Page 11 - Majalah Berita Indonesia Edisi 04
P. 11
BERITAINDONESIA, Oktober 2005 11(BERITA UTAMA)Pemerintah menetapkan anggaran yang sangatbesar, mensubsidi harga BBM bagi 220 jutapenduduk—kira-kira 14 miliar dolar AS atau Rp140 triliun lebih tahun ini, sepertiga dari seluruhanggaran belanja pemerintah. Subsidi tersebutmembuat harga bensin 24 sen dolar AS per liter, paling murahdi Asia. Tetapi era BBM murah dan anggaran yang diberati bebansubsidi tak lagi bisa dipertahankan.Ini tentu pandangan para investor dunia yang mengharapkantindakan tegas dan segera pemerintah untuk memangkas subsididan menutup defisit anggaran. Sebaliknya, tanggapan PresidenSusilo Bambang Yudhoyono, akrab dipanggil SBY, lamban danragu-ragu. Dan, sekarang, apa yang dianggap sebagai defisitanggaran sementara, bisa berubah menjadi krisis kepercayaankepemimpinan nasional.“Pemerintah tidak memenuhi harapan,” kata Chatib Basri, direktur Lembaga Riset Ekonomi dan Sosial, Universitas Indonesia.Kegelisahan pasar sudah terungkap. Mata uang rupiah,kehilangan nilai 10 persen tahun ini. Bursa saham, tadinya punyakinerja terbaik di seluruh Asia, sekarang mengalami kelesuan,indek dasar turun 12 persen dalam beberapa bulan ini. Standard and Poor’s, pekan lalu menurunkan posisi ratingnya Indonesia, dari positif jadi stabil.Pemerintah telah mengambil langkah untuk menenangkanpasar yang gelisah: SBY menaikkan harga BBM rata-rata 29persen, Maret lalu, dan Bank Indonesia sudah dua kalimenaikkan tingkat suku bunga dalam beberapa pekan ini. SBYmenekankan perlunya memangkas subsidi, dan menaikkanharga BBM tanggal 1 Oktober.Pemerintah, sebagai kompensasi kenaikan harga BBM, akanmenyalurkan dana masing-masing Rp 100.000.- kepada 15,2juta keluarga miskin. Jumlahnya Rp 15,2 triliun. Selain itu,pemerintah menyiapkan dana untuk subsidi kesehatan,pendidikan dasar dan pembangunan desa.Pendekatan SBY terhadap masalah tersebut ternyata mahalsekali. Menurut ADB, bantuan itu mengharuskan pemerintahmengeluarkan 400 juta dolar AS atau setara Rp 4 triliun dalamtempo seminggu. Kata seorang ekonom Standard CharteredBank, “krisis kepercayaan dapat menimbulkan kemerosotanekonomi.”Faktanya, bank global UBS telah mengurangi proyeksipertumbuhan GDP Indonesia pada paruh kedua tahun ini, dari5,2 persen menjadi 4,7 persen, dan meramalkan pertumbuhan4,3 persen tahun 2006. UBS juga memperkirakan laju inflasitahun depan akan meningkat menjadi 12 persen dari 8 sampai9 persen tahun ini, dan tingkat suku bunga akan melompat dari12 ke 14 persen.Tanggapan SBY yang hati-hati bahwa kenaikan harga BBMbisa menyulut kerusuhan sosial. Masalah ini sangat peka;kenyataannya, kenaikan harga BBM telah memberi andil cukupbesar bagi jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto, tahun1998, dan sudah terjadi sejumlah demonstrasi di Jakarta dan disejumlah kota lainnya.Beberapa analis memperkirakan kebijakan pemerintahmengakhiri subsidi BBM sekaligus sehingga harga BBMmencapai tingkat pasar bisa menimbulkan gejolak—tetapimengimbangi permintaan para investor global dan keinginanmasyarakat miskin untuk membutuhkan bantuan ekonomi.“Ini dilema tradisional,” kata Sjahrir, salah seorang penasihatekonomi Presiden. Boleh dikatakan, pemerintahan SBY tidakbenar-benar masuk ke pokok persoalan. Seperti yang dikemukakan oleh lembaga konsultansi Oxford Analitica yangbermarkas di London: “Pemerintah benar-benar merajutasumsi-asumsi anggarannya lebih rendah dari perkiraan pasar.”APBN 2005 dengan asumsi harga minyak bumi 24 dolar ASper barel, berada 10 sampai 20 dolar AS di bawah harga pasar,akibat lonjakan harga minyak dunia.SBY sendiri meragukan proyeksi harga minyak 40 dolar ASper barel di dalam APBN 2006 yang diajukan ke DPR sebulanlalu. Di dalam pidatonya, ia mengatakan:”“Saya pikir 55 dolarAS lebih realistis.”■ SHMINI KRISIS INDONESIAIndonesia sedangmenghadapi, apa yangdisebut para analis,“mini krisis” yangdipicu oleh lonjakanharga minyak bumi.Majalah Newsweekmenurunkan laporanmenonjol: SBYKegerahan, pada edisi19 September lalu.

