Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 79
P. 5


                                    BERITAINDONESIA, September 2010 5V ISIBERITAilustrasi: sonny pHarus All Outasalah kemacetan dan transportasi di Ibu KotaJakarta sudah memasuki fase kritis. Hampirsetiap hari antrean panjang kendaraan pribadi,angkutan umum hingga sepeda motor terjadidi setiap ruas jalan. Tidak terhitung kerugian yang harusdibayar oleh Kota Jakarta. Bahan bakar dan waktu yangterbuang percuma. Biaya kesehatan akibat polusi serta biayabiaya lainnya yang tidak bisa diperkirakan.Kalau mau jujur, pemerintah sebenarnya bukan tidakmampu mengatasi masalah kemacetan di Jakarta. Merekamampu tetapi tidak mau all out (total 100%) membenahitransportasi massal (transportasi publik) agar cepat, nyaman dan terintegrasi. Rancangan Transportasi Massalyang dikehendaki pun sudahlama disusun saat Pemprov DKIJakarta dipimpin oleh Gubernur Sutiyoso.Program Pengembangan Pola Transportasi Makro (PTM)DKI Jakarta atau Jakarta MacroTransportation Scheme(JMaTS) itu mengintegrasikanempat sistem transportasiumum, yakni Bus Rapid Transit (busway), Light Rail Transit(LRT) seperti monorel, MassRapid Transit (MRT) sepertisubway dan Angkutan Sungai,Danau dan Penyeberangan(ASDP) atau waterway.BRT diwujudkan dengan busTransjakarta yang sudah beroperasi delapan koridor. Masihada 7 koridor lagi yang belum berjalan dan nasibnya digantung-gantung. Begitu pula dengan proyek monorel yangmangkrak. Sedangkan mengenai pembangunan sarana transportasi kereta api bawah tanah atau subway (MRT), masihdalam tahap perencanaan. Nasib paling ‘gelap’ adalah transportasi angkutan air atau sungai (waterway). Walaupun sudahsempat dilakukan demonstrasi di Kali Ciliwung, namun waterway tampaknya bukan merupakan prioritas Pemprov DKI.Setiap kali ditanya soal solusi kemacetan, Pemprov DKI dibawah kepemimpinan Fauzi Bowo mempunyai pendapatsendiri. Menurut mereka, membenahi transportasi publikbukan satu-satunya solusi mengatasi kemacetan di Jakarta.Pemprov berdalih, memperbaiki transportasi publik harusberjalan paralel dengan menambah ruas jalan dan membatasikendaraan. Tidak satu pun di antaranya lebih diprioritaskan.Namun apa yang tampak di lapangan tidaklah sama denganyang diucapkan. Pemprov DKI Jakarta tidak konsisten dantransparan atas rancangan transportasi makro yangdisusunnya sendiri, seperti pembangunan 15 koridor busway.Pemprov lebih banyak menghabiskan anggaran untuk proyekproyek yang ‘menghasilkan’ seperti membangun 6 jalan tolsusun yang akan mulai dikerjakan awal tahun 2011. Selainitu, sedikitnya ada 50 jembatan layang dan terowongan akanmenjadi proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan PemprovDKI Jakarta. Sedangkan pembangunan proyek buswaykoridor 8 hingga 15 dibiarkan berjalan tertatih-tatih tanpaada niat untuk mempercepat penyelesaiannya.Apapun alasan yang digunakan soal menambah ruas jalan,kesan yang timbul, penambahan jalan saat ini hanyadihambakan bagi kepentingan mobilitas kendaraan pribadidan bukannya diupayakan untuk membangun sistem jaringanjalan yang terintegrasi. Satu hal lagi, sistem transportasipublik di Jakarta jelas masih dibiarkan tidak adil terutamabagi masyarakat kelas menengah bawah yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Angkutan umum yang buruk, minimnya fasilitas bagi pejalan kaki,serta tingginya polusi di IbuKota merupakan fakta tak terbantahkan.Sudah menjadi naluri apabilaseseorang memilih alat transportasinya berdasarkan kenyamanan, keamanan, keandalan,dan keterjangkauan. Oleh sebabitu, apabila sistem transportasipublik tidak dibenahi sungguhsungguh, akan semakin banyakpenduduk melakukan perjalanannya dengan kendaraan pribadi, baik mobil ataupun sepedamotor. Penambahan jalan puntidak akan banyak berarti.Macet pasti akan terus terjadi.Wacana-wacana seperti nopol ganjil genap, pelarangansepeda motor, pembatasan sepeda motor di jam-jam tertentudi jalan protokol, pembatasan usia kendaraan, yang katanyaakan diterapkan, hanya akan menjadi solusi sesaat yangberbau putus asa.Sudah saatnya, Pemprov DKI Jakarta menyadari bahwamenurut fakta-fakta yang ada, transportasi publik yang baikdan terintegrasi terbukti telah mengurangi kemacetan diberbagai kota megapolitan dunia. Kita juga mesti menyadari,berhasilnya negara-negara di dunia dalam menyediakantransportasi publik yang andal, berkualitas dan ramahlingkungan tidak lepas dari political will yang serius dankontinu dari pemerintahnya. Mereka juga tidak khawatir dantidak membuat banyak dalih karena rendahnya kemampuanuntuk menyiapkan pendanaan/anggaran untuk mewujudkannya. Sebab, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Sepanjangupaya tersebut adalah reasonable dan komprehensif pastiakan dapat diupayakan pendanaannya.Oleh sebab itu, jangan tunggu hingga Jakarta macet total.Pemprov DKI Jakarta bersama pemerintah pusat harus segeraall out menuntaskan pembangunan busway dan MRT (subway) sekaligus membenahi sistem angkutan umum di Ibukotatercinta ini.M
                                
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10