Page 8 - Majalah Berita Indonesia Edisi 60
P. 8


                                    8 BERITAINDONESIA, 26 September 2008BERITA TERDEPANKala DagingDipermakungguh ironis. Di bulan Ramadhan yang penuh ampunan ini,masih banyak orang yang melakukan penipuan dan jelas-jelasjauh dari keimanan dan hati nurani.Tengok saja beberapa kasus seperti penjualan daging sapi gelondongan dan ayamsuntik yang terus berulang setiap bulanpuasa, terutama menjelang Idul Fitri. Ditambah lagi, satu kasus baru yaitu penjualan makanan olahan yang berasal darisampah restoran.Permintaan pasar yang melimpah, pedagang yang ingin untung besar, konsumen yang kurang kritis, merupakan celahdari kasus-kasus penipuan itu. MemasukiRamadhan dan menjelang Lebaran terjadipeningkatan kebutuhan daging ayam dandaging sapi mencapai dua kali lipatnya.Pada hari biasa rata-rata kebutuhan daging ayam nasional mencapai 3-5 juta ekorper hari. Harganya pun bisa naik berkalikali lipat.Melihat peluang itu, pedagang nakal memilih menjual daging ayam suntik demimendapat keuntungan yang besar. Dikatakan ayam suntik karena ayam lebih duludisuntik dengan air sehingga tubuhnya terlihat lebih montok dan berisi. Cara ini dianggap bisa menarik pembeli. Pedagangdaging sapi pun tak ketinggalan licik.Mereka menjual daging gelonggongan,yakni daging dari sapi yang diberikan minum air sebanyak-banyaknya sebelum disembelih. Tujuannya sama, meningkatkanbobot sapi untuk mendapat untung berlebih. Kasus daging gelonggongan ini marak di beberapa daerah di Tanah Air sepertiBoyolali, Klaten dan Solo Jawa Tengah.Praktik tidak manusiawi ini bukantanpa risiko. Daging ayam suntik dan daging sapi gelonggongan berkadar air tinggiini, berisiko mudah tercemar mikroba.Kandungan protein pada daging jelas jauhberkurang. Sebagai konsumen, harusnyakita lebih kritis dalam memilih. Tidaklahsulit membedakan daging segar dengandaging gelonggong atau daging suntikan.Daging sapi gelonggongan umumnyaberwarna merah muda atau pucat. Tekstur daging cenderung lembek dan berairdan terasa basah jika diraba. Penjualdaging sapi gelonggongan tidak beranimenggantung dagingnya. Karena, jikadigantung, kandungan air yang berada didalam daging tersebut pasti akan menetes.Daging gelonggongan pada umumnyadijual lebih murah dari daging sapi biasa,seperti di Boyolali harga daging sapi normal mencapai 56 ribu rupiah/kg sedangkan daging gelonggongan hanya 47 riburupiah/kg.Sedangkan ayam suntik, tampak lebihmengkilap dan terdapat tonjolan berisi airdan angin pada bagian tertentu padadaging ayam. Begitu pula dengan bekassuntikan pada permukaan daging. Dalamsatu potong daging ayam sedikitnyaterdapat empat sampai lima tonjolan danbekas jarum suntikan. Kasus ayam suntikmencuat setelah Dinas Peternakan KotaDepok menemukan ratusan potong daging ayam suntik di Pasar Kemiri, KotaDepok, Jawa Barat. Hal serupa jugaditemukan di beberapa kota di JawaTengah.Selain dua kasus tersebut di atas,muncul kasus baru awal September laluberupa peredaran makanan olahan sisadaging yang telah menjadi sampah. Polisiakhirnya menangkap Darno (40) saatsedang mengolah daging yang sudahberbau busuk, lembek, dan agak berlendir.Warga Jl Peternakan I RT 04/07 Kelurahan Kapuk Jagal, Cengkareng, JakartaBarat ini sebelumnya sudah diberi peringatan tapi tetap membandel.Sampah daging didapat dari berbagairestoran dan hotel. Sisa daging dikumpulkan pemulung dan dijual ke pengumpul. Oleh pengumpul dijual ke pengolahseharga Rp 75 ribu hingga Rp 125 ribu perkantong plastik.Pengolah kemudian mencuci sisa daging, bakso dan sosis dengan formalin. Selanjutnya, makanan sampah tersebut akandirendam dengan formalin kemudiandiberikan pewarna tekstil lalu digoreng.Dan siap dikemas dan diedarkan ke pasarpasar tradisional untuk dijual ke konsumen. Makanan daur ulang ini banyakdiminati masyarakat karena harganyamurah. Harganya berkisar Rp 3.000hingga Rp 8.000 per kantong plastik.Ironisnya, daging sampah ini ternyatasudah merambah ke hampir seluruh pasarbesar di wilayah Kecamatan Cengkarengdan berlangsung selama lima tahun.Sudin Peternakan dan Perikanan Jakbar juga menemukan paling tidak tigatempat produksi daging sisa sampah itudan dua tempat penampungan sampahsebagai sumber bahan baku.Semuanyaditemukan di RT 07/04 Kelurahan Kapuk,tidak jauh dari tempat Darno.Maraknya kasus-kasus ini menunjukkan masalah harga menjadi tolok ukurutama masyarakat kita membeli makanan. Faktor kehalalan, kesehatan, higienis,adalah nomor kesekian. Pedagang danpengolah makanan sampah telah meredam suara hati nuraninya semata-matademi uang. Ironis, bukan saja karena kemiskinan bangsa ini tapi juga karenatindakan penipuan ini terjadi di bulan penuh khidmat dan menjelang hari Kemenangan. „ LORTiga kasus satu tujuan. Menipu demi keruk keuntungan.Skarikatur: dendy
                                
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12