Page 13 - Majalah Berita Indonesia Edisi 27
P. 13
BERITAINDONESIA, 21 Desember 2006 13V ISIBERITAMeniti Buih penyelesaian konflik-konflik internasional dan perdamaian dunia.Tetapi yang menarik untuk disimak,kritik dari R. William Liddle, pakar politik Indonesia dari Ohio University, AS.Dia menilai Indonesia belum patut menjadi pemain internasional, karena di erasekarang ini, negara yang memainkanperan tersebut mesti memiliki paling tidak dua keunggulan: ekonomi dan militer. Dengan pendapatan nasional perkapita 1.000 dolar AS, Indonesia masihtergolong negara miskin. Dan kekuatanmiliter Indonesia masih di bawahnegara-negara pemain dunia lainnya,seperti AS, China, Inggris dan Rusia.Dari dalam negeri, gagasan PresidenSusilo tersebut menuai banjir kritik.Alasannya, konflik di Irak merupakan buntut dari invasisepihak AS yang mengabaikan protes masyarakat dunia danPBB. Karena itu, masalah tersebut menjadi tanggung jawabAS dan sekutunya, bukan tanggung jawab internasional,apalagi Indonesia. Pemerintahan Presiden Susilo harusmemusatkan diri pada masalah-masalah dalam negeri.Bush sekarang merasa sendirian menghadapi konflik Irak.Karenanya, saran Syaykh kepada pemerintah, Indonesiaharus memanfaatkan hubungan baiknya dengan AS untukmembebaskan rakyat Irak dari lilitan konflik demi kepentingan kemanusiaan. Pemerintah Indonesia harus mampumeletakkan Bush sebagai panglima tertinggi militer agarmundur dari Irak tidak dengan muka malu, tetapi tetapmembantu pemulihan Irak yang porak poranda oleh mesinperangnya.Dalam kaitan ini, Indonesia memang punya posisi yangsedikit lebih cocok untuk masuk ke dalam masalah Irak:negara berpenduduk muslim terbesar di dunia dan anggotatidak tetap DK-PBB. Tetapi siapa pun yang masuk ke konflikIrak, mestinya membaca kepentingan-kepentingan yangbermain di sana, terutama di dalam proyek rekonstruksi Irakdan pemanfaatan sumber daya minyak Irak yang berada padaurutan terbesar kedua di dunia.Bilamana konflik itu berkepanjangan, maka pihak-pihakyang berkepentingan akan tetap menarik keuntungan yangsebesar-besarnya dari kenaikan harga minyak yang dipicuoleh konflik tersebut. Mungkin dari sisi inilah Indonesia bisamemainkan perannya, meyakinkan kepada dunia bahwaberlarut-larutnya konflik di Irak hanya akan merugikannegara-negara yang menggantungkan kebutuhan energinyapada minyak bumi. Bukan dengan pretensi membela AS.Dalam kaitan dengan kepentingan Indonesia sendiri,pemerintah mesti merancang semua peran internasionalnyadengan mengambil faedah timbal-balik. Misalnya, mendapatkan ketegasan dari AS mengenai embargo senjata yangpernah diberlakukannya kepada Indonesia, dan apakompensasi yang akan diperoleh akibat embargo tersebut.Karena dengan melibatkan diri sebagai pemain internasional,prasyaratnya, Indonesia harus memiliki militer yang kuatyang didukung oleh persenjataan modern. Ironisnya,Presiden Susilo malah mencari persenjataan ke Rusia, bukanmeminta ketegasan komitmen untuk mengganti rugi akibatembargo suku-cadang berbagai persenjataan beratnya.Dalam kaitan menjalin hubungan dengan negara-negarabesar, seperti AS, China dan Rusia, Indonesia lantaranposisinya yang strategis dari segala segi, mesti pandai menitibuih. aru saja kita menerima kunjungan seorang presidennegeri adidaya yang penuhhiruk pikuk dan kontroversi.Presiden George W. Bush di tengahtekanan protes dan penolakan puluhanribu demonstran yang berhari-hariuntuk kunjungannya yang terhitunghanya tujuh jam, masih mampu bersikap percaya diri dan santai. Bush menilainya sebagai dinamika dari sebuahdemokrasi yang diusung secara intensoleh Amerika Serikat sendiri.Selain membawa serta segenggampenuh komitmen untuk bantuan pendidikan, kesehatan dan teknologi,Bush datang ke negeri yang berpenduduk muslim terbesar didunia ini dengan harapan untuk memperoleh dukungan morilterhadap masalah pelik yang dia ciptakan sendiri, konflik Irakyang berkepanjangan. Konflik berdarah yang telah menelanratusan ribu nyawa itu sebagai buntut dari invasi militer AStahun 2003. Konflik yang tadinya hanya antara pasukan ASdan sekutunya dengan para pejuang Irak, kini telah melebarmenjadi konflik antara kelompok Sunni dan Syiah.Di pihak Amerika sendiri, tidak kurang dari 3.000 tentaratewas, 9.000 lebih luka-luka. Sedangkan korban di pihakrakyat Irak diperkirakan tak kurang dari 600.000 orang.Sekarang, Presiden Bush menghadapi sebuah dilema yangdigambarkan oleh Syaykh Dr. AS Panji Gumilang sebagaisituasi, “maju kabotan mundur kewirangan (malu).”Bush sendiri mengakui bahwa situasi yang dihadapi olehmiliter AS di Irak sama dengan situasi yang dihadapi militerAS di dalam perang Vietnam, tahun 1968. Militer AS mundurdari Vietnam dengan wajah malu, meninggalkan 56.000kerangka jenazah tentaranya.Sekarang, AS dihadapkan pada tiga opsi: menarik seluruhtentaranya dari Irak, mempertahankan 14.000 dari seluruh60.000 tentara di Irak, atau menambah jumlah tentaranyauntuk memadamkan api konflik yang menjalar ke seluruhIrak. Tiga pilihan yang sama-sama sulit bagi Bush. Menariksemua tentara dari Irak berarti membiarkan dua kelompokyang bermusuhan terus menerus saling membunuh. Sedangkan menghadapi dua pilihan terakhir, Bush menghadapitekanan dari Partai Demokrat yang baru memenangkanPemilu sela, dan sudah tentu tekanan dari rakyat AS sendiri.Inilah situasi yang dihadapi oleh Bush ketika melawat keIndonesia. Dalam situasi yang dilematis tersebut, tuan rumahPresiden Susilo Bambang Yudhoyono menawarkan usul tigasolusi—rekonsiliasi nasional di Irak, menarik pasukan AS dankoalisi di Irak dalam jadual waktu tertentu, sementara itumenggantinya dengan pasukan internasional, memperkuatpemerintahan dan rekonstruksi Irak.Tawaran ini memang mengandung konsekuensi tertentubagi Indonesia, setidak-tidaknya seperti yang dikemukakanMenhan Juwono Sudarsono, Indonesia harus melibatkan diridi dalam pasukan internasional tersebut. Dan Bush secaratersirat menginginkan Indonesia yang secara efektif menjadianggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2007,memiliki suara yang kuat untuk reformasi PBB. Bush memangtidak secara langsung meminta keterlibatan Indonesia di Irak,tetapi hal tersebut dikemukakan secara gamblang oleh DubesAS di Jakarta, Lynn Pascoe. Pascoe menghargai gagasanPresiden Susilo sebagai cermin komitmennya terhadapBilustrasi: dendy

