 persen pada 2020 daritingkat emisi 1990 dalam rancangankesepakatan yang dinamakan Peta Jalan Bali (Bali RoadMap). Perundingan terpaksa diperpanjang dan sempatmenimbulkan pesimisme, mengenai kemungkinan bisadisepakatinya Peta Jalan Bali.Namun, yang patut kita syukuri, berkat negosiasi sangatintensif dan penuh kesabaran yang dilakukan Indonesia sebagainegara tuan rumah, berbagai tembok penghalang berhasildiruntuhkan. Konferensi yang menyedot biaya Rp 115 miliar dariAPBN ini ini tidak berakhir sia-sia . Bahkan mencatat sejarahbaru dimana untuk pertama kalinya seluruh dunia masuk dalamsatu gerbong untuk satu tujuan yang sama menyelamatkan bumidari pemanasan global dan perubahan iklim. AS berhasil digiringuntuk menyepakati Peta Jalan Bali (Bali Roadmap), sebuah petayang akan menjadi jalan untuk mencapai konsensus baru pada2009 sebagai pengganti Protokol Kyoto fase pertama yangberakhir 2012. Dalam Peta Jalan Bali tersebut memuat langkahlangkah penurunan emisi, transfer teknologi bersih ke negaraberkembang, penghentian kerusakan hutan, serta bantuankepada negara-negara miskin untuk menghadapi dampakekonomi dan lingkungan akibat perubahan iklim.Hasil konferensi di Bali ini bukanlah akhir proses sebabperjuangan sesungguhnya justru baru saja dimulai. Negosiasiakan lebih sulit, kompleks dan membutuhkan waktu lama.Negosiasi ini juga merupakan pertaruhan hidup dan matijutaan orang miskin di dunia yang paling rentan terkenadampak perubahan iklim. Sejumlah teknologi atas namaperubahan iklim harus segera dihentikan, seperti teknologipenggunaan bibit transgenik, pembangkit listrik tenaganuklir, biofuel/agrofuel, dan teknologi penangkap danpenyimpan karbon yang hanya akan membawa bencana barubagi warga dan mengancam keberlanjutan lingkungan hidup.Indonesia sendiri kini harus segera menyelesaikanpekerjaan rumah atau PR yang sangat berat. Rencana AksiNasional dalam Menghadapi Perubahan Iklim (RAN Mapi),yang baru saja diluncurkan, masih jauh dari harapan. Semuakalangan, baik dari pemerintah, akademisi, atau ilmuwan,dan NGO harus dilibatkan untuk menyusun rencana tindakini. Pemerintah juga sesegera mungkin membahas rincitentang mekanisme teknis dan melakukan sosialisasi kepadapemerintah daerah di seluruh Indonesia sehingga dapatterlibat sejak dini. „Iilustrasi: dendy
                                
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10