Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 86
P. 5


                                    BERITAINDONESIA, Februari 2013 5Y VISI BERITAetiap kali terjadi banjir besar dan kemacetan parah di Jakarta, selalu timbul berbagaipendapat reaktif tentang beban Jakartayang sudah tidak layak lagi sebagai IbukotaNegara dan pusat pemerintahan Republik Indonesia. Lalu, setelah banjir surut berbagai pendapatitu pun surut pula tanpa bekas, tanpa tindak lanjut,tanpa visi.Beberapa tahun lalu, misalnya, ramai pendapattentang pemindahan Ibukota Negara dan/ataupusat pemerintahan, yang direspon oleh PresidenSusilo Bambang Yudhoyono dengan menawarkantiga opsi. Yakni: 1) Tetap menjadikan Jakartasebagai ibukota dan pusatpemerintahan dengan melakukan pembenahan (OpsiRealistis); 2) Tetap menjadikan Jakarta sebagai ibukota,dan hanya memindahkanpusat pemerintahan ke daerah baru (Opsi Moderat); 3)Memindahkan ibukota danpusat pemerintahan secarabersamaan, dengan membangun ibukota baru. The realcapital, the real governmentcenter (Opsi Ideal bersifat Radikal). (Jumat (3/9/2010).Presiden menjelaskan opsipertama (opsi realistis) dimana ibukota dan pusat pemerintahan tetap di Jakarta,namun dengan pilihan kebijakan untuk menata, membenahi, dan memperbaiki berbagai persoalan Jakarta, seperti kemacetan, urbanisasi,degradasi lingkungan, kemiskinan, banjir, maupun tata ruang wilayah.Kebijakan ini harus diikuti dengan desentralisasifiskal dan penguatan otonomi daerah untukmengurangi kesenjangan antardaerah.Sementara, jika salah satu dari dua opsi (2 dan3) itu dipilih, menurut perkiraan Presiden SBY,perlu waktu sekitar sepuluh tahun. Setelah sepuluhtahun, ibukota atau pusat pemerintahan baru itumulai bisa berjalan dan tertata dengan baik. Secarakhusus untuk pemindahan pusat pemerintahan,menurut Presiden, perlu pembahasan yang cermat.Sebagai proyek besar, opsi itu harus dijalankandengan perhitungan yang matang dari berbagaiaspek, termasuk aspek biaya. Presiden mencontohkan pemindahan pusat pemerintahan dariKuala Lumpur ke Putrajaya membutuhkan biayasekitar Rp80 triliun.Untuk ketiga opsi itu, Presiden SBY menegaskan akan mendengarkan masukan dari pihak manapun. Dan, untuk dapat segera mengkaji danmerumuskan opsi yang ditawarkannya, Presidenmengatakan telah membentuk tim kecil. Presidendi Istana Negara, Rabu (8/9/2010) mengungkapkan, tim kecil ini antara lain untuk mengkajimembangun ibukota baru yang dikehendakirakyat. Kajian tersebut termasuk bagaimanapendanaan pembangunan ibukota baru.Namun, setelah tiga tahun berlalu, publik tidaktahu apa yang dikerjakan dan dikaji tim kecil yangdisebut presiden tersebut. Lalu, tiba-tiba setelahJakarta dilanda banjir pertengahan Januari 2013,muncul lagi wacana pemindahan ibukota negara tersebut.Andrinof Chaniago, akademisiUniversitas Indonesia, dalamacara dialog di stasiun televisimenyimpulkan bahwa pemerintah saat ini sama sekali tidakpunya visi. Jangankan melakukan kajian, bahkan kajian yangdilakukan Tim Visi 2033 yangdipimpinnya, tak pernah direspon pemerintah. Andrinof dankawan-kawan merekomendasikan pemindahan ibukota kePalangkaraya, Kalimantan, sebagai bagian dari penataan Indonesia.Di tengah berbagai wacanaitu, khususnya opsi yang ditawarkan Presiden SBY tersebut,Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang mengusulkan perpaduanketiga opsi itu dalam konsepIbukota Raya atau Jakarta Raya. Perluasan wilayah Jakartamenjadi Jakarta Raya, yakni mencakup wilayahyang dilintasi kanal Tirta Sangga Jaya yangditawarkannya. Jika konsep Jakarta Raya tersebutterealisasi, dia yakin berbagai permasalahan banjir,macet dan tata ruang di Jakarta dan sekitarnyaakan teratasi dan Indonesia pun akan terbilang danterpandang di mata dunia internasional.Memang, konsep Jakarta Raya (terpadu dengankanal Tirta Sangga Jaya) yang diusulkan SyaykhPanji Gumilang tersebut, membutuhkan kepemimpinan yang kuat, berani dan visioner. Tidak cukuphanya dalam level gubernur, tetapi terutama levelpresiden. Maka, pada akhirnya, hal ini terpulangkepada kehendak seluruh rakyat Indonesia untuknanti dalam Pemilu 2014 supaya memilih Presidenyang visioner dan berani mengambil risiko.Setidaknya, berani dan mau mengeksekusi berbagai program yang sudah ada. „Visi Jakarta RayaSMemang, konsepJakarta Raya(terpadu dengankanal Tirta SanggaJaya) yang diusulkanSyaykh PanjiGumilang tersebut,membutuhkankepemimpinan yangkuat, berani danvisioner. Tidak cukuphanya dalam levelgubernur, tetapiterutama levelpresiden.CH. ROBIN SIMANULLANG
                                
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10