Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 13
P. 16
16 BERITAINDONESIA, 18 Mei 2006BERITA UTAMABukan itu saja, meskipun tidak adainstruksi resmi dari Depdiknas –namunada kesan ‘dipaksa’ diterapkan— sebagianbesar sekolah di tanah air berupayamenerapkan KBK, bahkan termasuksekolah-sekolah ‘kelas bawah’ ikut-ikutandemi tak mau disebut ketinggalan jamanatau karena alasan gengsi, mungkin.Hampir setiap manajemen sekolah dantenaga pendidiknya menyesuaikan sistembelajar-mengajarnya pada KBK meski diawal-awal sempat menimbulkan kegamangan dalam menjabarkannya.Apa alasan pemerintah tidak jadi memberlakukan Kurikulum 2004, malah akanmemberlakukan Kurikulum 2006? Rencana pemerintah menganti Kurikulum19994 dengan Kurikulum 2006 —bukandengan Kurikulum 2004— tidak bisadilepaskan dari keberadaan Badan StandarNasional Pendidikan (BSNP).Lembaga independen yang dibentukApril 2005 sebagai amanah dari UUSistem Pendidikan Nasional itu menilai,KBK lebih sarat dengan isi tanpa standarkompetensi yang jelas, karenanya perludirevisi.Menurut Ketua BSNP, Prof. BambangSoehendro, kepada Berita Indonesia, pada2006 memang direncanakan ada pergantian kurikulum tetapi penggantinyabukan KBK yang disusun 2004 itu.“Kurikulum yang baru nanti adalahhasil kreasi dari guru-guru di sekolahberdasarkan standar isi dan standarkompetensi yang akan dikukuhkan denganperaturan menteri dalam waktu dekat,”ujar mantan Dubes RI untuk UNESCO(1999-2004) itu.Kurikulum 2006 bersifat lebih memberdayakan guru untuk membuat konseppembelajaran yang membumi sesuaikebutuhan dan kondisi sekolah. Untuk itu,BSNP akan mengeluarkan panduan berupa kurikulum modelnya, dengan PusatKurikulum Balitbang Depdiknas dandirektorat terkait sebagai fasilitator danpendamping.Alasan lain mengapa pemerintah merevisi KBK 2004, adalah, berdasarkanevaluasi terhadap pengujicobaan disekolah-sekolah tertentu di sejumlahdaerah di tanah air, karena hasilnya tidakseperti diharapkan.Ada beberapa faktor penyebab ‘gagalnya’ KBK dalam versi pemerintah. Seperti, kurang memadainya ketersediaan sarana/fasilitaspenunjang pendidikan yang sesuai dengan tuntutan KBK di setiap sekolah (seperti ruang kelas,laboratorium, perpustakaan,bahan ajar, dan sarana komunikasi).Faktor terpenting lainnya,minimnya pemahaman guru tentang konsep KBK 2004, dansering kali guru malahan masihterbawa-bawa konsep pembelajaran pola lama.Anehnya, meskipun pemerintah dipastikan meluncurkanKurikulum 2006 kalangan Komisi X (bidang pendidikan) DPRRI –seperti disuarakan dua WakilKetuanya: Profesor DR. AnwarArifin (F-PG) dan Masduki Baidlowi (F-PKB)— melempar isyaratkeras bahwa tidak tertutup kemungkinan DPR menolak pergantian kurikulum tersebut.(Baca: DPR Berhak MenolakKurikulum 2006) ■ AF PRUDENTIAL.CO.ID