Page 9 - Majalah Berita Indonesia Edisi 02
P. 9


                                    BERITAINDONESIA, Agustus 2005 9Seandainyasejak dulupemerintahmengembangkanindustri energialternatif,pemerintah takperlu panik danterpaksa «makanbuah simalakama»seperti sekarangakibat krisis BBM.TERNATIFBERITA UTAMASBY: Pada waktunya saya akan mengambilsemua risiko akibat penyesuaian harga.Era harga seliter bensin lebih murah dariseliter air mineral telah berakhir. Bahanbakar minyak (BBM) akan semakin mahaldan semakin sulit didapat. Dalam beberapapekan sejak Juni, daerah-daerah berteriakkekurangan BBM. Para konsumen harus antri berjamjam untuk memperoleh beberapa liter BBM.Biaya untuk mendapatkan minyak mentah semakinmahal. Para kontraktor dan investor enggan melakukaneksplorasi sumur-sumur baru. Mereka lebih memilihmenguras sumur-sumur lama. Sebab medan yang harusdijelajah semakin sulit dan biayanya semakin mahalserta peraturan semakin ketat. Dampaknya, produksimenurun tajam dari 1,5juta menjadi 991,000 jutabarel perhari (b/h). Tingkat konsumsi, 1,115 jutab/h, telah melampauiangka produksi.Pad a k o n disi lain,untuk mengisi kebutuhankilang-kilang minyak didalam negeri, pemerintahharus mengimpor minyakmentah 300.000 b/h. Indonesia, untuk mempertahankan keanggotaannya di OPEC (Organisasi NegaraNegara Pengekspor Minyak), harus punya kemampuanuntuk mengekspor minyak bumi, paling tidak sejumlahyang diimpor.Jika dilihat dari kemampuan produksi dibandingkandengan tingkat konsumsi, Indonesia tidak pantas lagimenjadi anggota OPEC. Akibat lonjakan konsumsi itu,Pertamina terpaksa membeli BBM olahan dari Singapura, 350.000 b/h. Tentu dengan harga Singapura, pluspajak dan biaya angkut.BERITAINDONESIA, Agustus 2005 9
                                
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13