Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 89
P. 5


                                    BERITAINDONESIA, Juli 2013 5YVISI BERITAnya (korban narkoba). Sehingga meski banyakpengedar (sekelas Mami tersebut), kurir danpemakai yang ditangkap, terbukti tidak mengurangi peredaran dan jumlah pemakai barangharam tersebut. Bahkan jumlah pemakainya(korban) terus bertambah setiap tahun.Suatu hal yang paling menggelitik: BNN mengekspos bahwa banyak peredaran narkoba dikendalikan dari dalam LP. Itu pun ternyata tidak mudahdiungkap dan diberantas. Sungguh ironis danmembuat kita amat prihatin, miris! Sebab, daridalam LP saja seorang bandar narkoba bisamengedarkan sedemikian rupa (sulit terdeteksioleh BNN dan kepolisian), bagaimana pula bandaryang ada di tempat bebas, pastilah lebih leluasamengedarkannya.Dari sistem keamanan di LP, sesungguhnya agakaneh jika peredaran narkoba dapat dikendalikandari dalam LP tanpa terdeteksi oleh negara(petugas LP dan BNN). Jadi masalahnya, janganjangan oknum petugas LP, oknum kepolisian,oknum BNN, justru sudah terlibat dalam sindikasinya. Bahkan pernah ada dugaan, oknum di Istanapun sudah terlibat dalam sindikat narkoba.Dugaan ini mengemuka ketika Presiden SBYmemberikan grasi kepada terpidana narkoba(asing). Kita juga amat prihatin jika secaraberkelakar ada yang memplesetkan BNN (BadanNarkotika Nasional) bukan sebagai Badan Pemberantas Narkotika Nasional tapi malah jadi BadanPenyangga Narkotika Nasional.Dari satu sisi, kita patut memberi apresiasiterhadap upaya BNN dan kepolisian yang berulangkali menangkap pengedar, kurir dan pemakai(korban) narkoba, walaupun peredarannya bukansemakin berkurang. Namun, sesungguhnya BNNsepatutnya mengevaluasi kinerjanya. Sepertihalnya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yangfokus pada kasus-kasus korupsi besar, di atas Rp.1 miliar. Begitu pula BNN kiranya lebih fokusmemburu gembong-gembong besar narkoba,ketimbang menguber-uber pemakainya. Lebihbaiklah BNN menempatkan pemakai itu sebagaikorban (karena memang mereka adalah korban)daripada menargetkan pemakai itu untuk dipenjara. Dengan demikian, para pemakai itu akanmerasa terlindungi dan akan menjadi saksi yangmemudahkan BNN menangkap pengedar dangembong narkoba tersebut.Selain itu, BNN dan jajaran kepolisian, sepatutnya membersihkan diri dari dalam. Agar janganada yang terlibat sindikat narkoba, baik sebagaigembong, pengedar atau pemakai. Juga agarjangan sampai terulang adanya indikasi upayarekayasa penangkapan pengedar dan pemakainarkoba. Dengan demikian, kepercayaan publikakan semakin tinggi kepada BNN dan kepolisian,yang pada gilirannya akan mempermudah pelaksanaan tugas di lapangan serta negara punterhindar dari kegagalan memberantas narkoba. QNegara Gagal Berantas NarkobaBNN dan jajarankepolisian,sepatutnyamembersihkan diridari dalam. Agarjangan ada yangterlibat sindikatnarkoba, baiksebagai gembong,pengedar ataupemakai. Jugaagar jangansampai terulangadanya indikasiupaya rekayasapenangkapanpengedar danpemakai narkoba.Dengan demikian,kepercayaanpublik akansemakin tinggikepada BNN dankepolisian, yangpada gilirannyaakanmempermudahpelaksanaan tugasdi lapangan sertanegara punterhindar darikegagalanmemberantasnarkoba.CH. ROBIN SIMANULLANGudul ini terkesan seperti sensasi. Padahalsesungguhnya itulah kenyataan, bukansensasi. Banyak hal yang membuktikanbetapa negara, sejauh ini, masih gagalmemberantas narkoba. Penilaian atas gagalnyanegara memberantas narkoba, antara lain pernahmengemuka saat DPR menggelar Rapat DengarPendapat (RDP) bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) beberapa waktu lalu (7/3/2013). DPRmenilai BNN telah gagal dalam memberantasnarkoba di Tanah Air. BNN adalah alat negara yangditugaskan khusus memberantas narkotika.Salah satu indikasi sehingga DPR menilai BNNgagal memberantas narkoba adalah penangkapanterhadap artis Raffi Ahmad dan kawan-kawanyang dramatis ketika itu. Disebut dramatis, sebabdalam penangkapan tersebut, selain eksposenyayang dramatis juga ternyata BNN hanya memperoleh barang bukti dua linting ganja dan 14 butirzat metylon, yang sampai saat ini masih diperdebatkan, apakah zat tersebut narkoba atau bukan.Padahal, BNN mengaku telah mengintai berbulanbulan untuk menangkap Raffi.Sungguh dramatis dan memalukan! Telahdiendus berbulan-bulan, tapi hanya memperolehbarang bukti dua linting ganja dan 14 butir zatmetylon. Tapi, entah siapa gembongnya tak pernahtersentuh. Jangankan gembongnya, pengedarnyapun tidak tahu rimbanya. Sementara, eksposepenangkapannya seperti mengungkap dan menangkap gembong besar.Kisah dramatis itu melengkapi ’kejutan-kejutan’sidak dan penangkapan ’gembong’ narkoba sebelumnya. Di antaranya, ketika BNN dan Wakil MenteriHukum dan HAM, Denny Indrayana menggerebekLembaga Pemasyarakatan (LP) Tanjung GustaMedan, Rabu (21/12/12) dinihari, nyaris sepertiadegan (drama) film-film penumpasan bandarnarkoba, antara lain dengan adegan Denny menampar seorang sipir. Diekspos, penggerebekan ituberhasil menangkap bandar narkoba jaringaninternasional dan sejumlah barang bukti di dalam LP.Eh, pelakunya seorang wanita, Anli Yusuf alias Mami.Si Mami itu, yang disebut bandar narkobajaringan internasional itu, ada di dalam LP pula,sebuah tempat kecil yang dikuasai dan diawasiketat oleh negara, tapi drama penangkapannyaseperti di belantara perang mafia narkoba. Apalagipenangkapan ’bandar’ narkoba di LP TanjungGusta Medan itu bukan baru pertama kali terjadi,tapi sudah berulang-ulang. Seperti di RutanSalemba, LP Cipinang Jakarta dan beberapa LPlainnya, bahkan di Nusakambangan, LP yangdianggap paling terisolir.Kasus (kenyataan) ini diangkat sebagai contoh(gambaran) bagaimana negara (BNN dan jajarankepolisian) menjalankan tugasnya memberantasnarkoba. Penggerebekan dan penangkapan tidakpernah menyentuh hingga gembong besarnya.Hanya menyentuh pengedar, kurir dan pemakaiJ
                                
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10