Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 98
P. 44
44 BERITAINDONESIA, Edisi 98L ENTERALENTERAMelalui Al-Zaytun menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza, kami telah melihat bahwa begitu luhurnya dan begitu luar biasanya cita-cita bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Seharusnya ini adalah langkah negara yang justru terwakili (terobosan) oleh Syaykh yang luar biasa. Hal seperti ini belum pernah ada di tempat lain. Semoga Ma’had Al-Zaytun melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas yang dapat melanjutkan pembangunan dan peradaban ini dan menjadi pelopor pemimpin dunia dalam peradaban seperti ini.Demikian petikan kesan dan pesan beberapa orang tamu lintas suku, agama, ras dan antargolongan (Lintas SARA) yang menghadiri acara Perayaan 1 Syuro 1440 Hijriyah, bertepatan 11 September 2018 Masehi, di Masjid Rahmatan Lil’Alamin, Ma’had Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Berikut petikan kesan-pesan para tamu lintas SARA tersebut selengkapnya:Victor Erens Ay, S.Th, MA, Pendeta Gereja Kristen Protestan Oikoumene (GKPO) Halim Perdanakusuma Jakarta Timur: “Pandangan saya berubah 180 derajat, bahwa pesantren itu sebenarnya tempat yang luar biasa dan tempat pendidikan yang baik. Di Al-Zaytun tidak hanya diajarkan tentang ilmu tetapi juga bagaimana menghargai sesama. Menurut saya, Al-Zaytun itu “wow” dan luar biasa, bahkan lebih indah dari pada yang digambarkan. Di sini nilai-nilai agama diajarkan dengan baik. Vaneta Ardelia, Pendeta Gereja Eben Haezer, Pasar Minggu, Jakarta Selatan: “Al-Zaytun tetap konsisten, khususnya memelihara atau menjaga toleransi. Karena mempertahankan lebih sulit dari pada mendapatkan dan dapat dijadikan jembatan bagi umat beragama dan orang lain.”Agustinus Haryono, Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Pekalongan: “Al-Zaytun ini sangat bagus. Saya tidak pernah membayangkan bahwa Islam sebagus ini. Tadinya yang ada di pikiran saya adalah bahwa orang Islam suka teriak-teriakan dan ternyata tidak. Di Al-Zaytun ini tidak seperti itu. Bahkan toleransi, Islam Nusantara yang menghargai umat lain. Kiranya acara ini dapat dilaksanakan tiap tahun dengan mengundang lebih banyak lagi yang belum pernah datang ke Al-Zaytun ini, baik dari Katolik, Protestan, Klenteng, dan harapannya bisa menyatu.”Tengku Marimi, Ketua Majelis Adat Budaya Kraton Nusantara (MADUKARA) di Bidang Kebudayaan, asal Aceh: “Pesantren ini sangat luar biasa. Pesantren ini dapat memaksimalkan potensi lingkungan yang dapat digunakan di pesantren sendiri. Sekarang sulit pesantren mencari dana namun kalau di sini tidak. Mungkin ini bisa menjadi percontohan juga nanti di Aceh.”Kesan dan PesanTenang dan Damai di Al-ZaytunWow, sungguh luar biasa! Penuh suka-cita. Kami merasa sangat tenang dan damai. Seluruh penganut agama dan bangsa-bangsa berkumpul jadi satu padu di sini, membangun dan mengedepankan nilai toleransi yang tinggi. Di Al Zaytun ini kami telah melihat semua perbedaan telah menjadi persatuan. Di sini kita makin memahami bahwa anti Pancasila itu salah. Bahkan ada yang sebelumnya tidak pernah membayangkan bahwa Islam sebagus ini. Al-Zaytun (Islam) itu rahmat untuk semua orang. Ini menjadi suatu contoh bagi kebhinekaan Indonesia. Intinya bukan soal acaranya, tapi bagaimana menghormati sebuah kebangsaan dengan keanekaragaman.SILATURAHIM:Syaykh AS Panji Gumilang didampingi Ummi Farida Al-Widad dan keluarga bersilaturahim sambil makan bersama dengan para sahabat tokoh lintas SARA.