Page 34 - Majalah Berita Indonesia Edisi 05
P. 34


                                    LENTERA34 BERITAINDONESIA, November 2005IndikatorApa indikator bagi sebuah universitas sehingga layakdisebut sebagai world class university? Satrio menyebutbeberapa indikator universitas berkelas dunia. Pertama,dilihat dari ada tidaknya peraih penghargaan Nobel di universitas itu. Kedua, dilihat dari jumlah mahasiswa asing diuniversitas tersebut. Satrio memberi contoh, salah satu universitas di Singapura, walau tidak memiliki peraih penghargaan nobel, tetapi mampu bercokol di urutan 18 dunialantaran memiliki banyak mahasiswa asing.Indikator ketiga adalah jumlah dosen asing yangmengajar di universitas itu. Keempat, rasio dosen denganmahasiswa. Kualitas sebuah universitas juga dilihat darikualifikasi staf pengajar lokalnya. Yakni seberapa banyakdosen yang bergelar doktor serta prestasi apa yang pernahdiraihnya.Indikator kelima, adalah bandwith connectivity atauketersambungan dengan dunia luar. Hal ini dilihat dariseberapa besar tingkat pemakaian internet oleh mahasiswa,serta seberapa cepat akses internet yang digunakan.Keenam, student selectivity, tingkat persaingan mahasiswa untuk masuk ke universitas tersebut. Ketujuh adalahjumlah perputaran uang di universitas. Kedelapan, penilaianorang luar (pakar) terhadap institusi. Kesembilan, publication index, yakni seberapa banyak hasil riset para peneliti diuniversitas tersebut dikutip orang lain. Indikator-indikatorSuatu kenyataan, dalam usia 60 tahun Indonesia merdeka, belum ada perguruan tinggi(PT) Indonesia yang berkelas dunia (worldclass university). Dari hasil riset tahunanmajalah Asia Week (2004), tidak adaperguruan tinggi Indonesia yang tercatatpada ranking 500 besar. Bahkan pada ranking100 besar Asia pun tidak ada. Lalu, timbul pertanyaan: KapanIndonesia memiliki universitas berkelas dunia? Syaykh DrAS Panji Gumilang menjawab: Untuk itu Universitas AlZaytun (UAZ) didirikan!Beberapa universitas (perguruan tinggi) negeri, yang didalam negeri cukup dibanggakan, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Tekonologi Bandung,Universitas Airlangga dan lain-lain, ternyata di tingkat Asiapun belum patut dibanggakan, apalagi di tingkat dunia.Bahkan dalam tahun-tahun terakhir, perguruan tinggikebanggaan nasional itu cenderung menunjukkan penurunankualitas.Sebab sebelumnya, pada tahun 2000, Indonesia masihberhasil menempatkan empat PT dalam kategori 100 terbaikAsia. Yakni, UI rangking 61, UGM rangking 68, Undiprangking 73, dan Universitas Airlangga rangking 75 (AsiaWeek edisi 30 Juni 2000). Namun setelah itu, tak ada lagiPT Indonesia yang mampu bertahan di rangking 100 besarAsia.Sementara di tengah terjadinya penurunan kualitas PTtanah air, negara-negara Asia lainnya seperti India, Cina danSingapura malah mampu terus meningkatkan mutu akademiknya. India, yang sebelumnya di tingkat Asia pun belumtercatat pada ranking 100 besar, ternyata kini telah mampumencapai ranking dunia. Bahkan Singapura telah menempatkan universitasnya pada urutan 18 dunia.Pertanyaan, apa yang salah dalam pengelolaan universitas-universitas (terutama negeri yang dibiayai pemerintah)?Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas,Satrio Soemantri Brodjonegoro, pada suatu lokakarya diPusat Sastra Jepang, UI, Depok, Selasa (17/5), mengatakanmelorotnya peringkat PT Indonesia di tingkat Asia, tidaklepas dari ketidaktepatan strategi nasional.Menurut Satrio, salah satu alasan mengapa India dan Cinamampu melejit, lantaran mereka berani melakukan subsiditerpusat kepada 10 universitas terpilih. Kebijakan ini memangakan ‘menganaktirikan’ universitas lainnya. Namun setelahuniversitas terpilih meningkat status menjadi world classuniversity kelak mereka akan mampu mengangkat universitas lainnya.“Kebijakan seperti ini sulit diterapkan di Indonesia. Inilantaran prinsip sama rata yang diterapkan pemerintahdalam alokasi anggaran ke universitas. Kalau terpusat, akanbanyak penolakan apalagi ini era demokrasi,’’ kata Satrio.Sementara itu, Rektor UI, Usman Chatib Warsa,menyatakan kegagalan perguruan tinggi Indonesia masuk kerangking 100 besar Asia lebih disebabkan minimnya up dateinformasi soal kemajuan-kemajuan universitas tersebut kelembaga pemeringkat. Maka dia pun menyatakan, perlu lebihditingkatkan kolaborasi antara perguruan tinggi Indonesiadengan komunitas internasional. Dengan demikian, universitas tersebut akan lebih dikenal, dan kelak tak sulitmemperoleh pengakuan internasional.Oleh: Ch Robin SimanullangMILIKI UNBERKELAKapan InSyaykh Dr AS Panji Gumilang saat mewisuda lulusan P3T MAZ.
                                
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38