Page 13 - Majalah Berita Indonesia Edisi 60
P. 13
BERITAINDONESIA, 26 September 2008 13BERITA UTAMAk Jejak Daendelspajak. Asisten Residen Belanda di Banten,Douwes Dekker, menulis tentang penderitaan rakyat yang tertindas. Dalambukunya yang terkenal Max Havelaar,Multatuli (nama samaran Douwes Dekker), tahun 1860, menuturkan kisah nyatatentang derita rakyat yang diisap penguasa penjajah, di dalam fragmen Saidah-Adinda.Namun lebih dari 100 tahun kemudian(tahun 1970-an), fragmen Saidah danAdinda terulang pada para petani Bantenyang kehilangan tanah-tanah mereka,karena dipaksa oleh para jawara dantentara untuk dijual murah kepada paraindustrialis dan konglomerat. Para jawarasampai saat ini masih berperan sebagaiperantara bagi kontrak kerja antara buruhdan majikan. Untuk jasanya, jawaramemperoleh Rp 3 juta dari setiap buruhuntuk kontrak kerja selama setahun.Menelusuri Jalur DaendelsMemeringati 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional, dan menjelang 200 tahunJalan Raya Pos, Assosiasi Sepeda Sport AlZaytun (ASSA) menelusuri jalan Daendelsini pergi-pulang sepanjang 2000 km,selama 16 hari, dari tanggal 26 Mei sampai10 Juni 2008.Perjalanan ini juga diliput langsung duaorang Wartawan Berita Indonesia. Sementara itu, Kompas juga menugaskansejumlah wartawannya untuk menelusurijalur Daendels menjelang peringatan 200tahun Jalan Raya Pos. Mereka menyaksikan, di balik keelokan tanah Priangan, melewati Puncak Pass, tersimpan kisah getirpara petani yang jadi kuli di tanahnyasendiri. Tuan tanah baru, para pemilikuang dari Jakarta dan Bandung, memborong tanah-tanah mereka.Tiba di Cadas Pangeran, makam massalribuan pekerja rodi, petualangan memasuki pantai utara (Pantura) lewat pintugerbang Cirebon. Pada akhir abad ke 18,para petani tebu di Cirebon Timur wajibmenyetor hasil produksi mereka kepadaMengingat karya besarnya, HW Daendels diabadikan di sebuah monumen di sisi Jalan Daendels