Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 18
P. 66
66 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA BUDAYAIDF Ajang Festival Penata Tari MudaIndonesian Dance Festival (IDF VIII) tahun ini digelarlagi. Di sela-sela minat masyarakat terhadap berita-beritainfotainment dan gosip, perhelatan dua tahunan ini menyusup, meminta bagian perhatian. Dengan tema: Kebebasan, aturan dan tari, para seniman tari ingin mengkomunikasikan bagaimana kebebasan dan aturan diwujudkandalam tari kontemporer.Utama di Taman Ismail Marjuki(TIM) dan GKJ, Pertunjukan Pemula di TIM, Diskusi (Sharing Experiences, Dance Critique, Arts Management) dan Kelas Singkat TeknikTari di IKJ.Para penata tari yang tampil dalam pertunjukan utama itu sebanyak 12 orang dari 7 negara.Enam di antaranya dari Indonesia:Jacko Siompo, Fitri Setyaningsih,Deasilina Da Ary, Mugiyono, Benny Krisnawardi dan Sri Mulyani.Sedangkan Padmini Chettur (India), Yamada Un (Jepang), paul Rae& Spell (Singapura), Ananya Chatterjea (AS), Arco Rennz (Belgia) danM Dans (Taiwan).Dewan Artistik IDF yang terdiridari Dr Sal Murgiyanto, Boy G.Sakti dan Tang Fukuen (Singapura) menampilkan sejumlah taridari berbagai benua dan budayayang mempertunjukkan bagaimana dan mengapa wujud darikontemporer mereka yang khasmerupakan resonansi dari duniasosio-politik saat ini dan duniataKontemporer pun oleh para seniman tari didefinisikan berbedabeda dalam kehidupan sekarang. Adayang menyebutnya dengan istilahhibridisasi, penemuan kembali atauadaptasi. Namun ada pula yangmenandai dengan pelanggaran,apropriasi atau peniruan. Namun,apa pun definisi mereka, para seniman muda ini tetap kreatif mengemban etika mereka dalam merancang tarian yang disuguhkan.Mengikuti Kondisi PolitikAwalnya, IDF pertama kali digelartahun 1992 di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Itu karena rasa keprihatinan atas terhentinya FestivalPenata Tari Muda yang biasa diselenggarakan oleh Dewan KesenianJakarta. Kemudian selama tiga tahun berturut turut digelar setiaptahun. Namun sejak IDF IV/1996digelar dua tahunan, kecuali tahun1999, digelar setelah tiga tahun. Menurut Pekerja seni, Yusuf Susilo Hartono, karena situasi politik tanah airyang waktu itu tidak menentu. Terutama ketika turunnya Presiden Soeharto tahun 1998. Namun, setelahtahun 1999, IDF bisa rutin terselenggara dua tahunan.Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Nungki Kusumastuti S.Sn.,M.Sos mengatakan bahwa keseniandan tari dapat menjadi sarana ampuh untuk kembali memanusiakanmanusia yang alpa, serakah danmemperhatikan kepentingan duniawi semata. IDF VIII/2006 ini, selainberupaya memacu prestasi kreatifpara penari dan penata tari, jugameningkatkan apresiasi tari, penghargaan kepada keindahan, keberagaman, moralitas dan nilai-nilaikemanusiaan bagi generasi mudapenerus masa depan.“Kita semua pasti sepakat, masadepan Indonesia yang kuat harusdimulai dengan membentuk masyarakat dan pemimpin yang lebih peduli kepada nilai-nilai kemanusiaandaripada nilai kebendaan,” katanya.Lebih lanjut Direktur IDF 2006 inimengatakan, “Melalui IDF, kamiingin membantu terbentuknya masyarakat madani yang bertanggungjawab dan mampu menghargaimakna kehidupan, kreativitas, moralitas, nilai-nilai sosial, budaya dankemanusiaan.” ADeorang laki-laki meliukliuk, memutar pelan bagian tubuhnya, melompathalus lalu berlari mendekati seorang perempuanyang sedang rebahan di atas kursi.Lalu, dengan pelan laki-laki tersebutmembimbingnya bangun disambutoleh perempuan lain, yang kemudian serempak mereka meliuk-liuk.Sejenak, laki-laki tersebut kemudianmenghilang. Ini adalah bagian introsebuah tarian yang berjudul “Si TuaDi Kamar Belakang” garapan koreografer Beni dan Anggi.Tarian semacam itulah yang tampil dalam IDF VIII, yang berlangsungdari 4 hingga 22 Juli lalu. Denganmengusung tema: Generasi MasaDepan: Kebebasan; Aturan; Tari,para seniman muda tari tersebutmengkomunikasikan kebebasan danaturan dalam wujud seni tari kontemporer. Rangkaian kegiatan IDFVIII? 2006 ini terdiri dari: LokakaryaKoreografi di Surabaya, PertunjukanS