Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 84
P. 5
BERITAINDONESIA, Mei 2011 5V ISIBERITAilustrasi: sonny pImplementasi Pancasilairuk-pikuk berita tentang beberapa mahasiswayang menghilang dan diduga dicuci otaknya olehNII (Negara Islam Indonesia) telah mendominasiberita media massa dalam sebulan terakhir. Beberapa orang yang mengaku mantan NII, bahkan jugamengaku ayah-ibunya NII, telah menjadi narasumber‘utama dan terpercaya’ beberapa media televisi, cetak danonline. Mereka selalu mengaitkan NII KW9 dengan Ma’hadAl-Zaytun. Bahkan beberapa media cenderung telah bernadamenghakimi.Isu NII KW9 dikaitkan dengan Al-Zaytun, memang setiaptahun menjelang musim penerimaan santri sering ditiupkan. Namun kali ini isu itu dikaitkan dengan adanya beberapamahasiswa yang menghilang dandiduga dicuci otaknya serta hartanya dikuras oleh NII. Merekadicuci otaknya hijrah dari NKRI(Pancasila) ke NII (Syariat IslamRadikal). Dan para narasumberyang mengaku mantan NII selalumengaitkannya dengan Al-Zaytun. Anehnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tampaknya lebihpercaya kepada para mantan NIIdaripada kepada pemerintah,khususnya Menteri Agama.Opini publik pun sempat terbentuk yang memberi stikmaradikal, anti Pancasila bahkansarang teroris yang diarahkan keAl-Zaytun dan Panji Gumilangpun dipersepsikan sebagai orangpaling berbahaya bagi masyarakat, bangsa dan negara. Bahkan,paling menyedihkan, para pakardan praktisi hukum (penegakhukum) dalam acara Jakarta Lawers Club di TVOneberteriak-teriak ’menghakimi’: Tangkap Panji Gumilang!Bukan hanya itu. Siapa-siapa yang telah berkunjung keAl-Zaytun telah pula dipersepsikan sebagai NII. Beberapapartai pun, terutama Partai Demokrat yang Ketua Umumdan Sekjennya baru berkunjung dan memberi sekadarsumbangan ke Al-Zaytun, disebut telah disusupi NII.Berbeda pendapat, atau persepsi, adalah hal wajar.Namun, bagi manusia yang berpikir rasional dan positif,memberi pendapat dan persepsi atas hal yang subtansi dankenyataannya tidak (belum) diketahui (buta) adalah haltidak patut. Apalagi bila persepsi menghakimi itu munculdari mulut para elit hukum, politik dan ulama bahkan rektor.Kita sependapat dengan Ketua Umum DPP PartaiDemokrat Anas Urbaningrum yang telah berkunjung ke AlZaytun bersama Sekjen DPP Partai Demokrat Edhie BaskoroYudhoyono dan rombongan, bulan Maret lalu bahwa untukmeluruskan pandangan miring soal ponpes Al-Zaytun, Anasmeminta semua pihak yang masih penasaran datanglangsung ke ponpes di Indramayu itu. “Silahkan datang danlihat sendiri Al-Zaytun. Kalau saya, mungkin akan datanglagi, jika berkesempatan. Jangan ribut sendiri, tuduhmenuduh, jelek-menjelekkan yang tidak jelas juntrungannya,” kata Anas.Langkah itu pulalah yang dilakukan oleh pemerintahmelalui Menteri Agama Suryadharma Ali. Bersama beberapapejabat Dirjen dan Balitbang Kementerian Agama sengajadatang berkunjung sekaligus mengklarifikasi berbagai isunegatif. Dia pun bersama Syaykh Al-Zaytun menggelar temupers hampir empat jam menjawab berbagai pertanyaanwartawan setelah berkeliling meninjau Al-Zaytun.Menteri Agama pun meyakinibahwa Al-Zaytun tidak terkaitNII. Suryadharma Ali mengatakan tidak menemukan keterkaitan Al-Zaytun dengan NII KW 9yang radikal. Dia pun memastikan kesimpulan tersebut jugabersumber dari penelitian Kementerian Agama yang komprehensif dan valid.Sementara terkait dugaan pengumpulan dana bagi Al-Zaytundengan menggunakan metodepencucian otak para santrinya,Suryadharma yakin bahwa haltersebut tidak benar. “Saya yakintidak ada. Di sana ada ribuansantri, kalau mau cuci, cuci saja.Mereka baik-baik saja,” kataSuryadharma.Sedangkan Syaykh Al-Zaytunmenjawab pertanyaan tentangpengaruh cuci otak itu mengatakan supaya tidak dicuci otak,kembalilah kepada ajaran Illahilima nilai dasar negara itu. “Kita selalu mengatakanPancasila, Pancasila, Pancasila. Prakteknya tidak ada limasila itu. Praktekkan! Al-Zaytun mempraktekkan itu,”tegasnya.Dia menegaskan agar lima nilai-nilai dasar (Pancasila) itudiajarkan dan diimplementasikan, praktekkan! Al-Zaytunyang bermotto toleransi dan perdamaian, mempraktekkannya. “Kalau di sekolah-sekolah diadakan seperti ini, tidakada itu bahasa cuci otak. Tidak ada bahasa-bahasa yang lainlain. Karena apa? Itu (Pancasila) ajaran Ilahi,” jelasnya.Dalam konteks ini, bagi mereka yang merindukanPancasila, silakan menikmatinya di Al-Zaytun. Bagi sekolahsekolah atau pesantren-pesantren yang ingin mengajarkandan mempraktekkan Pancasila (lima nilai dasar) silakanstudi banding ke Al-Zaytun. Sebagai gambaran, redaksimajalah ini lebih banyak beragama Kristen, dan selalumenikmati go home di Al-Zaytun. Di sana (Al-Zaytun),semua umat beragama dihormati sebagai orang-orangberiman. RedaksiHMerah Putih dan Garuda di Pundak dan Dada Santri Al-Zaytun