Page 13 - Majalah Berita Indonesia Edisi 16
P. 13


                                    BERITAINDONESIA, 6 Juli 2006yang teliti dan menguntungkan. Bayangkan, puluhan jutaan pemirsa Indonesia harus terpaku di depan satulayar kaca (SCTV) sebulan penuhlantaran tidak punya pilihan lain.Hasilnya, rating pemirsa SCTV naikberlipat-lipat, sehingga mengalirkaniklan dari sponsor utama Extra Jossdan Jarum Super serta puluhan pemasang iklan pada setiap detik pertandingan.Mudah-mudahan dengan menontonsiaran langsung, semua pihak yangterlibat di dalam pembinaan danpengembangan sepakbola nasionalbisa memetik pelajaran. Juga tim-timdan para pemain nasional semestinyamemetik pelajaran berharga dari TPDJerman agar mereka tidak menjadikanlapangan hijau sebagai ajang kekerasan dan perkelahian. Sepak bolamerupakan permainan dan hiburan.Karena itu harus menonjolkan sportivitas, ketrampilan dan seni bermain.Bukan kekerasan, kekuatan fisik danperkelahian. Apalagi menjadikan wasitsebagai bulan-bulanan, seperti yangdiperlihatkan para pemain dan klubnasional.Harapan jutaan pecinta sepakbolatanah air, semoga TPD Jerman memberi inspirasi kepada PSSI untukmembenah secara total dan radikalpersepakbolaan nasional. Sebab, Indonesia pernah mencatat rekor danLaga akbar Piala Dunia Jerman2006 menyebarkan demamsepakbola ke seantero dunia.Sungguh fantastis. Sekitar 36miliar pemirsa di 200 negarabisa menikmati 64 pertandingan yang disuguhkan dalam pestaakbar sebulan penuh yang diperkirakan meraup fulus Rp 318 triliun(setara 34 miliar dolar AS). Uang yangmengalir ke kocek FIFA dan tuanrumah Jerman berasal dari pembelianhak siaran televisi di 200 negara, parasponsor iklan, penjualan karcis danbelanja jutaan turis asing dari tanggal9 Juni sampai 10 Juli.Karenanya, laga Turnamen PialaDunia (TPD) telah beralih dari ajangolahraga menjadi ajang bisnis yang taktertandingi oleh cabang-cabang olahraga lainnya, seperti tenis lapangan danbasket. Tak pelak lagi, ke 36 tim nasional berjuang mati-matian agar bisalolos ke babak puncak dengan harapanmeraih prestise, kebanggaan, dan(sudah tentu) bonus yang menggiurkandari FIFA, pemilik turnamen akbartersebut. Selebihnya, penampilan timtim nasional di TPD membangkitkansemangat nasionalisme, melupakankonflik-konflik internal dan memperkokoh persatuan nasional. Dan lagaTPD juga membangkitkan semangatsetiakawan global.Agak berbeda dengan laga-laga TPDsebelumnya, perebutan Piala Dunia2006 di Jerman diorganisir oleh FIFAdengan sangat teliti dan penuh disiplin. Tak seorang pun pemain ataukesebelasan diberi toleransi bermainkasar. Para wasit yang memimpinpertandingan tak akan segan-seganmengeluarkan kartu kuning, bahkankartu merah bagi setiap pelanggaran.Karena itu laga sepakbola di TPDJerman menjadi sangat bermutu.Dengan demikian miliaran pemirsa diseluruh dunia mendapatkan suguhanpermainan dan hiburan gratis yangsangat berharga.Dalam hal ini, para pemirsa di Indonesia harus berterima kasih kepadastasiun SCTV yang membeli hak tunggal siaran TPD dengan harga cukupmahal, Rp 100 miliar, untuk sebulanpenuh. Tentu SCTV sudah menghitungnya dengan kalkulasi bisnisDemam SepakbolaVISI BERITAprestasi di ajang sepak bola olimpiadeAustralia tahun 1950-an. Nama-nama,seperti Saelan dan Ramang, melegenda puluhan tahun dan menjadiidola setiap pencinta bola Indonesia.Demikian pula generasi Sucipto, Risdianto, Abdul Kadir, Roni Paslah danRoni Patinasarani. Mereka pemainpemain nasional yang cukup diseganidi tingkat Asia. Di era 1980-an, timKorea Selatan sejajar dengan tim PSSI.Tetapi apa yang terjadi sekarang? TimIndonesia semakin tertinggal, ibaratkatak memandang tim Korsel yangsudah berada di batas langit.Analogi ini tidak dimaksudkanuntuk mengkerdilkan semangat sepakbola di Indonesia. PSSI sudah harusmemulai kerja keras untuk menciptakan bintang-bintang harapan dimasa datang, entah melalui turnamendi setiap daerah secara bertingkat atausekolah-sekolah sepak bola sepertidulu. Pernah suatu periode duniasepakbola Indonesia diruntuhkan olehisu suap dan bandar judi. Dankompetisi-kompetisi liga saat ini lebihdiwarnai oleh nafsu meraup uangsehingga dampaknya menciptakankekerasan dan pemaksaan kehendakdi lapangan. Kenyataan yang terjadi,masuknya para pemain asing ke klubklub liga dan perserikatan tidak memajukan sepakbola nasional, malahmematikan tumbuhnya bibit-bibitbaru berbakat dalam negeri. Kita lebihsenang memanen cepat di ladang orang daripada menanam, memupukdan membesarkan bibit-bibit berbakatdi ladang sendiri.Sah saja kita sekarang bermimpibahwa suatu saat, barangkali tahun2020, tim Indonesia masuk ke putaranfinal TPD. Namun mimpi hanya tinggal mimpi bilamana tim-tim sepakbola, PSSI, KONI, Menteri Pemudadan Olahraga, dan pemerintah daerah,tidak memberi perhatian serius sertamotivasi konkrit bagi pembenahandan pembibitan bintang-bintang sepakbola. Momentumnya, TPD Jerman2006.Bangkitlah sepakbola nasional.Karena hanya itu jalan yang mudah,efisien dan efektif untuk menegakkankembali semangat, martabat, kebanggaan, kesetiakawanan dan persatuannasional. Percayalah inil bukan slogankosong, karena sudah dibuktikan olehtim-tim nasional yang berlaga di TPDJerman 2006. ■13KARIKATUR DANDY HENDRIAS
                                
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17