Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 11
P. 63
(BERITA PEREMPUAN)BERITAINDONESIA, 20 April 2006 63Kedatangan Menteri LuarNegeri AS, Condoleezza Rice(52) ke berbagai negaraseperti Indonesia, Australiadan Jepang beberapa waktulalu menyisakan ‘cerita’ tersendiri. Cerita itu ada yang bernadakecaman, namun tidak sedikit yangmemuji pribadi bahkan justru mengacungi jempol atas kemampuan diplomasinya.Sosok Rice barangkali menjadi sosokyang langka. Seperti yang digambarkanoleh Arifin Siregar, mantan GubernurBank Indonesia. “Dengan kecemerlangannya, ia adalah seorang yang bisa memukaulawan debatnya karena pendekatannyayang personal, meski lawan debat itu takbisa menerima argumentasinya,” demikian Arifin menilai.Gambaran tentang birokrat pemerintahAS di bawah Presiden George W. Bushsedikitnya tercoreng dengan invasi AS keIrak. Pemerintah AS sekarang juga dijuluki sebagai si penerkam. Jadi, mau takmau Rice juga menjadi bagian dari gambaran itu. Maka, ketika Rice berkunjungke Australia, setelah sehari kunjungannyake Indonesia, ia mendapat sambutan yangkurang hangat, utamanya dari para mahasiswa.Ketika sedang berpidato, ia diinterupsiseorang mahasiswa dengan teriakanlantang, “Condoleezza Rice, Anda seorangkriminal perang. Tangan Anda berlumuran darah rakyat Irak dan Anda tidakbisa menghilangkan bekasnya”. Mahasiswa itu lalu digiring keluar ruangan.Namun, tak lama kemudian pidatonyakembali diinterupsi saat ia bicara mengenai upaya mendorong kemerdekaan diIrak. “Kebebasan macam apa yang sedangAnda bicarakan? Bagi rakyat Irak, Andaitu seorang pembunuh”. Rice berkunjungke Australia untuk membicarakan masalah keamanan dengan para pejabatAustralia, salah satu negara yang menjadisekutu utama AD dalam invasi ke Irak.Pribadi MempesonaKompas (16/3) mencatat, Rice yangdijuluki sebagai pendekar perang itu,mempunyai aura mempesona. Ia bukanhanya sangat menguasai keahlian berkomunikasi, tapi ia tahu betul bagaimanaberhubungan dengan komunitas Asia,yang terbiasa dengan berjabat tangan laludiperkuat dengan sentuhan tangan kiri. Iaingin memperlihatkan keseriusan bahwaia adalah seorang teman sejati.Lepas dari faktor Amerika Serikat sangadikuasa, di balik namanya Rice memangmemiliki aura. Orang akan langsungmelupakan wajahnya yang tidak fotogenik, tetapi terpesona pada kelihaianbicaranya. Ia berhasil membelokkanpersoalan dan membawa pendengarnyaberada di bawah sudut pandangnya jikadilontarkan pertanyaan yang menggugatkebijakan AS.Sementara Republika (16/3) mengomentari kunjungan Rice ke Indonesia,Rice pandai menutupi kelemahan ASdengan pidato yang menarik dan diplomatis. Padahal pidatonya sendiri sebenarnya biasa-biasa saja. Namun, takdapat dipungkiri bahwa dua hari kunjungan Rice ke Indonesia 14-16 Maret lalu,berpengaruh langsung terhadap persahabatan dengan Amerika.Dilahirkan tahun 1954 di Birmingham,Alabama, di bawah bayang-bayang rasisme, Rice meraih gelar sarjana di bidangIlmu Politik dari Universitas Denvertahun 1974. Gelar Master Ilmu Politiknyadiraih tahun berikutnya, 1975 di Universitas Notre Dame. Di usia 26, tahun 1981,Rice menggondol gelar doktor (Ph.D) diSekolah Tinggi Kajian Internasional, Universitas Denver.Rice tertarik pada Hubungan Internasional dan kajian mengenai Sovietketika ia kuliah di Universitas Denver.Inspirasinya datang dari seorang pengungsi Chechya, Josef Korbel, ayah darimantan Menteri Luar Negeri AS wanitapertama, Madeleine Albright. Wanitayang masih lajang ini telah meraih berbagai penghargaan, antara lain Walter J.Gores Award pada tahun 1984 dan Schoolof Humanities and Sciences Dean’sAward, dan gelar doktor kehormatan daribeberapa universitas terkemuka.Rice fasih berbahasa Rusia, Prancis,Jerman, dan Spanyol. Ketika diangkatsebagai penasihat keamanan nasionalpada pemerintahan George Walker Bush,Rice sudah menjadi anggota dewan direksidi sejumlah perusahaan termasuk dewandireksi raksasa perminyakan ChevronCorporation. Rice secara pribadi dekatdengan George Walker Bush, dan sejakBush menjadi presiden, Rice sudah memberikan pengaruhnya dalam strategikebijakan luar negeri. Maka kini ia dipercaya Bush sebagai Menteri Luar Negerinya. ■ DW, ADCONDOLEEZZA RICEWajahnya memang tidakfotogenik sepertiMargareth Thatcheratau mantan ibu negaraHillary Clinton. Tapi,pesona dan pengaruhnyademikian kental dalamstrategi kebijakan luarnegeri AS, terutama sejakGeorge Walker Bushmenjadi presiden.PutriPendekarPerangBERITA PEREMPUAN