Page 12 - Majalah Berita Indonesia Edisi 13
P. 12


                                    Momok BBM Muncul KembaliBelum sempat menarik nafas lega, harga minyak dunia menohok ke angka yangmencemaskan. Pemerintah mulai gelisah. Asumsi harga minyak di APBN terlalu rendah.Bisa melambungkan subsidi, atau harga BBM naik lagi.Si emas hitam berulah lagi.Pemerintah kaget, cemaslantaran harganya tiba-tibasaja menyentuh angka 72dolar AS per barel. Boleh jadiini dipicu oleh konflik nuklirantara AS dan Iran. Syukurlah, sudahkembali ke level 70,86 dpb, mungkinkarena AS mengendorkan tekanannyapada Iran, negara penghasil minyakterbesar di dunia.Meskipun anggota OPEC, barangkali,Indonesia yang paling trauma menghadapigeliat si emas hitam. Sebab, kenaikanharga minyak tahun lalu masih meninggalkan luka yang menganga. Lantaran panikdihadang defisit APBN 2005, pemerintahdua kali menaikkan harga BBM sampairata-rata 158%.Tidak aneh bilamana Wakil Presiden M.Jusuf Kalla (24/4) buru-buru memberijaminan: “Pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM dalam negeri”. JK berjanji,efisiensi dan alokasi subsidi BBM akanditingkatkan, tetapi akan diputuskandalam pembahasan APBN Perubahan,Agustus nanti. Yang pasti asumsi hargaminyak 57 dpb pada APBN 2006 tidakaktual lagi, dan alokasi subsidi BBMsekitar Rp 15 triliun tidak lagi memadai.Menurut JK, defisit anggaran akan meningkat dari Rp 57 triliun ke Rp 75 triliun.Bisakah jaminan JK dipegang? Jawabannya adalah prediksi berikut ini. NewYork Mercantile Exchange (pusat bursaminyak dunia), mengemukakan angkaangka perkiraan seperti ini: Mei $ 70,97dpb; Juni $72,78 dpb; Juli 73,81 dpb;Agustus 74,32 dpb; September 74,61 dpb;Oktober 74,77 dpb; November 74,87 dpb;dan Desember 74,86 dpb. Normalnyaseperti itu. Tetapi bisa berubah drastis jikakonflik AS-Iran meledak, dan terjadimusim dingin yang ekstrim di belahanBarat.Menko Perekonomian Budiono, menanggapi geliat harga minyak, lebihmemilih sikap hati-hati. Kata Boediono,pemerintah akan menghitung kembaliberbagai asumsi dalam APBN 2006, dankemampuan neraca pembayaran. AsumsiAPBN 2006; pertumbuhan ekonomi 6,2%,inflasi tahunan 8,0%, kurs Rp 9.900 perdolar AS dan harga minyak 57 dpb.sia harus tetap bergabung di OrganisasiNegara-Negara Pengekspor Minyak(OPEC). Jadi jatah ekspor harus dipenuhi.Artinya, mengekspor dan mengimporminyak mentah.Ekspor dimaksudkan untuk menjagaperan di OPEC. Sedangkan impor untukmemenuhi kebutuhan BBM dalam negeri,dan mengisi kilang-kilang Pertamina.Karena itu, Pertamina harus sekitar400.000 bph minyak mentah dan olahan,tentu dengan harga internasional. Faktorinilah yang mendikte Indonesia menaikkan harga BBM setiap terjadi gejolak hargaminyak dunia.Juga soal kemampuan kilang Pertamina,butuh waktu. Empat tahun ke depan, tujuhkilang Pertamina akan ditambah kapasitasproduksinya agar mampu memenuhikebutuhan BBM dalam negeri. Tidak lagidibeli dari Singapura. Tujuh kilang tersebut; Pangkalan Brandan (5.000 bph),Dumai (170.0 00 bph), Cilacap (348.000bph), Plaju (133.000 bph), Balongan(125.000 bph), Balikpapan (260. 000bph), dan Papua (10.000 bph). DirekturUtama Ari Hernanto Soemarno mengatakan kemampuan seluruh kilang Pertaminasaat ini antara 250.000 bph sampai 400.000 bph.Pengembangan BBA juga butuh waktu.Kelompok Bakrie Brothers sudah bertekadmelakukan investasi besar-besaran disektor kelapa sawit, dikembangkan sebagai BBA pengganti solar. LagipulaKantor Meristek tahun ini memulai program penguatan dan pengembangan BBA.Yang menarik pemberian keringananpajak bagi industri pengembang BBA, danKantor Menristek memberikan dukunganteknologi dan infrastruktur BBA cairnabati; minyak sawit, buah jarak, singkong, tebu dan batubara cair.“Pengembangan dan kebutuhan mendesak, energi alternatif tidak bisa ditawarlagi,” kata Menristek Kadiman Kusmayanto.Namun mata rantainya panjang juga.Sebut saja; pembibitan, penanaman,panen, memprosesnya jadi bahan bakudan proses produksi BBA dalam jumlahbesar. Yang terpenting industri dan bisnisBBA mendapat kemudahan dan aksespasar di Pertamina. ■ SH Melihat rekor semua pemerintah yangsilih berganti, tiada tahun tanpa kenaikanharga BBM. Kalau terjadi juga, ini sebuahmalapetaka. Mudah-mudahan janji JKterbukti sampai akhir tahun ini.Sebenarnya pemerintah sangat pahambagaimana menjinakkan geliat si emashitam. Predatornya adalah penghematan,peningkatan produksi BBM dan pengembangan bahan bakar alternatif (BBA).Boleh jadi, naik atau tidaknya harga BBMtahun ini, bisa ditelusuri dari jejak ketigapredator tersebut.Soal konsumsi BBM, Dirjen AnggaranDepkeu Achmad Rochjadi melihat tandatanda yang menurun. Berarti seruanPresiden Susilo Bambang Yudhoyonountuk menghemat BBM, didengar olehpara konsumen BBM.Tetapi bagaimana soal produksi BBM—mentah dan olahan? Agaknya masih jauh,menunggu datangnya 2010. Sebab mulaitahun itulah, Indonesia kembali berperansebagi eksportir minyak mentah. Tetapiproduksinya masih berkutat pada 1,55 jutabph.Produksi minyak mentah tahun inidiharapkan mencapai 1,125 juta bph.Sedangkan konsumsi masih bertenggerpada angka 1,5 juta bph. Padahal IndoneBERITA TERDEPAN12 BERITAINDONESIA, 18 Mei 2006
                                
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16