Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 65
P. 66
66 BERITAINDONESIA, Maret 2009BERITA BUKURisalah TakdirKetika sebuah peristiwa tak lagi cukup….etika peristiwa September Hitamterjadi tujuh tahun silam, takpelak dunia mengalami perubahan cara pandang. Sesuatuyang di luar takaran logika dunia telahterjadi. Mengingat peristiwa besar ituterjadi di negara adikuasa macam Amerika. Akhirnya dunia menerima kejadianruntuhnya WTC itu sebagai kejadian yangrasional. Lalu Nassim Nicholas Taleb,seorang pialang merumuskannya sebagaisalah satu pendukung teori Black Swan -hasil amatannya selama bertahun-tahun.Buku setebal 479 halaman ini sepertiingin memaparkan bahwa setiap peristiwa, prahara, tragedi, insiden, atau trenyang terjadi di dunia bukanlah sematamata “takdir”. Taleb sebagai penulisbukunya seperti ingin melempar carapandangan lain bahwa peristiwa yang“sudah” terjadi bukanlah sesederhanasaat kita merasionalisasikannya di kemudian hari.Salah satu contoh lain yang sempatdijadikan pendukung teorinya itu adalahsaat melesunya bursa saham dunia padatahun 2007. Taleb sempat menciumgelagat melemahnya keuangan dunia danmemprediksi awal kejatuhan finansialglobal. (Buku aslinya ini terbit pertamakali awal tahun 2007). Lalu bagaimanakita dapat menyangkal bahwa keruntuhanfinansial dunia itu terjadi bahkan sampaikwartal pertama tahun ini?Seperti tragedi runtuhnya WTC yangtadi sempat disinggung, terdapat jugasejumlah “peristiwa” lain yang menjadiacuan bagi Taleb untuk melancarkanteorinya. Misalnya Perang Dunia I, pesonaGoogle di jalur maya, terjangan bencanatsunami, efek Microsoft yang telah membuat Bill Gates yang menjadi orangterkaya di dunia, tenggelamnya kapal Titanic, fenomena novel Harry Potter. Intidari Black Swan adalah apakah yangterjadi di balik peristiwa-peristiwa besaryang merubah cara pandang dunia itu?***Sebagai seorang Lebanon, Taleb kecilhidup berkarib dengan berbagai pergolakan di tanah kelahirannya. Mulai dariperistiwa kesehariannya di rumah, sampai perang saudara yang menurutnya absurd, dan terutama pergolakan antara Israel-Palestina yang tiada usai. Semua yangterjadi, menurutnya, selalu disertai sebabdan akibat yang tak sesederhana kejadiankasat mata. Menurutnya, sebuah “kejadian” tidak lagi cukup, karena peristiwasatu dan yang lainnya selalu terkait,seperti pola yangsekaligus acak danmembutuhkan daya paham.Sederhananya,Black Swan bisadisarikan sebagairelativitas dari kesimpulan metodeyang akurat. Tanpa mengesampingkan jalan Tuhan, dan semuakejadian diamatisecara eksak dalam tataran pragmatis.Taleb menyebutkalkulasi angkadapat diartikan sebagai gejala Black Swan yang mempunyai“kaidah” seperti tiga hal; peristiwa yangtidak bisa diramal, memberi dampak yangmasif dan ketika peristiwa itu telah terjadi,mendorong kita memberi penjelasanbahwa kejadian itu bukan sebuah kebetulan dan lebih bisa diramalkan daripadayang sesungguhnya. Sekilas, seperti adatitik singgung antara gejala Black Swandan teori relativitas milik Einstein.Hanya saja Black Swan menggarisbawahi peristiwa dalam konteks “tragedi”bisa diamati dan dapat dikalkulasikan.Black Swan mengajak pembacanya untukmelihat kembali segala peristiwa yangterjadi “di belakang” dan tetap memelihara keseimbangan imajinasi yangmungkin akan terjadi “ke depan”.Buku bergenre ekonomi-bisnis inisebenarnya mencampur kaidah filsafatdan perhitungan matematis hitung peluang. Namun Taleb mengemasnya dalamkemasan bahasa yang indah, bahkanseindah prosa liris yang penuh metafora.Kita diajak beranjangsana ke sejumlahperistiwa (fenomenal) dunia tanpa perlumerasa takut berjumpa penjelasan filsafati yang angkuh atau uraian teorimatematis yang pelik.Misalnya, pada penjelasan mengenaifenomena “Kurva Lonceng” yang terjabarpada bab 15 (halaman 310-341) dan Bab17 (hal 367-385). Taleb memberi saran,“Pembaca yang tidak menyukai matematika (atau pembaca yang intuitif)boleh melompati bab ini…” (hal. 310).Atau “Apabila Anda tidak mempercayaipenerapan ilmu lonceng untuk variabelvariabel sosial dan jika, seperti banyakprofesional, Anda sudah yakin bahwateori keuangan “modern” adalah ilmusampah yang berbahaya. Anda dapatdengan aman melewati bab ini.” (hal.367).Taleb yang pialang cum penulis esaisastra menyebabkan buku ini bisa melumatkan banyak hal-hal sulit (dan tentusangat sistematis). Penjelasannya seringmuter-muter dan tidak langsung melandas pada sasaran.Semisal contoh saat menjelaskan sisilain kehidupan Giacomo Casanova. Untukmemberikan bukti bahwa Casanova bukanlah manusia super-sempurna, iamenggambarkan fakta asli sang Casanovadengan cara bertele-tele. Tapi cara itumembuktikan sebuah “rasa” bahasamampu menyembulkan empati dari sisilain dari sang Casanova. (hal. 136-165).Buku ini menjadi magnet baru bagi parapialang dan pebisnis praktis. Ide yangTaleb paparkan begitu menjanjikan, danmemicu pembacaan sampai tuntas. Bagiyang ingin bermain-main dengan “takdir”,bukalah buku ini, karena tersedia tempatterindah untuk Anda. Percayalah, buku inijustru mengajak kita mengimani bahwamanusia sejatinya adalah segala sumberkelemahan. Manusia yang tak cukuppandai untuk menarik benang simpul“fenomena”, mana yang berkah dari“bencana”. GALLUSKJudul:The Black SwanPengarang:Nassim Nicholas TalebPenerjemah:Alex Tri KantjonoWidodoPenerbit:Gramedia PustakaUtama, Februari 2009Tebal:479 halaman.foto: ist