Page 65 - Majalah Berita Indonesia Edisi 72
P. 65
BERITAINDONESIA, November 2009 65BERITA HIBURANSetumpuk Berkahdi Pulau DewataPengambilan gambar film “Eat Pray Love” melahirkanjulukan baru bagi Pulau Bali.esi pengambilan gambar filmyang dibintangi aktris cantik Hollywood Julia Roberts dalam film“Eat, Pray, Love (EPL)” telahmembawa berkah bagi dunia pariwisata Indonesia. Betapa tidak, suksesnya film ini dipasaran, akan mengundang perhatian masyarakat dunia untuk dapat menyaksikan keindahan Indonesia. Lewat Pulau Bali yang dikenal sebagai Pulau Dewata, semakin menarik para wisatawan mancanegara dan memutuskan berkunjung ke Bali, Indonesia.Dari sejumlah deretan nama yang diberikan kepada Bali, mulai dari Pulau Dewata, Pulau Khayangan, dan Pulau SeribuPura, kehadiran bintang film Hollywoodmelahirkan julukan baru ‘Island of Love’bagi Bali dan akan semakin mendukungpromosi pariwisata Indonesia. GubernurBali Made Mangku Pastika di Denpasarmengatakan julukan baru sebagai ‘PulauCinta’, akan langsung memberikan kesankepada siapapun bahwa Bali ini damaidan aman. Seperti diketahui sebelumnyaPulau Bali pernah diguncang aksi teroris.Setidaknya dengan pembuatan film EPLini, dapat menunjukkan pada duniabahwa Indonesia sudah sangat nyamanuntuk dikunjungi.Gubernur Pastika mengharapkan dukungan tak sengaja yang muncul dari proses pengambilan gambar film yang diproduksi Plumbia Pictures ini akan mendorongpartisipasi masyarakat luas dari berbagaikalangan untuk turut mewujudkan ‘BaliMandara’, aman, damai dan sejahtera.Proses pengambilan yang telah dilangsungkan sejak 15 Oktober lalu dilakukan dibeberapa lokasi seperti di Pasar Seni Ubud,Kabupaten Gianyar, Pelabuhan Benoa,Kota Denpasar, Pantai Padang, Pecatu danUngasan, Kabupaten Badung, serta diKintamani, Kabupaten Bangli.Menurut Claire Raskind dari Plumbia Pictures, Bali (Indonesia) menjadi tempatterakhir proses pengambilan gambar film.Dimulai di New York (Amerika Serikat) awalAgustus, lalu berlanjut ke Roma (Italia) sertaMirzapur (India) sebelum ke Bali.Suskes pembuatan film ini nantinyabukan tidak mungkin akan menjadikanIndonesia sebagai salah satu tempattujuan shooting pembuatan film bertarafinternasional. Tinggal bagaimana respondan tindakan kooperatif dari masyarakatuntuk menyikapi pembuatan film tersebut. Hendaknya keramahan dan ketulusan masyarakat yang menjadi ciri khasmasyarakat Indonesia jangan tercederaihanya karena masalah sepele.Seperti yang diberitakan media, saatshooting perdana dilakukan, warga protesterkait perbedaan harga sewa lokasishooting. Hal itu sangat disesalkan BupatiGianyar yang juga tokoh Puri Ubud,Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.“Kita justru harus malu karena Ubud danjuga Bali terkenal dan diterima olehwisatawan dunia bukan karena harganyatapi ketulusannya. Semua harus sadarbahwa kegiatan seperti ini justru untuksemakin mengenalkan Bali,”kata Cok Acenama penggilan sang Bupati meyakinkan.Harus diakui, sedikit atau banyak,proses pembuatan film yang disutradaraiRyan Murphy telah membawa keuntungan bagi penduduk setempat. Sepertiyang dituturkan salah seorang warga yangmenjadi pemain figuran, I Made Redianaseorang pak guru yang menyambi sebagainelayan musiman. Ia mengaku mendapatkan uang sebesar Rp 20 juta setelahterlibat sebagai pemain figuran selamaempat hari. Bersama teman-temannya,mereka hanya diminta melakoni kegiatannya sehari-hari sebagai seorang nelayan.Selama empat hari, 19 jukung miliknelayan disewa dengan nilai kontrak Rp10 juta. Ditambah lagi, bilamana jukungdilepaskan ke tengah laut akan mendapatkan kompensasi Rp 1,5 juta per hari,sedangkan yang disandarkan di pasir sajaRp 500.000 per hari. Rediana yangmengaku akan mempergunakan hasilyang ia peroleh sebagai figuran untukmembangun rumah yang belum selesaiserta membiayai hidup sehari-hari itu,berharap ada lagi kegiatan pengambilangambar yang melibatkan masyarakat.Di samping itu, pembuatan film ini jugamelibatkan aktris lokal. Seperti ChristineHakim yang berperan sebagai Wayandalam film yang mengambil lokasi diJimbaran, Sanur, Candidasa dan perkampungan seniman Ubud. Sosok Wayan,pemilik toko obat tradisional Bali di JlJembawan, Ubud, Bali, merupakan temancurhat Elizabeth Gilbert, karakter yangdiperankan Julia Roberts. Serta terpilihnyaHadi Subiyanto, seorang pegawai di HotelDarmawangsa, Jakarta, untuk memerankan dukun dan guru spiritual Ketut Liyer,yang menolak bermain karena mengidappenyakit kencing batu. Yang sedianya jikaberkenan, pihak pembuat film telah menyediakan honor sebesar Rp200 juta.Kisah NyataFilm Eat, Pray, Love yang dibintangi Julia Roberts diambil dari kisah yang dialamiElizabeth Gilberth saat berusia 32 tahun. Iaseorang jurnalis yang resah mencari maknakehidupan setelah bercerai dengan suaminya. Perceraian telah membuat jiwanya kalut dan sedih serta kecewa atas kegagalannyamembina hubungan baru dengan pria lain.Kemudian ia mengambil keputusan berkelana ke berbagai negara demi mencari pengalaman spiritual dengan harapan menemukan cinta baru. Ia memulainya dari Italia,India, dan berakhir di Bali (Indonesia), danmenemukan nikmatnya makan di Italia,kekuatan doa di India, serta kedamaian dankeseimbangan cinta di Bali. Gilberth bertemu dengan Filipe, pria asal Brasil yangusianya jauh lebih tua darinya. BersamaFilipe, Gilbert menemukan kembali cintasejatinya yang sempat hilang. BS, PANSJulia Roberts (kanan) di sela-sela syuting film Eat, Pray, Love