Page 8 - Majalah Berita Indonesia Edisi 47
P. 8
8 BERITAINDONESIA, 04 Oktober 2007BERITA TERDEPANPuasa dan Transformasi DiriDalam konteks keindonesiaan, transformasi diri dansinkronisasi antara kehidupan agama dan perilaku seharihari sudah menjadi suatu keharusan.oba Anda jejakkan kaki ke malmal mewah di Jakarta selamabulan puasa ini. Apa yang Andalihat dan rasakan? Coba Andaluangkan waktu sejenak mengamatisuasana perkantoran dan angkutan kotayang berlalu lalang tiada henti? Apa yangberubah dari hari-hari sebelumnya?Alangkah indahnya, bila manusia-manusia baik kaya atau miskin yang kita temui di jalan, lorong gang dan perkantoranmengambil sikap hati merendah, berserah, jauh dari kesombongan dan maksud jahat.Berbagai renungan di bulan Ramadanberseliweran setiap jam. Dai-dai kondangmembawakan dakwah-dakwah segar dihadapan pemirsa. Satu tema yang menonjol adalah ibadah puasa tidak hanyamenahan lapar dan haus. Kita juga dituntut mampu mengendalikan diri sehinggaketika bulan puasa berakhir, kita mengalami proses pencerahan pikir dan pencahayaan hati dalam wujud self-restrain(pengendalian diri) dalam menghadapisegala cobaan dan tantangan hidupsehari-hari. Sebuah transformasi diri yangmenjadi momentum untuk transformasiyang berkelanjutan. Sensitif terhadappenderitaan sesama, cinta damai dantoleran, tidak korup, tidak berbuat kejahatan, dan memiliki etos untuk selaluberorientasi pada perbaikan.Tampaknya mudah dan ‘indah’ bilamenjalankan ibadah dalam suasana yangserba berkecukupan. Namun, ujian sebenarnya, dalam agama apapun, justru ketika kita tetap bertakwa dan beribadah kepada-Nya kala kita didera musibah dankesulitan hidup. Harian Kompas dengancermat menelusuri bagaimana kehidupansaudara-saudara kita di Padang dan Bengkulu menjalankan ibadah puasa mereka.Gempa dahsyat berskala 7,9 SR yangmengguncang tanah Bengkulu, Rabu (12/9), memorak-porandakan “ritual” tahunan makan sahur bersama, yang memangsudah menjadi tradisi bagi banyak keluarga. Salah satunya keluarga Bapak SyamsulBachri (65). Wajah ayah empat anak dankakek dua cucu ini kelihatan lelah danpucat. “Mari, kita sahur sama-sama,Pak…! Tapi, yang ada cuma ini. Mi instanyang kuahnya sudah kering dan nasi putihyang sudah dingin. Sekadar memenuhisunah bersahur, jadi tak perlu kenyang,”kata Syamsul sembari menyodorkanpiring kosong kepada Kompas, Kamis (13/9) dini hari, sekitar pukul 03.15.Selain Syamsul, ribuan warga KotaBengkulu terpaksa melewati sahur pertama di tempat yang sebelumnya tidakmereka bayangkan. Lihatlah apa yang dialami Sayuti (42), Lurah Anggut Atas, Kota Bengkulu, yang makan sahur di trotoarbersama 60-an warga lain. Nasib palingtragis justru dialami Mawi (45), seorangpetani yang tinggal di RT VII Kuala Lempuing. Ayah dua anak ini tidak saja sahurdi pengungsian, tetapi juga harus relakehilangan anaknya, Febrianto (16), yangtewas tertimpa dinding kamar mandi.Suasana yang kontras berbeda bisa kitalihat di kalangan elit (elite) di Jakarta.Acara buka puasa bersama berlangsung‘meriah’ dan ‘ramai’. Berbagai tempat makan di sudut-sudut kota Jakarta berlomba-lomba menawarkan paket berbukayang lengkap namun ‘hemat’. Mal danpusat perbelanjaan dihiasi dengan sempurna sehingga suasana bulan Ramadansemakin kental. Operator-operator selulerberlomba-lomba menangkap peluang bisnis dengan menjadi sponsor dalam berbagai acara. Mereka ‘mengklaim’ sudahmenambah kapasitas bandwidth dan jaringan layanan pesan singkat (sms) hingga300 persen untuk menjamin kualitaspelayanan kepada para pelanggannya.Tidak ketinggalan pula semarak acarabuka bersama di kalangan DPR dan DPD.Sederetan mobil-mobil dinas dan mobilmewah berdatangan di acara buka puasabersama DPD yang dilakukan di rumahdinas Ketua DPD Ginadjar Kartasasmitadi Gang Widya Chandra V dan buka puasabersama DPR, yang dilakukan di rumahdinas Ketua DPR Agung Laksono di GangWidya Chandra III.Kita tidak ingin mengulas panjang lebarkata-kata bijak yang diulang kembali olehPresiden Susilo Bambang Yudhoyono saatmeresmikan Rumah Sehat, di KompleksMasjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta (14/9). Ia menghimbau agar momentum bulansuci dipakai untuk meraih pahala yangsebanyak-banyaknya sehingga diharapkan antara si kaya dan si miskin tidak adalagi jurang pemisah. Namun kenyataannya, jurang pemisah antara si kaya dan simiskin semakin dalam.Himbauan yang paling penting danpatut menjadi bahan renungan adalah,mengapa bulan puasa ini tidak dijadikanmomentum untuk mensinkronkan kehidupan rohani dengan perilaku sehari-haridari bangsa ini? Internalisasi nilai-nilaipuasa mestinya mampu menjauhkan diridari praktik-praktik mengumpulkan hartabenda dengan cara yang tidak halal.Membuka mata hati (rohani) kita sehingga tidak ‘betah’ hidup dalam area abu-abu.Sebab, tujuan puasa sejatinya agar akhlakdan perbuatan bertambah mulia. Tidakhanya secara vertikal dalam kaitannyadengan Sang Pencipta, tapi juga secara horizontal dalam hubungan antarmanusia.Dalam konteks keindonesiaan, transformasi diri dan sinkronisasi antara kehidupan agama dan perilaku sehari-harisudah menjadi suatu keharusan. Krisisyang membuat bangsa ini terpuruk dantertinggal dari bangsa-bangsa lain tidaklepas dari lemahnya penghayatan danpenerapan ketakwaan itu dalam perilakusehari-hari. Kemiskinan dan nestapaterjadi di hampir seluruh pelosok negeri.Namun, korupsi, kolusi, dan konspirasidilakukan tanpa peduli.Oleh sebab itu, bila ibadah puasa ituberlalu begitu saja tanpa adanya transformasi diri, manusia-manusia Indonesiaakan selalu ketinggalan dengan bangsabangsa lain. Bangsa ini akan selamanyadikenal sebagai bangsa dengan tingkatkorupsi yang tinggi di dunia dan selaludipandang remeh oleh bangsa lain. Satupertanyaan besar akan selalu mengemukadi benak orang yang beragama apalagiyang tidak beragama, “Mengapa bangsaIndonesia yang dikenal sebagai bangsayang religius dicap (akrab) dengan imagenegatif seperti korupsi, kolusi, teroris dankaya tapi miskin? Karena itu, mari tanamkan dalam tekad kita, semoga puasa yangkita jalankan sepenuh keikhlasan dankekhusyukan bisa membawa kita padatransformasi diri yang berkelanjutan danmenjadikan kita pribadi yang bertakwabaik dalam kehidupan agama maupundalam perilaku sehari-hari. MLPC