Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 54
P. 5


                                    BERITAINDONESIA, 31 Januari 2008 5V ISIBERITAJadilah Kita Pahlawaninggu, 27 Januari 2008, pukul13 lewat 10 menit, Bapak Pembangunan Nasional itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sebelum meninggal, mantan pemimpinOrde Baru itu mengalami kondisi terburuksejak dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina(RSPP), Jakarta Selatan, 4 Januari 2008.Kematiannya disebabkan oleh kegagalanmultifungsi pada jantung, paru-paru, ginjalhingga usus atau pencernaan. Segala upayasudah diberikan oleh Tim Dokter Kepresidenan, namun Tuhan jualah yang menentukan.Isak tangis pun merebak di Jalan CendanaNomor 8, yang selama ini dikenal sebagaitempat tinggal mantan Presiden Pak Harto. Suasana duka jugamenghampiri rakyat Indonesia hingga ke pelosok-pelosok.Semua mata dan telinga siaga menyaksikan lewat televisi ataumendengarkan lewat radio prosesi pemakaman Pak Harto diAstana Giribangun, Karanganyar, Solo, Senin, 28 Januari 2008.Sebagai bentuk penghormatan bangsa Indonesia kepada PakHarto, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberlakukanhari berkabung nasional selama tujuh hari yang ditandaidengan pengibaran bendera setengah tiang.Namun di tengah suasana duka ini, perdebatan tentang kasushukum yang masih belum tuntas terkait dengan Pak Hartomasih saja hangat diulas. Sebab saat ini pemerintah melaluiJaksa Agung sedang menggugat perdata Pak Harto. Tidakhanya itu saja, unjuk rasa yang menyuarakan agar Pak Hartodiadili masih terjadi. Salah satunya unjuk rasa sekitar 70 orang yang menamakan dirinya Kesatuan Rakyat Adili Soeharto(Keras) di Tugu Proklamasi, Jakarta (28/1). Unjuk rasa ini menjadi potret bahwa masih banyak kalanganyang menyimpan dendam kesumat dan tidak puas kalau PakHarto belum diadili. Mereka menilai, Pak Harto bertanggungjawab terhadap berbagai pelanggaran hak asasi manusia. PakHarto juga diduga memperkaya diri sendiri, keluarga sertakaum kerabatnya. Berbagai wacana dan tuduhan terusberkembang tiada habisnya, termasuk wacana memaafkankesalahan Pak Harto. Namun hingga saat ini belum adapernyataan resmi yang menyatakan Pak Harto bersalah. Untukapa dimaafkan kalau belum ada pernyataan bersalah? Itulahpertanyaan yang muncul menurut logika.Meski Pak Harto sudah menyatakan akan bekerjasamadengan pemerintah termasuk memberikan surat kuasa perihalpenelusuran harta kekayaannya di luar negeri, Pemerintahanpasca HM Soeharto tidak bisa menunjukkan sikap yang tegaskarena tidak mendapat bukti yang cukup kuat. Selain itu, proseshukum tersendat-sendat karena terlalu banyak elite politik,birokrat, bahkan kaum intelektual yang berutang budi kepadaPak Harto dan sempat bergelung nikmat di balik ketiakkekuasaannya. Bahkan ada pula beberapa tokoh yang tadinyamencaci-maki Pak Harto tetapi ternyata dia juga ikutmelakukan praktek KKN.Pernyataan beberapa tokoh yang pernah menjadi presidendi negeri ini termasuk pernyataan para elite partai malahmembuat bingung kita semua. Mereka semua menyatakansudah memaafkan Pak Harto kala melihat kondisi Pak Hartoyang sakit dengan nafas kepayahan. Namun, ketika merekamemimpin, tidak pernah keluar pernyataan resmi. Yang adacuma sikap diam, kasus diendapkan, balik menghujat danbanyak dalih lainnya.Ada baiknya kita belajar dan melihat sejarahbangsa lain yang bisa mengusir rasa dendam kesumat seperti Afrika Selatan dan Korea Selatan.Dendam yang dipelihara ibarat kanker ganasyang menggerogoti tubuh dan jiwa. Jalan satusatunya adalah memaafkan dan melupakan. DiAfrika Selatan, sistem politik apartheid pernahdianggap sebagai sistem terburuk di duniakarena sarat dengan pelanggaraan hak-hak asasimanusia. Apartheid diterapkan secara kejiselama puluhan tahun oleh pemerintahan darigolongan kulit putih, untuk menindas masyarakat golongan kulit hitam. Termasuk didalamnya memenjarakan tokoh pergerakankulit hitam, Nelson Mandela. Hebatnya, ketikaapartheid dihapus dan Mandela naik menjadi pemimpin,dendam sama sekali tak bersisa sebab Mandela memaafkandan melupakan dosa-dosa yang dilakukan rejim penguasa saatitu.Tidak ada salahnya pula kalau kita meluangkan waktusejenak menonton acara presenter kesohor televisi Amerika,Oprah Winfrey. Oprah mengajak pemirsa untuk menyadaribahwa memaafkan itu menyembuhkan dua belah pihak, yangmelukai dan yang terluka. Oprah memotret kisah hidup seorangibu yang koma berhari-hari karena kepalanya diterjang olehpeluru. Sang pelaku akhirnya dipenjara, namun sang ibu itutidak menyimpan dendam. Padahal, akibat penembakan itu,si ibu harus berjuang keras untuk berbicara dan belajarmenyesuaikan diri dengan berbagai keterbatasan yang timbul.Melihat kondisi ibunya yang ‘cacat’ itu, putranya menaruhdendam.Lalu sang ibu akhirnya menemui penembaknya di penjara,dan membuka lembaran baru pulihnya luka batin yangdialaminya. “Kamu mungkin tidak akan memahaminya, tetapisaya sudah memaafkanmu,” kata sang ibu kepada pemuda yangmenembaknya. Si pemuda cuma menunduk dan menangis. Semenjak itu, sang ibu bebas dari belenggu dendam yang sempatmenderanya. Sedangkan putranya, dalam pengakuannya,membutuhkan waktu tiga tahun lebih agar bisa memaafkanpenembak itu. “Ibu saya selalu mengatakan, ‘Dendam itu seperti racun yang kamu minum terus menerus. Nasihat ibu inibenar adanya. Saya memutuskan memaafkan penembak itu danmelihat masa depan.” Ketulusan Sang Ibu memaafkan penembaknya memperoleh apresiasi mendalam dari sang presenter,yang dengan spontan menyebut, “Kaulah Pahlawan Kami.”Dalam konteks Indonesia selama sepuluh tahun terakhir,sebagian dari kita masih tetap menaruh dendam terhadap PakHarto. Dendam yang bagai racun merusak tubuh sebuah bangsadan negara. Kita menjadi lupa membangun karena disibukkandengan perdebatan dan wacana. Kini saatnya kita semua berjiwabesar untuk jadi pahlawan yang menghancurkan racun dendam.Kini Sang Jenderal Besar telah pergi, langkah terbaik yangbisa diambil pemerintah adalah mengakhiri proses hukum atasPak Harto. Agar perdebatan dan wacana soal proses hukumyang terkait dengan Pak Harto bisa tuntas dan tutup buku.Untuk urusan maaf memaafkan kita kembalikan kepadamereka yang merasa menjadi korban kala Pak Harto berkuasa.Biar bagaimanapun, the smiling general tetap merupakanbagian dari sejarah bangsa Indonesia, komplit dengan warnahitam putihnya. Sebagai bangsa besar dan beradab, baiklah kitamenghargai jasa-jasanya. „Milustrasi: dendy
                                
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10