Page 35 - Majalah Berita Indonesia Edisi 92
P. 35


                                    BERITAINDONESIA, Feb-Maret 2014 35L ENTERADEMOKRASI, TOLERANSI DAN PERDAMAIANL ENTERAKetua Umum PPPSuryadharma Alimemberikanpembekalan kepadapara kader PPPuntuk memenangkanPemilu 2014 di AlZaytun, Rabu 12/2/2014.pimpinan, dari DPR RI, Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan Presiden dan WakilPresiden ditentukan pada tahun 2014. Olehkarenanya, saya berharap peran umat Islam tidak saja dalam jumlah tetapi jugadalam fungsi yang sesungguhnya.Perihal CapresSaya merasa terpanggil. Saya merasa Indonesia memanggil. Saya merasa ini suatutantangan. Tantangan apa? Pertama, tantangannya seakan kalau partai Islam, itu tidakmemiliki kemampuan untuk memimpinnegeri ini. Yang mampu memimpin negeriadalah partai-partai non-Islam. Kedua, sayajuga tertantang dengan stigma-stigma,dengan sebutan-sebutan, yang namanyapartai non-Islam itu disebut partai nasionalis, sedangkan partai yang berasaskan Islam tidak disebut partai nasionalis, tapipartai religius. Ada pembedaannya, partainasionalis dan religius, seakan-akan yangnasionalis tidak religius dan yang religiustidak nasionalis.Saya mau tanya, kita beragama Islam, kitacinta atau tidak cinta kepada bangsa ini?Cinta! Sekali lagi, kita cinta atau tidak cintakepada Tanah Air? Cinta! Kalau kita disebuttidak nasionalis, betul atau salah? Salah!Ulama-ulama kita merebut kemerdekaan,bukan LSM-LSM yang merebut kemerdekaan. Dengan kekuatan Allahuakbar, bamburuncing, dapat melawan senapan penjajah.Dengan kekuatan Allahuakbar, panah bisamelawan meriam-meriam penjajah. Inisesuatu yang luar biasa. Allahuakbar dapatmembangkitkan semangat bangsa Indonesia pada waktu itu. Dapat membangkitkankeberanian yang luar biasa, mereka tidaktakut mati, mereka tidak takut meninggalkankeluarganya, mereka tidak takut mengorbankan harta bendanya. Dengan Allahuakbar umat Islam mengusir para penjajah.Nah, kalau kita lihat sejarah itu, di manaletaknya yang namanya umat Islam itutidak nasionalis? Sebutan-sebutan umat Islam tidak nasionalis itu berkembang berpuluh-puluh tahun, sehingga kita dianggap kelompok yang tidak pantas untuk memimpin negeri ini. Dan yang lebih menyedihkandisebutkan Islam adalah agama yang eksklusif, agama yang tidak toleran dengan agama lain, agama yang tidak toleran denganperbedaan-perbedaan. Kita bisa saksikan tadi, bagaimana santri-santriwati pondok pesantren Al-Zaytun menyanyikan lagu-lagukebangsaan yang begitu khidmat. Kita khawatir pada saat ini lagu-lagu kebangsaanyang tadi dinyanyikan itu sudah tidak dikenal lagi pada anak-anak di sekolah-sekolah.Kenapa seperti itu, karena tidak diajarkan!Nasionalisme mengalami degradasi.Oleh karenanya, PPP mulai mengusungjargon Rumah Besar Umat Islam, sebagairumah besar kita bersama, seluruh umatIslam, dari mana pun dia, apa pun latar belakangnya, inilah rumah besar kita. Ayo kitabesarkan.Jargon yang kedua adalah Merah Putih,Bisa! Merah Putih. Bisa! 3x Mengapa MerahPutih, Bisa menjadi jargon dari PPP? Tidaklain untuk menepis anggapan-angapan bahwa PPP yang berasaskan Islam itu bukanlahMerah Putih. Kita adalah merah putih! Ituyang pertama.Kedua, adalah untuk membangkitkan semangat keindonesiaan. Kita banyak kelemahan, tetapi bukan berarti kita tidak memiliki kekuatan. Kita tertinggal dari bangsabangsa lain, bukan berarti kita tidak memiliki
                                
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39