Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 55
P. 5


                                    BERITAINDONESIA, 20 Maret 2008 5V ISIBERITAMerubah Paradigmada sesuatu yang agak ‘lucu’selama tiga bulan terakhir initerkait dengan fokus masyarakat dan media. Setelah sepanjang Desember didera oleh banjirtermasuk hingar bingar berita soal banjirdi berbagai media, selama bulan Januari,berita-berita yang muncul digantikan olehberita soal kondisi kesehatan Pak Hartoyang sangat kritis. Begitu Pak Hartomangkat, banjir yang seolah ‘tahu diri’ itu,datang lagi menenggelamkan rumahrumah dan menjadi ‘bintang utama’ dihalaman depan berbagai media.Banjir (baca juga: bencana) di negeri inisudah menjadi tema yang sering diperbincangkan namun miskin solusi konkrit. Bencana banjir yang merentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur (termasuk Situbondo), misalnya, cuma ditanggapi sebagai musibah atau peristiwa yang lumrah adanya. Meski penyebab banjir sudahdiketahui - penurunan mutu lingkungan berupa hutan gunduldan berkurangnya lahan terbuka hijau di hulu sungai yang berfungsi menyerap air hujan – langkah konkrit seperti penghijauan dan mengembangkan hutan kota, baru sebatas khayalan.Setiap kali banjir datang, beberapa pihak kemudian salingmenyalahkan. Sebagian lagi menelurkan gagasan-gagasanagar banjir tidak terulang lagi. Namun, begitu banjir berlalu,semua pihak lupa akan gagasan-gagasannya. Ketika musimkemarau, banjir tidak pernah dibicarakan dan ditangani.Kalaupun gagasan-gagasan itu sempat diimplementasikan,namun kandas di tengah jalan karena kurang mendapatdukungan. Tidak pernah belajar dari pengalaman, itulah yangkita rasakan setiap kali, kota-kota di negeri ini dilanda banjir.Jakarta sebagai ibukota negara juga tidak luput dari banjir.Banjir yang terjadi tahun ini meski tidak sedahsyat tahun lalu,meninggalkan coreng moreng bagi negara. Bagaimana tidak?Ibukota negara yang sudah padat, macet dan semraut ini jugamenyusahkan warga negara lain. Jalur menuju BandaraSoekarno-Hatta ditutup dan lumpuh selama dua hari.Akibatnya, ratusan penerbangan tertunda, ribuan penumpang terlantar dengan kerugian ratusan miliar rupiah.Kenyataan ini membuat kita bertanya-tanya, turis mana yangmau datang ke negara banjir yang Presidennya pun harusganti mobil karena tak dapat menembus banjir. Padahalbanjir itu cuma disebabkan oleh hujan lokal.Sebagian orang kemudian memelototkan matanya keGubernur DKI Jakarta. Kini giliran Bang Foke, gubernur yangbaru menjabat setengah tahun ini, yang harus mencakmencak memarahi pihak-pihak yang menurutnya bertanggung jawab atas banjir di Jakarta. Bang Foke jelas tidak bisadibiarkan sendirian mengatasi banjir. Masalah banjir inimembutuhkan kerjasama dari banyak pihak termasukPresiden sebagai kepala negara dalam menjaga wibawaIbukota negara yang menjadi pusat pemerintahan. BukankahJakarta adalah simbol Indonesia?Banjir yang berminggu-minggu melanda sebagian wilayahdi Jakarta dan Jawa Barat membuat Wakil Presiden JusufKalla turun tangan meninjau langsung ke lapangan. Fotonyayang terpampang besar di halaman depan sebuah harianibukota menunjukkan keseriusannya mengamati lokasi-lokasiyang tergenang dari atas helikopter. Saat itu, Wapresdidampingi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, GubernurJawa Barat Danny Setiawan, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyahdan Bupati Bogor dan Bupati Tangerang. Ketua Bappenas PaskahZuzeta, Menteri PU Djoko Kirmanto,Menteri Kehutanan MS Kaban danMenko Kesra Aburizal Bakrie. Setelah meninjau banjir, Kalla langsungmemimpin rapat koordinasi penanggulangan banjir di gedung BKKBN,Jalan Raya Halim, Jakarta Timur.Langkah konkrit apa yang diambilsetelah peninjauan itu? Sebuah pertanyaan yang selalu dilontarkansetiap kali pejabat datang meninjaubanjir. Jawabannya pun sama, cumamereka yang tahu.Sebelum Jusuf Kalla meninjau, beberapa hari sebelumnyaPresiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah mendengarkanpresentasi Fauzi Bowo tentang kendala yang dihadapi dalammenanggulangi banjir di Jakarta. Dalam rapat terbatas yangdihadiri Jusuf Kalla, Menteri PU, Kesra, Perekonomian sertabeberapa anggota Kabinet Indonesia Bersatu itu, Fauzi Bowomenuding terhambatnya pembangunan kanal timur akibatkendala pembebasan lahan menjadi penyebab banjir tersebut.Selain adanya tata ruang dan penggunaan lahan yang salahkaprah. Namun, setelah banjir berlalu, pertemuan itu seolahtidak pernah ada.Lantas, apa yang harus kita perbuat agar negeri ini tidakdikenal sebagai negeri pelanggan banjir? Sudah cukup banyaksolusi yang ditawarkan dan tinggal diimplementasikan. Mulaidari membuat sumur resapan, memulihkan situ-situ,membuat danau buatan hingga memperluas hutan kota untukmemperbanyak daerah resapan dan konservasi air.Semua gagasan-gagasan tersebut sulit diimplementasikankarena harus bisa menjadi solusi holistik dan berjangkapanjang. Selain itu, diperlukan kesamaan visi di antara parapemimpin yang terkait mulai dari Presiden, para menterihingga gubernur dan bupati. Visi ‘Tirta Sangga Jaya’ (KanalPenyangga Jakarta) yang dilontarkan oleh Syaykh Al-ZaytunAS Panji Gumilang (Berita Indonesia Edisi 36), bisamemberikan gambaran solusi holistik seperti apa yangdiperlukan oleh Jakarta dan daerah sekitarnya. Sedangkanuntuk mencegah banjir dan longsor yang sering terjadi didaerah lainnya, gerakan penghijauan dan mengembangkanhutan kota, perlu lebih digiatkan.Untuk menopang 83% kawasan Indonesia yang termasukdaerah rawan bencana alam, peran Badan KoordinasiNasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) perludiperkuat. Bila perlu dibentuk sebuah lembaga baru yanglebih superior dalam menangani tanggap darurat, kesiapsiagaan, pemberdayaaan korban hingga menangani kewenangan pendistribusian bantuan. Semua instansi yang terkaitbekerja di bawah komando satu lembaga itu. Diharapkan,penanggulangan bencana bisa dilakukan secara terencana,terkoordinasi dan terpadu.Paradigma penanganan bencana alam juga harus diubahdari upaya rehabilitasi ke pencegahan. Sebab, jumlah rupiahyang dikeluarkan untuk pencegahan jauh lebih kecildibandingkan jumlah rupiah kerugian yang harus kita relakantiap kali banjir datang. Perubahan paradigma ini, harus dilakukan semua pihak baik pemerintah ataupun masyarakat. „Ailustrasi: dendy
                                
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10