Page 8 - Majalah Berita Indonesia Edisi 52
P. 8
8 BERITAINDONESIA, 27 Desember 2007BERITA TERDEPANAkhir SedihSebuah PestaIndonesia tidak lebih baik dari negaranegara yang penduduknya cuma puluhanjuta.embilan bulan lebihatlet terbaik dari seluruh Indonesia digodok untuk memburumedali emas di SEA GamesXXIV/2007 Nakhon Ratchasima, Thailand. Hasilnya, dari823 atlet, Indonesia menetapkan 542 atlet (353 putra dan189 putri) untuk bertanding diNegeri Gajah Putih pada 6-15Desember. Jumlah duta bangsa itu ditetapkan demi tujuanmenempati peringkat keempatdengan koleksi minimal 64emas pada SEA Games nanti.Mereka tampil di 333 nomordari total 485 nomor yangdipertandingkan.Wajah-wajah ‘lama’ masihmenjadi tumpuan terbesardalam mengumpulkan medali.Sebut saja Syafrizaldi di cabang olahraga binaraga, Richard Sam Bera pada renang,serta Nurhayati, Uyun Muzizah, dan Tonton Susanto dibalap sepeda. Selain itu, masihbanyak atlet senior lain yangbelum tergantikan. Ini menandakan otoritas olahragaIndonesia tidak punya pilihanuntuk menyelamatkan prestasiyang terus turun beberapatahun terakhir ini. Sedangkanpersentase atlet ‘muda’ yangmendukung lebih kecil, yaknihanya 30 persen.Mennegpora AdhyaksaDault bahkan menjanjikanhadiah uang Rp200 juta kepada atlet peraih medali emas.Janji yang menggiurkan untukkompetisi regional sekelas AsiaTenggara. Pelatih pun akanmenuai satu unit rumah jikamampu mengantarkan anakasuhnya merebut emas. Inimenandakan pemerintah tidakmempunyai banyak cara selainiming-iming materi untukmembangkitkan motivasiatlet-atlet yang kebanyakansudah uzur.Pesta Olahraga Asia Tenggara akhir tahun ini sangatterasa kurang geregetnya diTanah air. Sebagian anakbangsa sudah keburu pesimisakan kembalinya supremasiolahraga Tanah Air. Pesimisme ini makin menguat sebabsampai hari keempat pestaolahraga dua tahunan itu,atlet-atlet Indonesia belummeraih satu pun medali emas.Sementara itu, negara lainmemperlihatkan kedigdayaanyang mengagumkan, terutamaThailand dan Vietnam.Medali emas baru diraihpada hari kelima melalui SuryoAgung Wibowo dari cabanglari 100 meter putra. Sedangkan sepak bola yang memasang target emas dan telahmenghabiskan biaya miliaranrupiah untuk berlatih di Argentina kalah memalukan dariThailand. Jumlah perolehanemas Indonesia pun akhirnyaberpindah ke dua digit tigahari sebelum pesta akbar iniberakhir.Thailand sebagai tuan rumah bisa disebut sangat suksesmenyelenggarakan SEAGames. Setelah gagal juaraumum dua tahun lalu, kiniThailand merajai hampir semua cabang olahraga. Merekamengumpulkan 183 medaliemas, 123 perak, dan 103 perunggu. Kontingen Malaysia ditempat kedua dengan perolehan 68 medali emas, 52 perak,dan 96 perunggu. Vietnam ditempat ketiga dengan 64 medali emas, 58 perak, dan 82 perunggu. Sedangkan Indonesiacuma bisa memperbaiki peringkat dari posisi lima (SEAGames 2005) ke posisi empatdengan raihan 56 emas, 64perak, dan 83 perunggu. Peringkat terbawah ditempatiBrunei Darussalam dengansatu emas, satu perak, danempat perunggu.Padahal kalau ingin bernostalgia sejenak, Indonesia sempat merajai arena SEA Games.Ketika mengawali keikutsertaannya dalam SEA Games tahun 1977 di Malaysia, Indonesia langsung menjadi juaraumum menggusur dominasiThailand. Terakhir Indonesiamenjadi juara umum padaSEA Games XIX, di Jakartatahun 1997. Penurunan terlihat konstan mulai 2001 dengan merosotnya Indonesia kenomor dua dan pada 2003 kenomor tiga.Perolehan medali yang tidakmencapai target minimal danperingkat yang tidak lebih baikdari negara-negara yang penduduknya cuma puluhan juta,menunjukkan dunia olahragakita, terutama sepak bola,semakin terpuruk. Ada yangmengatakan kita tidak merosot. Yang terjadi sesungguhnya negara lain berkembang sangat pesat sehinggaprestasi kita yang biasa-biasasaja tidak mampu menandingi.Apapun argumentasi yangdilontarkan, SEA Games kaliini menjadi pembuktian lainbetapa Indonesia sudah jauhtertinggal dari negara-negaratetangga khususnya di bidangolahraga.Indonesia sebenarnya tidakpunya alasan lagi untuk menjustifikasi rendahnya prestasipara atlet. Sebab kita mempunyai banyak lembaga-lembaga yang menangani olahraga. Selain ada induk organisasi, ada KONI, juga ada Kementerian Olahraga. Namun,sayangnya, hampir tidak terlihat dampak positif antaradepartemen olahraga dan induk-induk organisasi denganprestasi. Lembaga-lembaga itupun seolah-olah hanya menjadi tempat menampung parapengurus yang ogah berubah.Membudayakan filosofi pembinaan dan kompetisi menjadiprioritas nomor ke sekian.Contoh paling kentara adalahPSSI yang ngotot mempertahankan ketuanya yang sudahmasuk bui.Sekali lagi, kemegahan acarapembukaan dan penutupanSEA Games cuma milik mereka yang menempati posisitiga besar. Sedangkan bagiyang kalah, tarian delapan ribupenari selama dua jam lebihdisertai kembang api itu, cumamembuat pikiran semakinmenerawang jauh. Kapan Indonesia kembali berjaya dibidang olahraga? MLPSilustrasi: dendy