Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 29
P. 16


                                    16 BERITAINDONESIA, 18 Januari 2007BERITA UTAMAmasih terus membebani para investor,khusunya pemerintah daerah. Untuk itukepada Media Indonesia, Rabu 13 Desember 2006, ekonom Indef Fadhil Hasanmengungkapkan hingga saat ini paketpaket kebijakan yang dibuat pemerintahbelum dirasakan manfaatnya, sebabpayung utama seperti UU Pajak dan UUPenanaman Modal belum selesai.Di pihak lain, muncul ketidaksinkronanPeraturan Pemerintah Pusat denganPemerintah Daerah. Walaupun Pemerintah Pusat, seperti yang dijanjikanpresiden di setiap negara yang dikunjunginya untuk meningkatkan pelayanankepada investor, namun di pihak lainPemerintah Daerah justru menciptakanPerda-Perda yang menghambat investasidi daerahnya.Fadhil Hasan juga memberi penekanankhusus tentang peraturan-peraturandaerah yang selama ini dikeluhkan investor. Menurutnya, pemerintah perlu memberi perhatian khusus terhadap peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah daerah yang selama ini menghambat investasi, harus segera direformasi.InfrastrukturDisamping masalah birokrasi, penurunan investasi di Indonesia, baik asingmaupun dalam negeri, sangat kuat dipengaruhi ketidakmampuan daya dukunginfrastruktur, seperti sarana dan prasarana transportasi serta energi yangsangat dibutuhkan para investor.Di berbagai daerah, seperti Sulawesi,Kalimantan dan Sumatera, para investorselalu mengeluhkan sarana dan prasarantransportasi di ketiga wilayah itu menjadisalah satu kendala terbesar. Di Sumatera,misalnya, lintas Sumatera yang menghubungkan Provinsi Lampung dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, baiklintas barat, lintas timur dan lintas tengahsering kali mengalami kerusakan danselalu lamban diperbaiki. Demikian jugadengan trans Sulawesi dan trans Kalimantan yang kerap rusak, juga tidaksegera mendapat perhatian pemerintah.Di samping itu, berbagai daerah di Indonesia juga ditengarai defisit listrik.Wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), seperti dilaporkan Kompas, Kamis7 Desember 2006, mengalami defisitlistrik hingga 120 Megawatt. Pemadamanlistrik yang terjadi di wilayah Sumbagutselama November, menurut laporan Media Indonesia, Kamis 30 November 2006telah mengakibatkan kerugian di kalangan pelaku usaha hingga Rp 27 miliar.Sementara itu, di wilayah KalimantanSelatan dan Kalimantan Timur, sepertidilaporkan Harian Kompas, Senin 6 November 2006, terancam krisis listrik saatkemarau panjang berlangsung, sepertiyang terjadi pada akhir tahun 2006. Halini disebabkan menurunnya debit airWaduk Riam Kanan yang berada diKalimantan Selatan, tidak mampu menggerakkan ketiga turbin PT PLN.Di daerah lain, khususnya wilayahPulau Jawa, ditengarai dengan seringnyamuncul fenomena kelangkaan gas, sudahbarang tentu mengganggu kinerja duniausaha.Investasi Jepang, AS, dan CinaMenurut catatan BKPM, aliran Penanaman Modal Asing (PMA) tertinggi diIndonesia terjadi pada tahun 2000,sebesar US$ 9,877 miliar. Nilai investasiini anjlok pada tahun 2001 menjadi US$3,509 miliar. Pada tahun 2002, nilai PMAdi Indonesia kembali anjlok menjadi US$3,090 miliar.Aliran investasi asing di Indonesiakembali mengalami sedikit peningkatanpada tahun 2003 menjadi US$ 5,450miliar. Namun pada tahun 2004, turunkembali menjadi US$ 4,601 miliar. Padatahun 2005 nilai investasi kembali naik,walau tetap tidak bisa menyamai nilaiDi tengah-tengah keterpurukan investasi asinglangsung (Foreign Direct Investment-FDI) tahun2006 di Indonesia, investasi portopolio justru terusmenerus masuk ke Indonesia. Besarnya danaasing yang masuk ke Indonesia, kini dikhawatirkan memicu bubble economy.Arus investasi asing langsung (forign direct investment-FDI) tahun 2006 hanya sebesar US$4,69 miliar. Angka ini sekaligus menunjukkanpenurunan kinerja FDI sebesar 45,91% dibandingtahun 2005. Namun investasi portopolio justrumenunjukkan fenomena terbalik. Bahkan tahun2006 sepertinya menjadi puncak kegemilanganBursa Efek Jakarta (BEJ).Laporan Investor Daily, 29 Desember 2006menggambarkan suasana gembira penutupanperdagangan di BEJ untuk tahun 2006 yang diwarnai suara riuh terompet-terompet, hiasan balon, dan kertas warna warni. Kegembiraan inimerupakan refleksi dari keberhasilan BEJ mencapai IHSG rekor perdagangan tertinggi selamatahun 2006.Perdagangan di BEJ yang ditutup secara resmioleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada28 Desember 2006 itu, mencatat IHSG pada level1.805,5. Level yang sekaligus rekor tertinggi tahun2006 ini, sekaligus membawa BEJ pada pencapaian bursa berkinerja terbaik nomor 3 di Asia Pasifik.Dengan level ini pula, BEJ memberi gain (keuntungan) sebesar 55,3% kepada para investornya.Bubble EconomyJika ditelusuri kembali ke belakang, kinerjaperdagangan di BEJ tergolong sangat agresif.Pada pembukaan perdagangan pada 2 Januari2006 lalu, IHSG masih tercatat di level 1.171,9.Sementara pada penutupan perdagangan 28Desember 2006 sudah berada di level 1.805,5atau meningkat 46,71%.Laju IHSG harus diakui sebagai realitas yangsangat fenomenal di tengah-tengah keterpurukansektor riil dunia usaha, sehingga sangat logis jikasebagian kalangan mulai mengkhawatirkandampak buruk yang berpotensi muncul dari debut IHSG tersebut yang terlalu melambung.Sebagian kalangan mulai memberi warningInvestasi PortopolioWaspadai Fenomena Bubble EconomyKinerja sektor riil yang semakin terpuruk.
                                
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20