Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 15
P. 66


                                    Kita bersama-sama di siniuntuk menegaskankembali Indonesia tempatkita berdiri. Indonesiasebagai sebuah warisanyang berharga, tapi jugasebuah cita-cita. Indonesia yang bukanhanya amanat para pendahulu, tapi jugatitipan berjuta anak yang akan lahirkelak.Kita bersama-sama di sini, untukmenyadari kembali bahwa Indonesiaadalah satu prestasi sejarah namun jugaproyek yang tak mudah. Dalam banyakhal, tanah air ini belum rampung. Tapisebuah masyarakat sebuah negeri memang proses yang tak akan kunjungusai, seperti dikutip Bung Karno,bagi sebuah bangsa yang berjuang tak ada akhir perjalanan.Dalam perjalanan itu, kitapernah mengalami rasabangga tapi juga trauma,tersentuh semangat yangberkobar, tapi juga jiwayang terpuruk.Namun, baik atau buruk keadaan, kita bagiandari tanah air dan tanah airini bagian dari hidup kita:“Di sanalah kita berdiri,jadi pandu ibuku….”Di sanalah kita berdiri: diawal abad ke-21, di sebuah zamanyang mengharuskan kita tabah danjuga berendah hati. Abad yang lalu telahmengharuskan kita menyaksikan ide-idebesar yang diperjuangkan dengansungguh-sungguh, namun akhirnyagagal membangun sebuah masyarakatyang dicita-citakan. Abad yang penuhharapan, tapi juga korban. Abadsosialisme yang datang dengan agendayang luhur, tapi kemudian melangkahsurut. Abad kapitalisme yang membuatbeberapa negara tumbuh cepat, tapimemperburuk ketimpangan sosial danketidakadilan internasional. Abad Perang Dingin yang tak ada lagi. Tapi taklepas dari konflik dengan darah dan besi.Abad ketika arus informasi terbuka luas,tapi tak selalu membentuk sikap toleranterhadap yang berbeda.Dengan demikian memang sejarahtak berhenti, bahkan berjalan semakincepat. Teknologi, pengetahuan tentangmanusia dan lingkungannya kecenderungan budaya dan politik, berubahbegitu tangkas, hingga persoalan barutimbul sebelum jawaban buat persoalanlama ditemukan.Kini makin jelaslah, tak ada doktrinyang mudah dan mutlak untuk memecahkan problem manusia. Tak adaformula yang tunggal dan kekal bagi kinidan nanti.Yang ada, yang dibutuhkan, justrusebuah sikap yang menampik doktrinyang tunggal dan kekal. Kita harus selaluterbuka untuk langkah alternatif. Kitaselalu bersedia mencoba cara yangberbeda, dengan sumber-sumber kreatifyang beraneka.Sejarah mencatat, Indonesia selalumampu untuk demikian sebab Indonesia sendiri, 17 ribu pulau yang berjajardari barat sampai ke timur, adalahsumber kreatif yang tumbuh dalamkebinekaan.Para ibu dan bapak pendiri Republikdengan arif menyadari hal itu. Itulahsebabnya Pancasila digali, dilahirkan,dan disepakati di hari ini, 61 tahun yanglalu.Tidak, Pancasila bukanlah wahyudari langit. Ia lahir dari jerih payahdalam sejarah. Ia tumbuh dari benturan kepentingan, sumbang-menyumbang gagasan, saling mendengar dalam bersaing danberembuk. Dengan demikiania mengakui perbedaan manusia dan ketidaksempurnaannya. Ia tak menganggap diri doktrin yang mahabenar.Tapi justru itulah sebabnya kita menegakkannya. Sebab, kita telah belajar untuk tidak jadi manusia yang menganggap dirimahabenar.Maka Indonesia tak menganggap Pancasila sebagai agamasebagaimana Indonesia tidak pernah dan tidak hendak mendasarkandirinya pada satu agama apapun. Nilailuhur agama-agama mengilhami kita,namun justru karena itu kita mengakuiketerbatasan manusia. Dalam keterbatasan itu, tak ada manusia yang bisamemaksa, berhak memonopoli kebenaran, patut menguasai percakapan.Maka hari ini kita tegaskan kembaliIndonesia sebagai cita-cita bersama,cita-cita yang belum selesai. Maka hariini kita berseru, agar bangun jiwa Indonesia, bangun badannya, dalam berbedadan bersatu.Maklumat KeindonesiaanIKLAN LAYANAN MASYARAKAT INI DIPERSEMBAHKAN OLEH
                                
   60   61   62   63   64   65   66