Page 30 - Majalah Berita Indonesia Edisi 98
P. 30
30 BERITAINDONESIA, Edisi 98L ENTERALENTERARomo Vinsensius.Pendeta Robert Pandiangan,MTh, Praeses Gereja HKBP Distrik Banten menimpali: “Inilah pertama sekali saya memasuki masjid terbesar dalam hidup saya. Baru di sini saya makan makanan alami. Dalam Alkitab Perjanjian Lama, ketika raja damai itu datang, maka segala ternak bisa diam bersama anak manusia, bisa bermain-main dekat binatang buas, dan di sinilah tempatnya. Inilah fi rdaus, taman eden yang pernah hilang, tapi tetap dijanjikan untuk umat manusia. Apa yang ada di tempat ini menjadi inspirasi buat kami, di manapun kami berada. Kita mempunyai pencipta dan pemelihara yang sama, semoga kita semua diberkati.”Ketika tiba giliran Pendeta Royke Tumbelaka, Gembala Sidang Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB) MDC Kadipaten Majalengka, dia mengatakan: “Saya tidak menyangka ada tempat seindah ini, ada tempat senyaman ini. Setelah pulang dari sini, kami pun harus memperlakukan semua orang sebagaimana yang diterapkan di sini. Di sini kami belajar tentang keberagaman dan perbedaan dalam satu bingkai persatuan Indonesia.”Ir. Subagio, Ketua Majelis Konghucu Indonesia pun menimpali: “Sungguh saya amat terharu dengan sikap Al-Zaytun yang begitu toleran terhadap semua perbedaan yang ada. Selamat Menyambut Tahun Baru 1 Syuro 1440-H.”Romo Dr. Vinsensius A Vaulo Darmin Mbula, OFM, Ketua Presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) Indonesia yang sudah beberapa kali berkunjung ke Al-Zaytun menyatakan: “Dari tempat ini, kami atas nama Majelis Nasional Pendidikan Katolik dari Merauke sampai Sabang, dari Miangas sampai Rote, menyampaikan turut berbahagia dalam perayaan akbar 1 Syuro 1440 H. Saya bangga dapat berdiri di sini di tengah-tengah 25 ribu orang keluarga besar Al-Zaytun. Selama ini saya boleh belajar dari sini bahwa untuk memahami hidup sejati sebagai manusia Indonesia yang beradab dan berbudaya, kami belajar di tempat ini (Al-Zaytun).”Romo Dr. Vinsensius melanjutkan: Saya minta maaf yang sebesar-besarnya dari lubuk hati yang paling dalam, karena selama ini mung kin ada hal-hal yang menyakiti saudara kami kaum muslimin dengan cara berpikir dan berucap kami. Tetapi dari tempat ini, kami belajar apa artinya menjadi saudara sebangsa setanah air. Kami belajar di tempat ini, sudah beberapa tahun ini, apa artinya membangun sebuah peradaban kasih, civilization of love.Peradaban kasih hanya bisa dibangun melalui sistim pendidikan yang tertata rapi, tersistem dan hasilnya terukur, membuat manusia Indonesia yang beradab, berbudaya, berdamai dengan siapapun tanpa membeda-bedakan siapa dia.”Menurut Romo Vinsensius, saudara-saudari sebangsa setanah air yang terdidik dan terhormat, kalau mau belajar menjadi manusia Indonesia organik tanpa kepalasuan pada dirinya, datanglah ke tempat ini. “Terimakasih kami dapat makan organik di tempat ini. Jadilah manusia yang terdidik, saling mengasihi, karena kita punya pencipta yang sama. Dari bait Allah ini, Rahmatan lil’Alamin, marilah kita suarakan satu kebenaran yang sama yakni kita menjadi berkat bagi semua orang,” kesan dan pesan Romo Dr. Vinsensius, Pastor Katolik: Memahami hidup sejati di Al-Zaytun Pendeta Robert Pandiangan, MTh, HKBP (Protestan): InspirasiPendeta Royke Tumbelaka, GKPB: Indah Ir. Subagio, Konghuciu: Terharu