Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 69
P. 5
BERITAINDONESIA, Agustus 2009 5V ISIBERITAkarikatur: dendyTeroris itu Pengecutua ledakan di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton,kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat17 Juli 2009 pagi, pukul 07.45 WIB, menelankorban sembilan orang tewas dan 52 lainnya lukaluka. Ledakan bom bunuh diri itu terjadi hanya sepuluh harisetelah Pemilu Presiden (Pilpres), Rabu 8 Juli 2009,berlangsung damai.Pelaku bom bunuh diri itu pastilah para teroris, si pengecutdan pecundang. Disebut pengecut dan pecundang, karenatindakan para dalang dan pelaku bom bunuh diri itumenunjukkan ketidakmampuan mengatasi masalah secaradamai, bahkan mereka itu tidakmampu berdamai dengan dirisendiri.Apalagi jika mereka mengatasnamakan ajaran agamauntuk tindakan biadab tanpadamai itu. Sebab tidak adaajaran agama apapun yangmemberikan pembenaran atastindakan bom bunuh diri, atautindakan kekerasan dalam bentuk apa pun. Bom bunuh diritidak ada dalam agama apapundan ajaran kemanusiaan manapun.Peradaban, kedamaian danketentraman dirobek terorisdengan ledakan bom secarabiadab dan tidak punya perikemanusiaan. Menewaskan danmelukai jiwa-jiwa yang tidakbersalah. Tindakan teror itutampaknya sudah direncanakansecara biadab, baik dari segimomentum, tempat dan sasaran serta intensitas dan cakupan efeknya.Tampaknya, teroris sengaja memanfaatkan momentumproses Pilpres untuk mengacaukan dan memecah-belah paraelit bangsa ini dan para simpatisannya. Dan sayangnya,sempat pula pemimpin negeri ini terkena efek. Walaupun,syukur, efek itu tidak berlangsung berketerusan.Tudingan dan silang pendapat yang terjadi tentang ledakanbom ini, kiranya menjadi pelajaran berharga bagi para elitnegeri ini. Untuk menunjukkan sikap kenegarawanan,menyatukan visi dan daya, secara bersama melawankebiadaban teroris itu. Jika tidak, sesungguhnya kita akanmenjadi lebih pengecut dan pecundang dibandingkan parapelaku bom bunuh diri itu.Padahal, di tengah pergumulan hidup global dewasa ini,kita harus memiliki jiwa pemenang, yang selalu mampumenemukan jawaban dari setiap masalah. Bukan malahmelihat masalah dari setiap jawaban, itu pecundang!Para elit (politik, pengusaha, ulama, daan sebagainya)haruslah menjadi teladan dan pembawa obor perdamaian.Sehingga berbagai lapisan masyarakat juga terdorong untukmenyalakan semangat perdamaian di lingkungan masingmasing. Tidak lagi permisif dalam menyikapi aksi-aksiterorisme yang terjadi di Tanah Air, termasuk juga bersikappermisif terhadap para aktoratau kelompok yang didugamenjadi pendukung para pelakuteror.Sehingga jaringan penganutajaran fundamentalis dan gerakan radikal tidak bisa lagi tumbuh di negeri ini. Para pelakuteror tidak bisa lagi dengan mudah mendapatkan perlindungan. Tidak ada lagi ruang bagipentolan teroris semacam Noordin M Top dan lainnya yang saatini masih dapat menikah danpunya keturunan semasa pelarian.Kita ciptakan bersama negeriini sebagai negeri yang cinta damai dan penuh toleransi. Dengan demikian, kita cegah Indonesia dari anggapan sebagai fertile ground bagi gerakan-gerakan radikal dan tempat empukdan nyaman bagi kaum teroris.Cegah jangan ada lagi ideologiatau ajaran yang memandangkaum teroris justru sebagai‘pejuang Tuhan’ yang terpanggil untuk bertindak atas namaTuhan dan agama, menjadi ‘tangan Tuhan’ di muka bumiuntuk merealisasikan ‘kemurkaan-Nya’ dalam bentukresistensi, pemboman.Jadikan setiap tempat dan lingkungan serta kegiatansebagai pusat budaya toleransi dan perdamaian. Dengandemikian, kita akan selalu tampil sebagai pemenang, bukanpecundang. Sebab, bagi para pemenang selalu ada jawaban(solusi) secara damai dan bermartabat. Pemenang yangmenjadi (membawa) rahmat bagi semesta alam. Mari menjadipemenang, dimulai dari diri sendiri. RedaksiD