Page 65 - Majalah Berita Indonesia Edisi 15
P. 65


                                    (BERITA BUDAYA)BERITAINDONESIA, 22 Juni 2006 65semakin padat. Lokasinya memang strategis, dekat tol Pasarebo dan terminalKampung Rambutan.Menurut penduduk, pemerintah DKIjarang mengucurkan bantuan sejakkawasan itu dijadikan cagar budaya.Sejak menjadi kawasan cagar budaya,harga tanah di Condet memang lebihmurah dibanding harga tanah di daerahsekitarnya. Selain itu, warga tak bebasmembangun atau menjual lahan pekarangannya.Masalah status cagar budaya itu sendirijuga tidak konsisten. Beberapa kaliaturannya diganti. Anehnya, menurutKepala Subdinas Pengkajian dan Pengembangan Dinas Kebudayaan danPermuseuman DKI Jakarta CandrianAttahiyyat, masyarakat sudah salahkaprah menafsirkan Condet sebagai cagarbudaya.Gubernur DKI menetapkan Condetsebagai Kampung Betawi pada 30 April1974. Setahun kemudian, Pemda menetapkan Condet sebagai daerah penghasil buah-buahan. Tahun 1985, Gubernur DKI Soeprapto menginstruksikanpenyusunan konsep pelaksanaandaerah Condet sebagai daerah buahbuahan. Setahun kemudian, berubahlagi. Gubernur DKI menetapkan Condetsebagai daerah status quo. Anehnya,instruksi ini dicabut lagi pada tahunyang sama.Saat ini, status cagar budaya telahdialihkan ke Setu Babakan, SrengsengSawah, Jakarta Selatan. Menurut Candrian, artinya Condet tidak lagi menyandangstatus cagar budaya. Pemanfaatan lahanCondet yang telah melebihi 20 persen kiniharus mengikuti peraturan tata kota yangada.Kawasan ini telah berubah menjadikawasan wisata dan dikunjungi wisatawan yang jumlahnya terus meningkat.Menurut catatan Dinas Pariwisata DKI,tahun 2005 jumlah wisatawan mencapai90.000 orang. Namun, jumlah wisatawanmancanegara hanya sekitar 250 orang pertahun.Setu Babakan sendiri ditetapkan sebagai cagar budaya dengan PeraturanDaerah No.6 Tahun 1999.Untuk mendanai cagar budaya ini,Pemprov DKI mengucurkan Rp 5 miliar.Dana itu dipikul bersama oleh DinasPariwisata dan Dinas Perumahan Rakyat.Tahap awal, pemerintah DKI memugar 67rumah adat Betawi.Kawasan Setu Babakan cukup luas.Luas semula hanya 64 hektar, tetapipemerintah DKI berencana menambahluas sampai 289 hektar. ■ RHMusim Salak Telah BerlaluKebun buah di Condet sudah berubah menjadi hutan beton.Fungsinya sebagai cagar budaya Betawi sudah tidak berlaku.Nama salak condet mulaijarang terdengar. Dulu, buahitu tak kalah pamor-nya darijenis salak yang berasal daridaerah lain, seperti salak baliatau salak pondoh.Nama salak condet berasal dari kawasan penghasilnya. Sebelum tahun1980-an, kawasan Condet, Jakarta Timur,sangat terkenal sebagai penghasil buahbuahan, diantaranya salak itu. Hampirsemua penduduk Condet hidup dari hasilkebun. Selain salak, buah unggulanmereka adalah duku dan rambutan.Sayangnya, seperti ditulis Koran Tempo, 9 April 2006, dalam rubrik Reportasenya, saat ini kebun buah di Condet sudahberubah menjadi hutan beton. Padahal,sebelumnya Pemprov DKI menetapkankawasan ini sebagai cagar budaya.Condet dipertahankan sebagai kawasanpenghasil buah-buahan khas Jakarta,terutama duku dan salak. Selain itu, dikawasan itu masih terdapat rumahrumah asli Betawi. Lahan untuk bangunan tidak boleh lebih dari 20 persen.Sisanya dijadikan kebun buah-buahan.Belakangan ini, persoalan yang statusCondet mencuat. Sejak ditetapkan sebagai cagar budaya Betawi, kawasan inidianggap tidak berkembang oleh penduduknya. Warga Condet meminta status cagar budaya dicabut.Saat ini, Condet memang tak lagirelevan sebagai cagar budaya. Jumlahtanah kosong menyusut. Kebun buahberganti menjadi bangunan-bangunanrumah sewaan, yang pemasukan tiapbulannya lumayan. Panen raya buahbuahan sudah berlalu di daerah ini.Belum lagi banyaknya pendatang yangtinggal di Condet, menjadikan daerah iniFOTO-FOTO WILSON EDWARDBERITA BUDAYA
                                
   59   60   61   62   63   64   65   66