Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 47
P. 5
BERITAINDONESIA, 04 Oktober 2007 5V ISIBERITAMenghapus Nestapa Rakyat Miskinidak ada seorangpun manusia di dunia ini yangingin hidup dalam kemiskinan. Namun, karenaberbagai hal, di banyak negeri kemiskinan masihmembelenggu peradaban manusia. Membelenggukehidupan si miskin, yang olehkemiskinannya justru semakin terpinggirkan. Terpinggirkandalam berbagai kelayakan hidup, termasuk dalam urusanpendidikan dan kesehatan.Bagi rakyat miskin, urusan sakit penyakit bisa sangatpanjang dan berliku. Baru masuk tahap pertama saja, maudibawa ke mana kalau mereka sakit, sudah cukup membuatkepala pusing tujuh keliling. Kalau dibawa ke Puskemas, tapitidak semua penyakit bisa ditangani. Dibawa ke rumah sakitnegeri, kalau sedang musim wabah, harus rela antri bahkanmalah bisa ketularan. Dibawa ke rumah sakit swasta perlumelihat isi kantong. Dengankata lain, kedatangan penyakit bukan saja menggerogoti kekebalan tubuh, melainkan juga menggerogotipendapatan yang sudah paspasan.Sudah banyak keluhan bagaimana sulitnya si miskinmasuk rumah sakit. Rumahsakit masih sebuah institusiyang menolak persamaanmartabat. Rumah sakit mengategorikan ruang-ruangperawatan berdasarkan kemampuan membayar dan bukannya berdasarkan jenis penyakit. Kendati Anda terkenapenyakit TB tapi uang Andatidak cukup, maka Anda harus tidur di kelas ekonomiyang bisa berdempetan dengan penderita diare. Namun kalauAnda hanya mengalami pusing ringan tapi uang Anda banyak,maka Anda bisa menempati ruang VIP. Kenyataan ini masihterus berlangsung dan malah sering dijadikan tolok ukur dalam menentukan strata sosial. Ketika dirawat di rumah sakit,orang akan ketahuan status ekonominya.Rakyat miskin tidak bisa sepenuhnya disalahkan bila mereka jatuh sakit. Pola hidup sehat dan bersih yang disosialisasikan memang diharapkan bisa mengurangi jumlah rakyatmiskin yang jatuh sakit. Namun, satu kendala terbesar, karenaketerbatasan ekonomi jualah mereka terpaksa mengonsumsimakanan bergizi rendah sehingga rentan terserang penyakit.Kisah-kisah sedih tentang betapa diskriminatifnya sistempelayanan medis di negara ini bukan isapan jempol belaka.Betapa mirisnya hati kala melihat sanak keluarga (termasukkita sendiri) yang harus berdebat dengan pengelola rumahsakit karena menolak melayani bila urusan administrasibelum diselesaikan. Padahal, pasien yang dibawa sudahmuntah darah dengan kepala bocor akibat kecelakaan lalulintas. Di waktu lain, seseorang pernah bercerita kalau ibunyayang menderita stroke dibiarkan selama lima jam di UGDsebuah RS Swasta karena keluarganya harus lebih dulumembereskan uang jaminan. Ketika ditangani, sang ibu sudahterlanjur lumpuh. Ada lagi seorang pasien yang mengeluhkarena waktu operasinya diundur enam jam sebab dokterharus mendahulukan menangani pasien VIP. Ekstrimnya lagi,banyak pasien yang akhirnya meninggal karena tidakmendapat pengobatan yang semestinya. Padahal, merekaadalah kaum miskin sesungguh-sungguhnya tapi tak berhasilmemiliki kartu Askeskin.Keberpihakan pemerintah terhadap rakyat miskin dalammemenuhi hak-hak kesehatannya jelas sangat diperlukan.Program Askeskin (asuransi kesehatan untuk rakyat miskin)yang dibuat pemerintah sudah seharusnya direncanakan dandilaksanakan dengan sepenuh hati. Sehingga tidak ada lagimasyarakat miskin yang kesulitan memperoleh pelayanankesehatan karena alasan biaya. Sebab rakyat miskin tidakmempunyai kuasa menghadapi sistem pelayanan medis yangsudah menghamba pada uang. Boro-boro menyewa pengacara, suara mereka yang dimuat di surat pembaca puntidak digubris.Pelaksanaan program Askeskinini memang tidak mudah. Penyimpangan penggunaan suratketerangan tanda miskin (SKTM)muncul karena keterbatasan datatentang jumlah penduduk yangbenar-benar miskin serta rinciannya. Banyak masyarakat yangtidak miskin justru menjadi pengguna Askeskin. Belum lagi masalah penggelembungan klaimasuransi kesehatan si miskin yangditengarai dilakukan oleh rumahsakit, oknum dokter, perawat danapotik. Dana Askeskin sudahmenjadi lahan empuk untuk mencari keuntungan. Untuk itu, pemerintah melalui DepartemenKesehatan perlu menginvestigasiapakah aspek legalnya sudah benar dan menindak mereka yang melanggar hukum. Selain itu,Depkes harus segera membayar utang klaim rumah sakit padaPT Askes yang ditunjuk sebagai pengelola. Berdasarkan dataPT Askes per 31 Juli 2007, perseroan tersebut memiliki utangklaim rumah sakit yang telah diverifikasi tetapi belumterbayar sebanyak Rp504 miliar.Besar harapan, pendataan sasaran peserta Askeskin 2007bisa selesai tepat waktu awal 2008 sehingga kelemahan yangdisalahgunakan saat diberlakukannya SKTM bisa teratasi.Agar program ini bisa berjalan lancar kembali danpemerintah tidak kewalahan dengan pembengkakan yangluar biasa dari dana Askeskin, verifikasi para penggunaAskeskin harus dilakukan dengan ketat dan kontinu.Pemerintah juga harus memutuskan, sampai kualitasmanakah pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin ini.Apakah pelayanan secukupnya atau pelayanan optimalsetara peserta Askes pegawai negeri sipil?Meski saat ini program Askeskin disinyalir berlangsungtak efisien, tak seharusnya program mulia yang bisa menyelamatkan banyak nyawa ini berhenti di tengah jalankarena kesalahan segelintir orang. Pemerintah juga harusterus melakukan pembenahan dan berkomitmen membuang jauh-jauh nestapa rakyat miskin, “Apakah nyawamanusia tergantung pada jumlah rupiah dalam dompetnya?” Tilustrasi: dendyilustrasi: dendy