Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 89
P. 29
BERITAINDONESIA, Juli 2013 29Y BERITA TOKOHDirektur Eksekutif Lembaga SurveiNasional (LSN) Umar S Bakry memprediksi dalam jangka pendek tidak adapengaruh signifikan dalam tubuh PDIPerjuangan sepeninggal Taufiq Kiemaskhususnya bagi gerbong yang beradadi belakang Taufiq. Dia menyebut diPDI-P ada patron Mega dan TaufiqKiemas. Namun, dalam waktu dekattidak akan terasa karena sudah selesaipenyusunan DCS (Daftar Calon Sementara), tapi akan terasa pada bulanbulan menjelang pemilu 2014. UmarS Bakry memperkirakan dalam kaitankoalisi Pemilu 2014 mendatang, PDIPerjuangan akan lebih kental berbasisideologis ketimbang pragmatis.Sementara itu, kalangan internalPDI-P merasa yakin kiprah politik Megawati dan PDI-P akan selalu solid sepeninggal Taufiq Kiemas. Politisi PDI Perjuangan Eva K Sundari meyakini, partainya akan selalu bergerak dan bekerjaberdasarkan sistem. “Beliau (Taufik)sudah memberikan warisan sistembagaimana peran ideologi dalam menggerakkan partai,” kata Eva Senayan,Jakarta, Selasa (11/6/2013).Paradoks Megawati-TaufiqBerbagai pandangan yang mengapresiasi kiprah politik Taufiq Kiemasantara lain juga menggambarkanadanya paradoks antara Megawatidan Taufiq Kiemas. Atau bahkanmenggambarkan bahwa Taufik Kiemas adalah antitesa Megawati. TaufiqKiemas disebut sebagai seorang politisiyang luwes dan moderat karena dialebih pragmatis. Sedangkan Megawati disebut sebagai seorang politisi yangkaku karena dia teguh pada prinsipatau ideologis.Antitesa (penyatuan pendapat yangbertentangan) atau paradoksal (bertentangan tetapi berjalan beriringan), itulah gambaran duet MegawatiTaufiq Kiemas. Sehingga dalam konteks ini, di satu sisi Taufiq Kiemasdipandang sebagai penguat bagiMegawati, perpaduan (penyatuan)keduanya dianggap saling menguatkan. Namun, di sisi lain, pragmatismeTaufiq justru sering menjadi titiklemah kiprah politik Megawati.Pada saat Megawati kalah dalamPemilu Presiden 2004, banyak orang‘berkelakar’ menyebut Taufiq Kiemassebagai Bapak Negara (padanan IbuNegara) menjadi kelemahan pemerintahan Megawati. PragmatismeTaufiq Kiemas justru dipandangsebagai titik lemah Presiden Megawati. Bahkan kekalahan Megawati dalam Pilpres 2004 bermula dari sikap(komentar) Taufiq Kiemas (1 Maret2004) yang menyebut Susilo Bambang Yudhoyono’jenderal kekanakkanakan’ karenamengadukan masalah internal pemerintahan ke wartawan. “Kalau anakkecil lagi genit-genitan, ya merasadiisolasi seperti itu.Kalau memang bukan anak kecil danmerasa dikucilkan,lebih baik mundur,” kata Taufiq.Selama ini jugapublik sering kalimenangkap adanya pertentangan(perbedaan) antara prinsip (ideologis) Megawatidan pragmatismeTaufiq Kiemas. Juga sebagaimanadiakui politisi senior PDI-P AP Batubara bahwa Taufiq Kiemas punyajalan pikiran yangkadang-kadangtidak cocok dengangaris partai, maupun Megawati. Lalu, kadang ada orang membawa itu keluar seolah ada pertentangan. “Padahal yang ada perbedaan pendapat,itu biasa,” kata AP Batubara.Maka Batubara berkeyakinan, PDIP sepeninggal Taufiq Kiemas akan lebihkompak dan solid. Karena, menurutBatubara, selama ini Taufiq kadangkadang berusaha agar keinginannyaterlaksana dengan mencoba-coba pengaruhi kader-kader. “Bagaimanapun, itu diakui mengganggu soliditas,”ungkap AP Batubara.Salah satu contoh pragmatismeTaufiq Kiemas adalah ketika diamendorong PDI Perjuangan berkoalisidengan Partai Demokrat (pemerintahan Presiden SBY). Demikian puladalam kasus Century dan kenaikanharga bahan bakar minyak (BBM).Juga dalam penentuan Jokowi menjadi calon gubernur. Taufiq Kiemassecara terbuka menolak pencalonanJokowi. Taufiq Kiemas menegaskanagar Jokowi lebih baik merampungkan tugas di Solo sebagai walikota,karena Jokowi dinilai tidak menguasai kondisi Jakarta.Bahkan Taufiq Kiemas mengusulkan agar PDI Perjuangan mendukungcalon incumbet Fauzi Bowo dengan menyandingkannya dengan kader PDIP Adang Ruchiatna sebagai Cawagub.Dan beberapa perbedaan lainnya.Namun fakta politiknya, PDI-Ptetap memilih oposisi bagi pemerintahan SBY, angket Century digulirkan, serta Jokowi menjadi calonGubernur DKI Jakarta dan mengalahkan Fauzi Bowo. Maka, jika dicermatifaktanya, suara berbeda (pragmatisme) dari Taufiq Kiemas tersebut tidakterlalu berpengaruh signifikan dalamtataran aplikasi sikap politik dankebijakan PDI Perjuangan di bawahkendali Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum.Dengan demikian, patutlah kalangan internal PDI-P merasa yakin kiprahpolitik Megawati dan PDI-P akan lebihsolid sepeninggal Taufiq Kiemas.Sebagaimana dikemukakan AP Batubara dan Eva K Sundari di atas.Mereka yakin, partainya akanselalu bergerak dan bekerja berdasarkan sistem yakni bagaimanaperan ideologi dalam menggerakkanpartai, lebih dari kepentingan politikpragmatis. TokohIndonesia.com| crsPresiden SBY bertindak sebagai Inspektur Upacara PemakamanTaufiq Kiemas di TMP Kalibata