Page 41 - Majalah Berita Indonesia Edisi 98
P. 41
BERITAINDONESIA, Edisi 98 41LENTERAzaman sekarang yang banyak tingkah atau polah yang tidak baiknya. “Bangsa ini sudah jauh meninggalkan GBHN, makanya semua berurusan dengan KPK. Ini namanya kualat, karena meninggalkan GBHN. Maka, cita-cita untuk menyejahterakan Indonesia, mempersatukan Indonesia, ini akan jauh terlaksana. Satu-satunya jalan harus kembali pada demokrasi kerakyatan gaya Indonesia,” Syaykh menegaskan. Menurut Syaykh, demokrasi itu bisa ditawar, tidak boleh ada harga mati. Indonesia itu harus progresif, slogan mati itu mematikan Indonesia. “Cintamu terhadap dasar negara Indonesia tidak boleh mematikan Indonesia. Cintamu terhadap Indonesia harus meningkatkan harga Indonesia. Bukan menghargai dengan harga mati. Sesungguhnya tujuannya bukan harga mati, NKRI itu sudah titik, maknanya bukan mati. Kita ini berharga, koq mati,” kritik Syaykh.Syaykh Panji Gumilang berkeyakinan, jika tercipta demokrasi kerakyatan maka akan membangun rantai persatuan, bermakna cincin yang digabung-gabungkan. Maka harus tahu sejarah bangsanya, tahu asal-usulnya, maka kita harus meng-Indonesiakan Islam. Memuji dan memuliakan Allah dengan lidah sendiri. Bertaqwa kepada Allah dengan budaya (Indonesia) sendiri.“Dalam Al-Quran ada sebuah fi losofi , asluha tsabit, wa far’uha fi ssama. Batang, dahan dan ranting menjulang ke langit. Kita harus seperti itu. Masyarakat Indonesia harus mempunyai jiwa nasionalisme yang kuat. Cintanya terhadap negara harus mengakar, negaranya kuat bagaikan batang pohon yang menjulang tinggi ke langit. Ada pepatah lama mengatakan: Patah tumbuh hilang berganti. Untuk tumbuh tak perlu patah dulu baru tumbuh. Indonesia tak boleh patah baru tumbuh. Jangan tunggu hancur baru bangkit. Jika Indonesia sudah seperti fi losofi yang disebutkan dalam Al-Quran itu, Indonesia akan terbilang dan gemilang,” demikian Syaykh Al-Zaytun Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang. ch. robin simanullang, rahmat amin, rukmana rafli BERITA INDONESIAFOTO BERSAMA:Syaykh AS Panji Gumilang dan Ummi Farida Al-Widad foto bersama dengan KH. Nana Suryana, MA dan istri, Pimpinan Ponpes Darul Hikmah, Purwakarta, Jawa Barat.