Page 13 - Majalah Berita Indonesia Edisi 29
P. 13


                                    BERITAINDONESIA, 18 Januari 2007 13V ISIBERITAMenunggu PMAenunggu arus balik investasiasing, ibarat pameo petaniyang mengharapkan jatuhnya hujan di musim panas.Pemerintah telah menempuh berbagaiupaya, namun mereka tak kunjung datang.Yang banyak terjadi bukan inflow, tetapioutflow modal asing. Banyak PMA malahlari ke negara-negara lain yang lebihmerangsang.Salah satu sebab yang membuat merekaenggan berusaha di Indonesia, mungkinbenar apa yang dikatakan pakar bisnisinternasional, Michael Porter, karena Indonesia relatif tertutup dibandingkan denganChina dan India. Dua dekade yang lalu,China dan India masih relatif tertutupterhadap modal asing. Sedangkan Indonesia begitu terbuka(UU-PMA/1967) terhadap modal asing.Porter melihat Undang-Undang Perburuhan (tahun 2001)sebagai ganjalan utama, melindungi buruh secara berlebihan.Begitu ekstrimnya undang-undang tersebut melindungiburuh, sehingga Porter menyebutnya, “senjata makan tuan.”Pemerintah memang telah berupaya untuk merevisiundang-undang tersebut agar lebih merangsang PMA. Tetapirevisi yang sedang dibicarakan di DPR dilawan habis-habisanoleh para pekerja dan serikat pekerja. Akhirnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan perintah untuk mengendapkan revisi UU tersebut atas tekanan para serikat pekerja. Bagi para investor, sikap ini dinilai sebagai kelemahanpemerintah yang justru mereka cemaskan.Semestinya, pemerintah dan DPR membuka pintu pembicaraandengan para wakil buruh, sehingga di dalam undang-undang barubisa difasilitasi kepentingan majikan dan buruh secara proporsional. UU Perburuhan di era Orde Baru dianggap melecehkandan mengeksplotasi hak-hak fundamental kaum buruh. UUtersebut kemudian diamandemen pada era pemerintahanPresiden KH Abdurahman Wahid “yang sangat melindungiburuh.” Poter pun menyindir, para buruh lebih senang kehilanganpekerjaan ketimbang menghentikan protes dan ancaman mogok.Para investor acapkali berkeluh kesah bahwa mereka merasatidak aman dan tidak nyaman menjalani bisnis di Indonesia,karena terlalu sering menghadapi demonstrasi menuntut kenaikanupah dan ancaman mogok. Mereka pun memindahkan modalnyake negara-negara lain, seperti China, India, Vietnam dan Kamboja.Informasi ini tentu akan sampai ke para calon investor.Inilah yang membuat posisi tawar Indonesia bagi PMAmelemah di tengah geliat ekonomi global. Negara-negara Asialainnya bergerak maju, tetapi Indonesia berjalan di tempat,bahkan mengalami kemunduran. Indonesia yang pernahdijuluki “macan baru” Asia tertinggal jauh dari China danIndia, bahkan dari Malaysia, Thailand dan Vietnam.Mungkin secara sederhana, perekonomian membaik bilamana rakyat kecil (wong cilik) merasa tidak lagi dililit olehkesulitan hidup, karena penghasilan mereka membaik, hargabarang-barang kebutuhan pokok terjangkau. Selain itu, mereka pun bisa menutup biaya pendidikan dan kesehatankeluarga mereka. Jika penghasilan lebih longgar lagi, tentumereka berpikir untuk bisa membeli rumah cicilan, membelipakaian dan sedikit rekreasi.Itu mimpi rakyat kecil. Tetapi mimpi itu tidak juga menjelmajadi kenyataan, karena penghasilan mereka hanya cukup untukmembeli beras. Atau menurut asumsi PBB,yang dikategorikan miskin, mereka yangberpenghasilan dua dolar sehari, atau hanyacukup untuk membeli dua liter beras (Rp 5.000per liter). Maka orang miskin Indonesia,menurut asumsi PBB, telah mencapai 110 jutaorang. Sejumlah itulah orang Indonesia yangsedang dililit kesulitan hidup. Atau 15 juta sampai 16 juta Kepala Keluarga Miskin (KKM), jikaukurannya mereka yang menerima BantuanLangsung Tunai (BTL) dari pemerintah.Ironisnya, kendati kemiskinan melebardan mendalam, orang-orang kaya Indonesia semakin banyak yang belanja ke luarnegeri, membeli rumah dan mobil baru.Bisa jadi makro ekonomi yang membaiktidak menetes ke bawah, atau tidak memberi dampak pada mikro ekonomi.Laporan optimis yang selalu disampaikan pemerintah; laju inflasi yang bisa ditekan hanya 3,6% (Agustus), atau hingga akhirtahun 2006 sekitar 4,5 sampai 5%. Padahal laju inflasi tahun2005 akibat dua kali kenaikan harga BBM meroket sampaihampir menembus angka 18%. Pertumbuhan ekonomi tahun2006 mencapai 5,8%, ditargetkan menjadi 6,6% tahun 2007.Nilai tukar rupiah stabil pada angka 9.200-9.300 per satu dolarAS. Surplus neraca berjalan lebih dari 4 miliar dolar AS.Sedangkan cadangan devisa melewati angka 43 miliar dolar AS.Makro ekonomi stabil dan ekspor meningkat. Jadi apa yangsalah dengan ekonomi kita?Kesalahan satu; sebagian besar uang negara digunakanuntuk membayar bunga dan cicilan utang dalam dan luarnegeri yang diperkirakan mencapai Rp 1.600 triliun. Utangdalam negeri, lewat penjualan Surat Utang Negara (SUN)diperkirakan Rp 800 triliun, sudah sebanding dengan jumlahutang luar negeri. Sehingga angka cicilan utang mencekikleher, 60% dari PDB. Akibatnya, pemerintah hanya bisamembangun dengan membuat utang baru.Kesalahan dua; hampir pada semua lini ekonomi terjaditindak korupsi dan permainan uang siluman. Jadi uangnegara lebih banyak masuk ke kantong koruptor daripadamembiayai program-program untuk menyejahterakan rakyat.Sekadar catatan, Indonesia menempati peringkat ketujuhnegara terkorup di seluruh dunia. Sekarang, partai politik,DPR, polisi dan lembaga peradilan pun sudah masuk kategorilembaga yang paling tinggi korup.Kesalahan tiga; para pengelola negara tidak banyak berpikirdan berbuat untuk rakyat yang miskin tadi, tetapi lebihmengutamakan kepentingan dan kesejahteraan mereka.Sementara ini pemerintah memang berusaha keras untukmenebus kesalahan-kesalahannya dengan merangsangmasuknya PMA. Karena merekalah yang mampu menggerakkan sektor riil (industri), membuka lapangan usaha danlapangan kerja serta mendongkrak angka ekspor secara riil.Di sisi lain para investor porto folio (bursa saham) menikmatikeuntungan yang menggiurkan. Tetapi investasi model initidak bisa dinikmati oleh rakyat kecil, malah bisa membahayakan ekonomi negara jika mereka tiba-tiba hengkang dari sini.Sekarang, kita menunggu datangnya sang dewa penolong(PMA) itu. Tetapi kenapa mereka tak kunjung tiba? Mungkindaya tarik kita kurang menggiurkan, seperti di sektor pajak,birokrasi perizinan, uang siluman dan pasar yang loyo, karenadaya beli mayoritas penduduk Indonesia sedang terpuruk. „Milustrasi: dendy
                                
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17