Page 153 - Majalah Berita Indonesia Edisi Khusus ASSA
P. 153
BERITAINDONESIA, Edisi Khusus 153E-20 | BEKASI - SERANGtanah 64%. Belum kalau bicara sumber daya alam seperti tambang dan seterusnya.Kemudian Zulkifl i menguraikan kesenjangan politik. “Kemarin disurvei dari seluruh anggota DPR yang ada, hanya 24% yang masih dipercaya. Saya malu juga sebagai anggota DPR, untung MPR 67%.“Yang kedua dalam diskusi kami, agar negara kuat dan jaya harus kita bereskan satu lagi masalah korupsi. Bayangkan satu bulan dicatat di sini ada 6 kepala daerah yang tersangkut korupsi, bupati dan walikota, satu anggota DPR, satu ketua pengadilan. satu jaksa. Kalau satu tahun bagaimana?” katanya.Persoalan ketiga, menurut Ketua MPR, masalah kita adalah distrust, gaduh saling curiga, saling menghujat. Maka saya senang banget sama Al-Zaytun, gurunya, wali muridnya, santrinya, kompak sepedaan, top. Cuman sayang, Pak AS Panji Gumilang belum pernah ngajak saya ke Al-Zaytun. Tapi tadi sudah janji, nanti saya undang Ke tua MPR ke Zaytun, katanya. Karena saya sendiri sudah beberapa dokter mengikuti sampai hari ini, didukung oleh ambulance dan lain sebagainya yang berkenaan dengan keperluan perjalanan.Tiga MisiVisi-misi perjalanan kami ada tiga. Pertama, mengenang pahlawan. Yang telah kita sebutkan tadi, yang pertama pahlawan pembangun negara Indonesia, pembangun infrastruktur, dari Anyer sampai Panarukan, belum Sabang sampai Merauke. Anyer Panarukan 1000 km tiga tahun, seribu hari saja, peralatan hanya perkul, hanya linggis, hanya cangkul, hanya martil, dan godam. Namun rakyat Indonesia luar biasa perkasa. Mari kita bandingkan tahun 1808-1811, mereka syuhada itu mampu membangun, bagaimana dengan kita? Sudah tembuskah antara Anyer-Panarukan, jalan tol yang disiapkan, padahal peralatan luar biasa hari ini. Maknanya kita masih perlu perjuangan sehebat perjuangan bangsa kita yang lalu. Dan saudara-saudara harus mengerti, apa bangsa-bangsa itu dilukiskan oleh Al-Quran, al balad antahilum bihadzal balad yang Anda diam di negeri ini, wawalid bapak-bapakmu yang lalu, kamu dan bapak-bapakmu yang lalu, wama walad dan anakmu yang akan datang. Berarti bangsa itu, kita hari ini, hari ini yang ada dan lalu, sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, telah ada bangsa ini, mereka sudah punya pemerintahan. Kemudian ada penjajahan, kemudian ada menyatu, kemauan untuk bersatu, the will to be together. The will to be together inilah yang mampu menelurkan Indonesia Raya, Indonesia Raya bangsanya cerdas. Boleh dibayangkan seandainya pemerintah Belanda itu mendidik sejak mereka datang kemari, sudah lama orang-orang penjajah