Page 7 - Majalah Berita Indonesia Edisi 02
P. 7
VISI BERITABERITAINDONESIA, Agustus 2005 7Tekanan krisis BBM mestinyamemaksa kita berpikir danbertindak untuk membenahikonsumsi dan mengembangkan bahan bakar alternatif(BBA). Ini mungkin hikmah yang harusdipetik dari krisis BBM.Sadar atau tidak, ketersediaan BBMberada di ambang gawat darurat. AntrianBBM di hampir semua daerah merupakanbukti yang tak terbantahkan. Ironis.Untuk mengatasi krisis tersebut, DPRmalah menyarankan pemerintah mengambil jalan pintas, menaikkan lagi hargaBBM. Bisa jadi ini undangan bagimunculnya gejo-lak sosial.Secara makro, krisis BBM menekan APBN, menciptakan ekonomi biaya tinggi dan memiculaju inflasi. Di sektor anggaran,pemerintah, setiap tahun, harusmenanggung subsidi puluhantriliun rupiah, sebagian ditutupdengan menaikkan harga BBM.Langkah ini dirasakan sebagaimomok bagi sektor industri danrumah tangga. Naiknya hargaBBM dan biaya transportasi menjadi alasan yang tak terbantahkanbagi kenaikan harga barangbarang dan laju inflasi.Gejolak harga minyak mentahdi pasar tunai dunia tidak bisa diprediksi, apalagi diantisipasi olehAPBN. Pemerintah, tahun inisaja, harus menyesuaikan asumsiharga minyak dari 45 dolar AS sebarel diAPBN 2005 menjadi 54 d/b di APBN Perubahan. Padahal harga minyak mentah dipasar dunia sudah melompat ke angka 61d/b. Artinya, masih defisit 6 d/b.Setiap kenaikan 1 d/b, pemerintahharus menutup defisit Rp 150 miliarsampai Rp 300 miliar. Diperkirakan,sampai akhir tahun ini pemerintahmenanggung defisit Rp 150 triliun. Tentu,defisit alias subsidi BBM, akan bertambahbilamana harga minyak mentah melampaui angka 61 d/b. Bisa jadi, pemerintahakan mengubah lagi asumsi di APBN-P2005. Belanja negara di APBN 2005,diperkirakan Rp 512, 9 triliun, sedangkanpendapatan sekitar Rp 499,2 triliun.Kerumitan tersebut diperburuk olehimpor minyak mentah 300.000 b/huntuk memenuhi kebutuhan kilangkilang pengolahan minyak di dalamnegeri. Itu pun masih terjadi defisit BBMolahan sekitar 350.000 b/h akibat lonjakan konsumsi. PT. Pertamina harusmengimpornya dari Singapura denganberbagai beban biaya tambahan, termasuk harga yang lebih mahal.Mengapa kita mengimpor minyakmentah? Jawabannya, produksi dalamnegeri merosot tajam dari 1,5 juta menjadihanya 991,000 juta b/h. Sedangkankonsumsi sudah melompat ke angka 1,115juta b/h. Artinya sudah terjadi defisit124.000 b/h. Padahal selaku anggotaOPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak), Indonesia harus mengekspor minyak mentah, sekarang sekitar400.000 b/h.Fakta-fakta tersebut menggambarkanbetapa berat beban yang harus ditanggung pemerintah dan masyarakat, jikaterus bergantung pada sumber energifosil yang tidak bisa diperbaharui. Harusada jalan keluar sebelum keadaan semakin memburuk. Jalan yang terbuka;menghemat BBM dan segera mengembangkan BBA.Langkah penghematan BBM yangdianjurkan pemerintah dalam Inpres 10/2005 berjangka sangat pendek danmencakup kalangan yang sangat terbatas.Misalnya, anjuran kepada para pejabatagar tidak mengenakan stelan jas untukmenghemat listrik, pemadaman listrikyang lebih awal di gedung-gedung pemerintah dan swasta serta pembatasan jamtayang bagi semua stasiun televisi.Padahal pemboros BBM adalah jutaan kendaraan pribadi dan umum.Mestinya kendaraan pribadi kedua, ketigadan seterusnya dikenakan pajak yangberlipat untuk menekan konsumsi BBMdan mengurangi gaya hidup mewah.Angkutan kereta api mesti lebih dioptimalkan untuk mengurangi armadaangkutan darat (truk dan bus) yang borosBBM. Puluhan juta rumah tangga akanmeninggalkan minyak tanah jika tersediabahan bakar pengganti yang lebih murahdan efisien.Meski demikian penghematan bukansatu-satunya jalan keluar dari krisis BBM.Mesti ada kemauan politik (political will), misalnya dalam bentuk Peraturan Pemerintah atauKeputusan Presiden, untuk mendorong pengembangan BBA secara komersial. Kebijakan itusangat penting, terutama untukmenjamin dukungan pendanaandari sektor perbankan dan pemasaran oleh Pertamina.Dari segi ilmu pengetahuandan teknologi (Iptek), BPPT dansejumlah perguruan tinggi sudahmelakukan berbagai penelitiandan percobaan tentang kelayakanpengembangan BBA yang bisadiperbarui. Percobaan yang dilakukan BPPT, Usakti, UI, ITBdan Ma’had Al-Zaytun, mampumengolah bioetanol dan biodieselmenjadi BBA.Lahan, tersedia jutaan hektaruntuk penanaman massal kelapa sawit,jagung, tebu, singkong, ubi jalar danjarak.Tak diragukan lagi, pengembanganBBA berdampak multi-manfaat. Diluar BBA yang punya nilai komersial,kegiatan ini membuka lapangan kerjadan mening-katkan pendapatan parapetani. Produk sampingannya untukbahan baku industri pakan ternak,ampasnya diolah jadi bahan bakarrumah tangga (BBRT).Jika itu yang dilakukan, pemerintahtidak akan lagi terlalu dipusingkan olehkebijakan subsidi dan menaikkan hargaBBM setiap tahun. Kebutuhan bahanbakar tidak lagi melulu bergantung padaBBM. Dan lebih banyak minyak mentahyang bisa diekspor.Lakukan sekarang, jangan berpikirhanya buat sesaat. Jangkau 25 sampai 30tahun ke depan.QHikmah Krisis BBM