Page 40 - Majalah Berita Indonesia Edisi 98
P. 40


                                    40 BERITAINDONESIA, Edisi 98L ENTERALENTERAlingkungan; Ketiga harus memiliki faktor penunjang ekonomi; Keempat harus memiliki faktor religi; Kelima harus ada unsur wisata, karena unsur wisata ini dapat membangun sebuah keyakinan; Kelima, ada unsur pendidikan. Itulah yang dimaksud berkesinambungan,” jelas Syaykh Panji Gumilang.“Kita memiliki semua unsur tersebut dan dibangun dengan kebersamaan dan melibatkan rakyat secara semesta. Pembangunan seperti ini akan langgeng. Apa alasannya? Inilah simbol kerakyatan Indonesia, yang bisa berbuat baik ini meliputi demokrasi kerakyatan gaya Indonesia. Apa yang dimaksud gaya Indonesia? Jika kita lihat Indonesia masih gaya Prancis, dan gaya Amerika. Gaya Indonesia sudah dibuang,” kata Syaykh.Menurut Syaykh Panji Gumilang, jika ingin kembali maka harus kembali pada dasar negara yaitu sesuai dengan sila keempat dalam dasar negara, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan, keadilan dan permusyawaratan perwakilan. “Harus kembali pada sumber demokrasi kerakyatan Indonesia, yaitu UUD. Bukan merujuk pada reformasi, bukan merujuk pada demokrasi Prancis. Revolusi Prancis hanya mengambil dan menaikkan para borjuis, menaikkan raja. Demokrasi Amerika juga bukan rujukan kita. Demokrasi kita adalah merujuk pada kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan. Demokrasi yang hari ini ada one man one vote, ini harus kembali pada UUD 45, yang diproklamirkan pada 18 Agustus 1945, ada dalam Preambule dan UUD 45,” tegas Syaykh.“Siapapun pemimpinnya akan dikontrol oleh MPR, inilah gaya demokrasi Indonesia yang berdasarkan pada GBHN. Tapi selama ini program diserahkan pada timsesnya. Nah, ini namanya rakyat Indonesia memberikan cek kosong. Tapi jika ada GBHN, maka pertanggungjawaban pemimpin akan jelas. Setiap bulan Agustus, Sang pemimpin melaporkan kepada MPR atas anggaran yang telah dipergunakan. Ini sebuah sistem yang sangat hebat,” kata Syaykh.Syaykh menemukan pemimpin zaman dahulu sangat religius, sering tirakat. Berbeda dengan pemimpin FOTO BERSAMA: Syaykh AS Panji Gumilang dan Ummi Farida AlWidad foto bersama dengan KH. Ahmad Zaini dan istri, tokoh Jawa Timur
                                
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44