Page 12 - Majalah Berita Indonesia Edisi 60
P. 12
12 BERITAINDONESIA, 26 September 2008BERITA UTAMAMudik MenapakPembangunan jalan utama (Jalan Raya Pos) sepanjang 1.100 kilometer yangdigagas H.W. Daendels, tahun 1808, memanjang dari Anyer-Tangerang-JakartaBogor-Bandung-Cirebon-Tegal-Pekalongan-Kendal-Semarang-Pati-Tuban-GresikSurabaya-Pasuruan-Probolinggo-Besuki-Panarukan. Kini, jutaan pemudik lebaranmenelusuri jalan itu ke arah timur dan barat dengan kendaraan umum, mobilpribadi, bahkan sepeda motor.ahun 1808, Anyer bersolek.Kota di ujung utara Kesultanan Banten itu kedatangan seorang pembesar kolonialInggris. Sirene kapal Virginia melengkingsebelum merapat ke dermaga Anyer, 1Januari 1808. Seorang penumpang terhormat, Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Timur, turunmenginjakkan kaki pertama kalinya ditanah Banten, Pulau Jawa.Kehadiran Daendels di tanah Jawamencatat sejarah kolonial yang palingspektakuler. Dia merancang pembangunan proyek jalan sepanjang 1.100 kilometer dari Anyer sampai Panarukan,Situbondo, Jawa Timur. Proyek raksasaitu menelan biaya seminim mungkinkarena dikerjakan oleh puluhan, bahkanratusan ribu pekerja paksa. Mereka harusmembawa bekal sendiri untuk pekerjaanselama berbulan-bulan. Sebuah pengorbanan yang amat besar, bahkan sebagianmengorbankan nyawa. Penguasa Belandamemberi nama jalan itu, De Grote Posweg, atau Jalan Raya Pos.Jalan raya Anyer-Panarukan menciptakan kota-kota baru dan mengubahwajah kota-kota yang dilewatinya. Selainkota-kota yang sudah ada - Anyer-Tangerang-Jakarta-Bogor-Bandung-CirebonTegal-Pekalongan-Kendal-SemarangPati-Tuban-Gresik-Surabaya-PasuruanProbolinggo-Besuki-Panarukan - munculkota-kota baru, seperti Pacet, Plered,Weleri, Sidoarjo, Gempol, Bangil danKraksaan (Werner Rutz, Cities and Townsin Indonesia, 1987). Kota-kota baru itusemula hanya pasar-pasar kecil yangtumbuh mengikuti Jalan Raya Pos. TetapiPanarukan di ujung timur jalan itu seakantenggelam, hanya jadi kota kecamatan,kabupaten Situbondo, Jatim. PadahalDaendels menggagasnya sebagai kotapelabuhan yang diperhitungkan. Di eraabad ke 18, Panarukan yang dihuni lebihkurang 4.000 jiwa, menjadi pelabuhanekspor penting di wilayah timur Jawa.Thomas Stamford Raffles, penguasaInggris yang menggantikan Daendels, meninggalkan catatan khusus tentang arusurban yang membanjiri tiga kota utamadi Jawa - Jakarta, Bandung dan Surabaya.Pada tahun 1815, Bandung dan Surabayaberpenduduk hanya masing-masing20.000 orang. Tetapi dalam kurun waktu200 tahun, penduduk Bandung danSurabaya bertambah menjadi 2 juta-anjiwa lebih, atau meningkat 100 kali lipat.Kota Jakarta yang kebanjiran urban dariJawa dan seluruh penjuru Tanah Air,tumbuh 180 kali lipat selama 2 abad.Sejarah mencatat bahwa jalur Daendelsmengubah komposisi penduduk Jawa.Jika 200 tahun lalu, daerah-daerah dijalur ini dihuni hanya 1,9 juta jiwa atau43% dari jumlah penduduk saat itu.Sekarang, jalur pantai utara (Pantura)Jawa dihuni 66,2 juta orang atau hampirseparuh dari penduduk Pulau Jawa.Penduduk tumbuh sebesar 60 kali lipatlebih selama 200 tahun.Kekuasaan kolonial usai Perang DuniaI, kembali berpindah ke tangan Belanda.Jalan yang dibangun Inggris itu berubahfungsi menjadi pipa pengangkutan kekayaan tanah Jawa ke Batavia untuk dikirimke pasar dunia. Puncaknya terjadi dibawah penguasa Hindia Belanda (1830),Van Den Bosch yang menjalankan kebijakan tanam paksa (cultuur stelsel) terhadap para petani Jawa.Tanah Jawa menjadi pusat perkebunanbesar di mana para petani menjadi kuliBelanda di atas tanah mereka yang dirampas para tuan tanah. Sedangkan perangkat desa menjadi mandor dan pemungutTHerman Willem Daendels Johannes van den Bosch Thomas Stamford Raffles Douwes Dekkerfoto-foto:flickr