Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 98
P. 29
BERITAINDONESIA, Edisi 98 29LENTERADilanjutkan dengan kata-kata sambutan dari belasan tokoh lintas agama (Islam, Kristen Katolik dan Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu, penganut kepercayaan dan paranormal), mewakili dan menggambarkan kebhinnekaan seluruh bangsa Indonesia dan negara sahabat. Semua tokoh dalam sambutannya pada intinya menyatakan menikmati dan menyukuri acara tersebut sebagai rahmat bagi semua orang tanpa membedakan suku, agama, ras dan antargolongan. Mereka menikmati kehidupan nyata toleransi dan perdamaian di Al-Zaytun. Mereka paham, menikmati dan merasakan wujud nyata Islam yang rahmatan lil’alamin di Al-Zaytun. Bukan sekadar verbal, ornamental dan seremonial, tetapi wujud operasional, tindak nyata. Itulah simpul makna kata sambutan dari belasan tokoh lintas suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) tersebut. Jika di tempat lain, perkataan SARA menjadi kata yang berkonotasi negatif dan mengkuatirkan, di Al-Zaytun SARA itu justru dirayakan, sebagai suatu wujud harmoni kebhinnekaan, wujud peradaban kemanusiaan dalam keberagaman, yang menjadi kekayaan dan kemuliaan Indonesia Raya.Maka tidak berlebihan sebagaimana ditegaskan KH. Ahmad Zaini, MA, tokoh masyarakat Jawa Timur yang berbicara atas nama Forum Komunikasi Kaum Intelektual Indonesia: “Kalau ingin makmurkan rakyat Indonesia, belajarlah kepada Al-Zaytun; Kalau ingin belajar toleransi, datang lah ke Al-Zaytun; Belajar kebhinekaan, Pancasila, perdamaian, kebersamaan dan peradaban, datanglah ke Al-Zaytun; dan kalau pemerintah mau impor beras, gula dan garam, imporlah (belajarlah) dari Al-Zaytun.”Victor Suharsono SH, Sekretaris Klenteng Pekalongan, yang tampil sebagai pembicara pertama mengatakan kesan pertamanya di Al-Zaytun, sa ngat luar biasa. “Sesuai ajaran Buddha Tridarma, kita diajarkan saling menghormati, menerima, memberi dan memaafkan atau tepo seliro, se hingga kehidupan harmonis penuh toleransi dapat terwujud, sebagaimana diwujudkan di Al-Zaytun” kata Victor.Demikian pula Inengah Wiguna, tokoh umat Hindu Cirebon mengatakan dalam kitab weda dijelaskan, kita adalah bersaudara, semua manusia adalah sama, kita satu keluarga, maka, kita harus saling menjaga, membantu, menghormati satu sama lainnya, sehingga kita dapat hidup damai di sebuah negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, negara luar saja meniru konsep sosial yang kita miliki ini. Menurutnya, konsep menyatu dengan alam adalah sesuai ajaran Hindu, di sini (Al-Zaytun) diterapkan dengan sangat baik. Dia pun mengaku sangat salut atas sarpras (sarana dan prasarana) yang ada di Al-Zaytun ini.KH. Ahmad Zaini, MA, Tokoh Jatim: Belajarlah dari Al-Zaytun!Victor Suharsono, SH, Klenteng Pekalongan: Toleransi diwujudkanInengah Wiguna, Hindu, Cirebon: Wujud Kitab Weda di Al-Zaytun