Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 63
P. 5
BERITAINDONESIA, Januari 2009 5V ISIBERITAkarikatur: dendyKenapa Kita Tidak Belajar?konomi global (dunia) tahun 2009 akan memasukiresesi terburuk yang tak terhindarkan. Bermula darikerusakan serius sistem keuangan dan perbankan diAmerika Serikat (episentrum), mesin ekonomidunia. Lalu, semua ekonomi negara-negara di dunia serentakambruk dengan derajat penurunan berbeda-beda. Indonesia, jika salah antisipasi, dikuatirkan akan mengalami derajatkemerosotan aktivitas ekonomi terburuk.Kekuatiran itu makin mengemuka tatkala mengamatilangkah-langkah yang diambil pemerintah dan otoritasmoneter di negeri yang sebelumnya belum pulih dari resesijilid satu yang terjadi sejak 1997 lalu. Pemerintah masih lebihfokus pada kebijakan moneter dan injeksi dana, bahkandengan mengutang lagi. Tidak terlihat upaya konkrit untukmenggairahkan aktivitas ekonomi sektor riil dan pembangunan berbasis pedesaan.Apalagi, tidak juga terlihatupaya antisipasi peluang kerja bagi karyawan yang kemungkinan besar akan jutaanorang terkena PHK.The Institute of International Finance (IIF) yangberanggotakan 375 lembagakeuangan dunia berpusat diWashington, Kamis (18/12/2008), secara jujur mengemukakan kegagalan para otoritas moneter yang berupayamencegah dan mengatasi resesi ini. Dengan injeksi dana,ternyata tidak menolong.Injeksi modal dan penurunansuku bunga tidak berhasilmencegah resesi. Ketersediaan pinjaman relatif murahdari Bank Sentral AS, bahkanhanya 0,1 persen dari BankSentral Jepang, tak mampumenggerakkan ekonomi. Sebab kerusakan serius sudahtelanjur terjadi.Kerusakan serius sistemkeuangan dan perbankan telah menyebabkan terganggunya bursa saham dan pasar modal, dan mengimbas padamelemahnya aktivitas ekonomi semua negara. Mengganggukelancaran transaksi perdagangan, baik secara nasionalmaupun global.Apalagi efek buruknya bagi Indonesia, sebagai negarasedang berkembang, akan sangat terasa. Nilai tukar rupiahdan bursa efek Indonesia anjlok. Bukan hanya semata-matakarena kebijakan dan kekuatan ekonomi dan keuangan yangbelum berpihak sebesar-besarnya kepada kepentingan rakyatbanyak, tetapi juga akibat sikap mental dan cara berpikir yangbelum taat azas dan belum punya kebanggaan sebagai bangsaIndonesia.Sikap mental bangsa yang lemah! Dalam situasi resesi saatini, sangat menyakitkan bila menyaksikan para oknumpejabat justru lebih gemar memamerkan, bertransaksi danmenyimpan dolar. Belum lagi masih belum terjadinyakesepahaman agar semua komponen bangsa ini taat pada azasnegara yang sudah disepakati bersama. Pertanyaan kita,kenapa kita tidak mau belajar?Maka, dalam himpitan krisis berskala nasional yang kitaalami sejak 10 tahun lalu, belumpun dapat dipulihkan secaramenyeluruh, kini krisis global sedang menghadang kembali,sebagai bangsa, sebagaimana dikemukakan Syaykh al-Zaytundalam khutbah Idul Adha (8/12/2008), kita harus beranimengadakan evaluasi. Apa gerangan yang harus kita tataulang?Menurut Syaykh, sebagai bangsa, dalam bernegara,sesungguhnya kita telah memiliki landasan dasar yang kokohyang mumpuni, sebagai landasan strategi budaya, strategimengelola cara berpikir, bertindak, bereaksi lokal, nasional,maupun global.Syaykh menegaskan, mungkin yang harus ditata ulangadalah ketaatan dan keberpihakan serta kesetiaan bangsa terhadap asas dan dasarnegara yang telah disepakatibersama. Mungkin sebagaibangsa, belum sepenuhnyakonsen, untuk meletakkandasar-dasar negara ini sebagai suatu sistem yang utuh,sehingga tindakan yang dilakukan, orientasinya selalubelum, bahkan tidak berpihakkepada dasar-dasar yang telah disepakati.Bahwa terjadinya perubahan politik (reformasi) yangdibarengi oleh terjadinyakrisis ekonomi jilid I di negarakita, yang telah berjalan 10 tahun, kita selalu saja menyaksikan sajian tindakan-tindakan yang selalu antagonistis terhadap dasar-dasarnegara yang telah disepakati.Selain secara prinsip ideologis tentang ketaatan padaazas, kita juga seharusnyamau belajar pada kegagalanmengatasi krisis jilid satu yang telah berjalan lebih 10 tahun.Serta belajar dari kegagalan (kekurangberhasilan) pembangunan selama lebih 63 tahun Indonesia merdeka yangternyata belum sebesar-besarnya demi kesejahteraan rakyatdan belum menjadikan kita lebih mandiri dalam hubunganinterdependensi antarbangsa.Kini saatnya kita seharusnya belajar. Tidak ada kataterlambat untuk belajar. Mulailah membangun dengan berbasiskekuatan dan kearifan lokal. Sebagaimana disarankan Syaykhal-Zaytun dalam percakapan dengan wartawan majalah ini agarkita lebih fokus pada pembangunan infrastruktur yangmembuka akses ke semua pelosok desa dengan pola padatkarya. Dengan demikian agropolitan akan berkembang pesat.Pusat atau kota yang kuat belum tentu membuat Indonesiakuat. Tetapi desa yang kuat akan menjamin Indonesia kuat.Selamat Tahun Baru 1430 Hijryah dan Tahun Baru 2009.E