Page 8 - Majalah Berita Indonesia Edisi 67
P. 8
8 BERITAINDONESIA, 16 Mei - 15 Juni 2009BERITA TERDEPANkarikatur: dendyNelayan yang TerlupakanBeberapa keputusan besar tentang kelautan dan perubahan iklim dihasilkan, namunmelupakan nasib nelayan.ndonesia kembali mencatatkansejarah buat dunia. Untuk pertamakalinya, negara kepulauan ini menjadi penyelenggara konferensi kelautan dunia atau World Ocean Conference (WOC). Manado, Sulawesi Utaradipilih menjadi tempat konferensi yangberlangsung 11-15 Mei 2009.Kurang lebih 1.835 orang yang terdiridari 83 delegasi pejabat senior dari 72negara dan 11 organisasi internasionalyang bergerak di bidang lingkungan dankelautan mengikuti konferensi yangmenelan biaya sekitar Rp 380 miliar ini.WOC dimaksudkan untuk menegaskankembali pentingnya konservasi lautdan ekosistem laut untuk berkontribusi secara ekonomi dan sosial bagipenduduk pesisir. Konferensi diharapkan bisa mencapai komitmen politik untuk memerangi dampak perubahan iklim secara global, seperti kenaikan permukaan laut, melelehnyadaratan es kutub, perubahan polaiklim, dan dampak lainnya.Seperti direncanakan sejak awal,bersamaan dengan konferensi ini, ditempat yang sama berlangsung jugabeberapa acara lain yang masihberkaitan dengan kelautan. Pertama,pertemuan segitiga terumbu karang(Coral Triangle Initiative/CTI Summit), yakni pertemuan untuk mencanangkan konferensi dan preservasiterumbu karang di wilayah segitiga terumbu. Acara ini diikuti oleh enamnegara yakni, Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua New Guinea, SolomonIsland dan Timor Leste.Acara kedua, Ocean Science, Technology and Policy Simposium, yaitu simposium ilmuwan kelautan dan pemegangkompetensi bidang kelautan di seluruhdunia. Ketiga, pameran ilmu, teknologidan industri kelautan. Keempat, PekanPembangunan dan Budaya SulawesiUtara. Dan kelima, Bunaken as UNESCOWorld Natural Heritage Site, yakni sebuah acara sebagai sarana untuk mendorong agar taman laut Bunaken menjadiwarisan dunia dan pelestariannya menjaditanggung jawab dunia juga.Perhelatan ini mempunyai dua agendautama yakni menuntaskan perencanaanCTI dan penandatanganan Manado OceanDeclaration/MOD (deklarasi Manado).CTI berfokus pada bentang laut, perikanan, daerah perlindungan laut, perubahan iklim, dan mengurangi jenis biotalaut yang terancam punah dari daftarBadan Konservasi dan Sumber Daya AlamInternasional (IUCN).Salah satu keputusan WOC ini adalahsemua delegasi sepakat mengusulkan agarisu tentang kelautan dimasukkan dalampembicaraan pada Kongres PerubahanIklim yang akan digelar PBB di Copenhagen, Denmark, Desember 2009 nanti.Keputusan ini memang merupakan harapan Indonesia sebelumnya. Sepertidiungkapkan Menteri Perikanan danKeluatan Freddy Numberi selaku KetuaPanitia Pelaksana WOC, riset tentang lautsangat minim dibicarakan di tingkatIinternasional padahal laut mempunyaiperan penting dalam stabilisasi iklim.Sementara, dunia lebih banyak membicarakan peran hutan dalam penyelamatan lingkungan.Selain memperjuangkan persoalankelautan sebagai isu global, sidang SeniorWOC juga memperjuangkan agar kawasan lautan menjadi carbon sink (penyerap karbon). Indonesia misalnya,sesuai data dari Departemen Kelautan danPerikanan (DKP, 2007), luas Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia mencapai2.914.878 km2. Pada kawasan ini bisamenyerap karbon 59,2 juta ton/tahun.Luas terumbu karang 61.000 km2 dandapat menyerap karbon 65,7 juta ton/tahun. Hutan bakau mencapai 93.000km2, potensi penyerapan karbon 67,7 jutaton/tahun. Padang lamun 30.000 km2,potensi penyerapan karbon 50,3 juta ton/tahun. Dan, fitoplankton 5.8 juta km2,bisa menyerap karbon 36,1 juta ton/tahun.Tentang peran nelayan dan masyarakatpesisir dalam kelestarian laut ini, IrSarwono Kusumaatmadja menyatakan,selain membahas perkembangan ilmupengetahuan, teknologi dan industrikelautan, konferensi ini juga memiliki artipenting bagi pemberdayaan masyarakatpesisir dan pulau-pulau kecil. Lestarinyalingkungan laut, pulau-pulau kecil dansekitarnya menurutnya harus menyertakan masyarakat di sekitarnya.Berkaitan dengan itu, sekitar 400nelayan tradisional dari Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Kamboja menggelar Forum Internasional Kelautandan Keadilan Perikanan (FIKKP) dikota yang sama, Manado. Merekamerasa tak diakomodasi dalam WOCsehingga menggelar unjuk rasa. Aksiitu juga diikuti oleh berbagai aktivisseperti Walhi, Jaringan AdvoksiTambang (Jatam), dan lain-lain.Mereka meminta forum WOC 2009dan Coral Triangle Initiative (CTI)Summit atau Pemrakarsa Segitiga Terumbu Karang menghasilkan keputusan dihentikannya praktik pencemaran laut yang cukup fatal.Namun, mungkin diduga hendakmelakukan forum tandingan, FIKKPyang rencananya berlangsung Seninsore (11/5) itu, terpaksa dibatalkankarena nelayan dan sebagian aktivisitu dibubarkan petugas.Menanggapi penangkapan danpembubaran ini, pihak FIKKP mengatakan bahwa mereka sebenarnya sudahmengusulkan ke panitia WOC untukmengikutsertakan nelayan tradisional,tapi ditolak. Mereka mengaku bukantandingan WOC.Lebih lanjut, panitia FIKKP menuntut,perhatian serius dari pemerintah masingmasing negara yang ikut dalam WOC agarmemberikan fasilitas perlindungan padanelayan tradisional. Misalnya, menyediakan sarana warning system untuk mengantisipasi cuaca buruk.Kini, perhelatan besar itu telah berakhir, deklarasi pun telah dikumandangkan. Beberapa hal penting disepakati, namun hal yang tak kalah pentinglainnya masih terlupakan. Dari susunankeputusan yang dihasilkan, tidak tersiratsecara jelas suatu keputusan untuk melindungi hak-hak nelayan. MJ