Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 11
P. 66


                                    BERITA HUMANIORA66 BERITAINDONESIA, 20 April 2006Serombongan umatIslam yang barusaja menunaikanshalat Id berjamaah,keluar dari pintugerbang Masjid Jamik Petolongan di kawasanPekojan, Semarang, Jawa Tengah. Wajah ceria terpancardari raut muka sejumlah orangyang sepintas dilihat miripwajah orang Arab. Senyumandari wajah yang khas itu berbaur dengan senyuman yangterpancar dari wajah-wajahorang Jawa, yang juga bersembahyang di Masjid JamikPetolongan.Demikian cuplikan laporanyang pernah dimuat Kompas,10 November 2005, tentangkehidupan penduduk Koja diSemarang.Komunitas warga Koja Semarang selain terkonsentrasi di kawasanPekojan dan Petolongan, juga tersebar dikawasan Pecinan Semarang, yakni diJeruk Kingkit, Bonkenep atau Bonarum,Wotprau, Bustaman, Suburan, Pandean,Progo, Pemali, dan Pesanggrahan. Mereka memiliki tradisi tersendiri setiapLebaran, hari-hari besar Islam, danpernikahan.Meski bertampang mirip orang Arab—seperti yang disangka kebanyakan orangIndonesia—komunikasi sehari-hari warga Koja Semarang menggunakan bahasaJawa ngoko maupun krama inggil. Takjarang logat khas Semarang seperti he’ehdan iya ik, terselip dalam obrolan mereka.Komunitas Koja tidak hanya dijumpaidi Semarang. Meski bertampang sepertiorang Arab, sesungguhnya mereka adalahketurunan Tamil dan Gujarat di India,yang berinduk pada bangsa Pakistan.Lain Semarang, lain Jakarta. Di Ibukotanegara ini, penghuni kampung Pekojankini bukan lagi keturunan India muslim,setelah pemerintah Hindia Belanda padaabad ke-18 menetapkan Pekojan sebagaikampung Arab.Sampai kini, masih terdapat Gang Koja—yang telah berganti nama jadi Jl Pengukiran II. Di sini terdapat sebuah masjidkuno Al-Anshsor yang dibangun pada1648 oleh para Muslim India.Tidak sampai satu kilometer daritempat ini, masih di Kelurahan Pekojan,terdapat Masjid Kampung Baru yangdibangun pertengahan abad ke-18. WargaMuslim India yang telah menyebar diJakarta, setiap Lebaran, shalat Id dimasjid ini. Sambil bernostalgia mengenang para leluhurnya yang tinggal dikawasan ini.Menjadi Kampung ArabDi masa Hindia Belanda, paraimigran yang datang dari Hadramaut(Yaman Selatan) ini diwajibkan lebihdulu tinggal di Pekojan. Dalam perkembangannya, Kampung Pekojanboleh dibilang cikal bakal dari sejumlahperkampungan Arab yang kemudianberkembang di Batavia. Dari tempatinilah mereka kemudian menyebar keKrukut dan Sawah Besar (Jakarta Barat); Jatipetamburan, Tanah Abang,dan Kwitang (Jakarta Pusat); Jatinegara dan Cawang (Jakarta Timur).Menurut jurnalis senior yang jugapengamat budaya Betawi, Alwi Shahab,Prof LWC van den Berg, orientalis dan pakar hukum Belanda, pada tahun 1884-1886pernah mengadakan penelitian mengenai orang Arab diHadramaut dan Hindia Belanda. Ketika ia mengadakanpenelitian itu, orang Koja sudah tidak ada lagi. Saat itupenduduk yang ada mayoritasArab dan hanya beberapa gelintir Cina.Seperti ditulisnya di harianRepublika, di Cirebon jugaterdapat kampung Pekojan.Pemerintah Belanda mengangkat seorang kapiten Arabpada 1845. Seperti juga diBatavia, kampung Arab di sinidulunya tempat tinggal orangIndia Muslim.Pada 1872, koloni di Indramayu dipisahkan dari Cirebondengan mengangkat seorangkapiten (kepala koloni) Arab. Demikianpula di Tegal, Pekalongan, Semarang,Surabaya, Gresik, Pasuruan, Bangil,Lumajang, Besuki, Banyuwangi, Surakarta, Sumenep, dan berbagai tempat diNusantara terdapat kapiten Arab. Inidimaksudkan, antara lain, untuk memisahkan keturunan Arab dengan pribumi.Orang Koja umumnya berasal daridaerah Cutch, Kathiawar dan Gujarat,India. Mereka berasal dari kasta Ksatria.Pada abad ke-14, komunitas ini mengalami perubahan besar ketika seorangmubaligh Persia, Pir Sadruddin, menyebarkan agama Islam di antara mereka danmemberikan kepada mereka nama“Khwaja”, dan dari kata ini diperoleh kata“khoja” atau “koja”. “Khawaja” sendiriberarti “guru, orang yang dihormati dancukup berada”. Sementara, dalam bahasaIndia sendiri, Koja berarti ‘orang hilang’.Saat ini, baik di Semarang, Jakarta,maupun kota-kota lain, penduduk Pekojan telah berbaur dengan penduduklainnya. Meski ada tradisi-tradisi tertentuyang berbeda dan tetap dipertahankan,hal itu memperkaya khasanah budayaNusantara. ■ RHJEJAK KAUM YANG HILANGORANG KOJA SERINGKALI DIANGGAP KETURUNAN ARAB. NAMUN NENEKMOYANG MEREKA BERASAL DARI TAMIL DAN GUJARAT DI INDIA.Menunaikan sholat jamaah di sebuah Masjid Pekojan
                                
   60   61   62   63   64   65   66   67   68