Page 9 - Majalah Berita Indonesia Edisi 04
P. 9
BERITAINDONESIA, Oktober 2005 9(BERITA UTAMA) BERITA UTAMAKabar “duka” kedua tahun ini,merebak hanya tiga harimenjelang puasa tanggal 4Oktober. Presiden SusiloBambang Yudhoyono mengambil waktu yang “tepat”, 1 Oktober,untuk menaikkan harga bahan bakarminyak (BBM).”Pemerintah Keterlaluan,ini judul headline harian sangat berpengaruh dan beredar luas, Kompas (1/10), mencerminkan kekesalannya atasprosentase kenaikan BBM yang selangit.Kenaikan tersebut diumumkan MenkoPerekonomian Aburizal Bakrie, Jumatlewat tengah malam, setelah kecamukprotes, polemik dan wacana berbulanbulan.Besaran kenaikan memang sangatmengejutkan banyak orang. Yang palingdisesalkan besaran kenaikan harga minyak tanah yang mencapai 185 persen,dari hanya Rp 700 menjadi Rp 2.000 perliter. Padahal minyak tanah merupakanbahan bakar mayoritas rumah tangga.Solar naik 104,76 persen, dari Rp 2.100jadi Rp 4.300, dan premium naik 87,5persen, dari Rp 2.400 jadi Rp 4.500 perliter. Alasan utama kenaikan tersebut;pemerintah, dalam semester II APBN2005, tak mampu menanggung defisit Rp89,2 triliun lantaran lonjakan hargaminyak bumi dunia yang melampauiangka 60 dolar AS per barel.Artinya, pemerintah memangkassubsidi BBM sekitar Rp 45 triliun, danmembiarkan beban itu dipikul 220 jutapenduduk, termasuk 15,6 juta rumahtangga miskin, atau 80 juta jiwa lebih,dengan asumsi satu RTM terdiri dari 5jiwa.Indef, sebuah lembaga pemantauekonomi, mencatat jumlah pendudukmiskin 100 juta jiwa; 80 juta jiwa miskinpermanen dan 20 juta miskin karenapemutusan hubungan kerja (PHK).“Tidak pantas ketidakmampuan pemerintah menutup defisit anggarandibebankan kepada masyarakat,” kataIman Sugema dari Indef.Apa boleh buat. Sebab, delapan fraksidi DPR telah menyetujui kenaikan tersebut sebagai satu-satunya jalan untukmenutup defisit anggaran yang menganga. Hanya fraksi PDIP yang menolakkenaikan harga BBM atas alasan, defisitanggaran bisa ditutup dengan cara lain,misalnya mengurangi pengeluaran rutindan belanja pembangunan yang tidakperlu. Fraksi yang berkuasa, Golkar danDemokrat, mendukung kenaikan tersebut.Pucuk pimpinan Partai Sarikat Indonesia (PSI) Rahardjo Tjakraningratmenyesalkan kebijakan pemerintahtersebut telah berdampak pada sektorekonomi, bahkan sebelum harga BBMdinaikkan.Subsidi BBM memang harusdikurangi, kata Rahardjo,tetapi apakahwaktunya sudah tepat. Dia juga mempertanyakan apakah itu satu-satunyasolusi. Kalau itu solusinya, sembarangorang bisa melakukannya, tidak perlupresiden.“Jangan-jangan nanti SBY-JK diplesetin jadi, Susah Bensin Ya JalanKaki,” kata Rahardjo kepada Berita Indonesia.Subsidi yang disepakati pemerintahdan DPR selama semester kedua APBN2005 sebanyak Rp 89,2 triliun. ”Realisasinya bisa naik-turun,” kata Muhammad Ikhsan, staf akhli Menko Perekonomian, yang dikutip harian Suara Karya(26/9).Realisasi subsidi BBM pada semester pertama sebesar Rp 78 triliun.Harga minyak bumi dunia bergerakantara 60 sampai 62 dolar AS per barel,padahal asumsi harga minyak di APBN2005 sebesar 58 dolar perbarel, atauselisih tertinggi 4 dolar.Iman Sugema tidak menginginkankenaikan harga BBM yang terlampautinggi karena daya beli sebagian besarmasyarakat masih sangat rendah.SubsidiBBM bisa bergerak antara Rp 89,2 triliunsampai Rp 113,7 triliun, tergantungbesaran lonjakan harga minyak dunia.Soalnya juga, Indonesia mengimpor 15juta barel minyak mentah dan 14 jutabarel BBM setiap bulan. Produksi minyakbumi Indonesia sekarang 1,075 juta barelsehari, sementara konsumsi mencapai1,115 juta barel sehari.Baru empat bulan memegang tampukpemerintahan, pasangan Susilo dan JusufKalla sudah menebarkan kabar “duka”serupa. Tanggal 1 Maret lalu, pemerintahmenaikkan harga BBM rata-rata 29persen. Semestinya dari kenaikan hargaBBM tersebut, pemerintah memberi gantirugi kepada RTM masing-masing Rp300.000 selama tiga bulan sekaligus.Tetapi kompensasi itu baru mulai disalurkan 1 Oktober. Itupun baru terbatasuntuk 707.882 RTM di 15 kota yangdianggap strategis (Lihat Tabel).Kenapa jalan pintas itu diambil hanyatiga hari menjelang bulan puasa? Jawabannya bisa ditebak, supaya demonstrasi tidak berkelanjutan. Dan motivasiitu semakin jelas karena yang dipilih kotakota yang dianggap sebagai kantongkantong aksi protes dan demo.Sudah tentu kebijakan tersebut mengusik ketenangan batin para wargaBERITAINDONESIA, Oktober 2005 9INTASmaa menggusung tulisan ≈BBM Naik, Rakyat Tercekik∆.